01

87 16 1
                                    

Kelas masih sebagian kosong. Hanya ada dua pertiga orang di dalam ruang itu, salah satunya gadis berambut hitam panjang itu menggigit daging jemarinya, gelisah. Tungkainya pun tak bisa berhenti diam. Arah matanya terus terarah pada pintu kelas.

Beberapa kali ekspresi masam terpampang jelas setiap orang yang masuk bukan yang Kesya tunggu.

Gak! gak bisa begini!

Kesya harus menghampiri kelas teman cowok itu yang mungkin dia mampir ke sana. Atau masih di parkiran Kah?

Masalahnya jam berlalu sekarang sudah menunjukkan pukul masuk kelas. Gak mungkin kan masih di rumah atau di jalan.

Tak.

Set.

Langkah kakinya terhenti dengan jantung yang mula berdebar kencang seakan berjeda beberapa saat.

Kesya menatapi manik teduh cowok itu berdiri di hadapannya, senyuman merekah terukir perlahan di kedua sudut bibir. Kesya memeluk spontan tubuh cowok itu. Dengan bunyi mendapuk. Yang dapat di dengar jelas oleh cowok di samping Reno. Heri.

"Lo kenapa Sya ?" tanya Reno yang luwes saja menerima pelukan itu. Kesya perlahan melonggarkan pelukan lalu agak menjaga jarak.

"Kenapa lama banget ?" tanya Kesya.

Reno mengerngit. Pada cewek di depannya ini yang malah balik bertanya. Namun sebenarnya bukan pada pertanyaan Kesya yang membuat Reno agak bingung tapi pada ekspresi dan sikapnya.

"Kes pacar Reno di belakang ?" kata Heri menyela. Kesya memiringkan kepalanya melihat ke belakang tubuh Reno. Mengerjabkan mata Kesya kembali ke posisi menatap Reno lagi sebelum melenggang ke bangkunya. Jadi aneh sendiri, ia.

"Dia siapa Ren ?" tanya Dessi mengikuti Reno ke meja cowok itu.

"Teman."

"Teman? Ko dia meluk lo? Gak ada apa-apanya kan lo-"

Dessi menyenggol lengan temannya, Reno hanya tersenyum begitu tipis sembari menyodorkan kamus. Di loker mejanya.

"Gue pinjam dulu. Makasih." ucap Dessi sebelum melenggang pergi.

'Itu bukannya kamus gue ya ?' batin Kesya pada kamus yang di bawa cewek itu pergi.

"Sya ?"

Lamunan Kesya berakhir sesaat Reno duduk di sebelahnya.

"Malam tadi gue mimpi'in lo. Kalau lo itu nikah sama Selie. Nyata banget. Gue sampai speechless." ucap Kesya spontan.

Saat melihat ekspresi Reno yang seolah memaksanya menjelaskan kejanggalan pada sikapnya barusan, yang bukan hanya pelukan keinginan mendasarnya. Kesya pun mendesis sendiri pada keceplosannya itu.

"Selie ?" ulang Reno mengerngit.

"Senior jurusan IPA itu, No." tambah Kesya lagi.

Kernyitan dahi Reno menghilang dengan tergantikan tawaan renyahnya. Kesya berdecak seperti di rendahkan begitu omong-kosongnya. Tapi emang benar sih.

"Balikan ya ? Itu sama Dessi." lanjut Kesya mengubah topik bicara.

Di ekspresinya agak masam, tak suka. Terlihat jelas pada Reno. Entah Kesya yang harusnya tak bertanya kah?

Reno menyipitkan mata pada Kesya lalu berucap dengan remahan senyum seketika. "Kenapa, cemburu ya ?"

Kesya refleks mengerjabkan mata, dengan jantung seperti berdebar lagi. Mengabaikan ia berdecak. "Engga ! Cuma nanya aja."

Ternyata memang benar. Reno itu balikan sama Dessi. Ah kenapa juga Kesya seakan tak menyukai hubungan cowok itu membaik?

Lagian dirinya dan Reno itu cuma teman tidak lebih. Apa bisa di sebut juga yang lebih tepatnya Friendzone ya?

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang