12

13 12 0
                                    

Kesya itu sebenarnya tidak benar-benar sendiri di kelas. Masih ada satu dan tiga anak yang mau berteman dengannya. Karena itu ia tak harus bersama Reno seharian.

Memikirkan cowok itu kilas, Kesya menoleh beberapa saat pada Reno yang cowok itu pula balik menatapnya dengan tatapan sulit di artikan, Kesya membuang muka. Bangkit dari kursi ia melenggang pergi lebih dulu bersamaan bel berbunyi.

Kesya tak langsung pulang tapi memutar arah ke belakang dengan mampir sebentar ke kantin. Reno yang mengikuti dari jarak jauh, lalu menghampiri dan duduk di hadapan Kesya.

"Akhirnya bisa juga ngobrol berdua sama lo." terang Reno tersenyum khas.

"Ngomong apa ?" ucap Kesya mengalih pembicaraan. Sembari tak ingin memperlihatkan wajahnya yang terlihat agak jelas salah tingkah Kesya menatap kearah lain sembari menggaruk wajahnya, gatal.

"Kangen aja." kata Reno seraya tersenyum getir. Kesya lagi-lagi di buat grogi mengindahkan dengan decakannya.

Reno lalu terkekeh melihatnya. Berucap mulai serius. "5 hari gak sekolah kenapa ?"

"Pulang kampung."

"Pulang kampung?" Reno mengulang dengan menyipitkan matanya. Terlihat jelas di ekspresi Kesya yang berbohong.

"Mereka bilang lo pulang kampung."

"Tapi gue lihat plesteran di dahi lo kayaknya itu bohong ?"

Melirik dari posisi kedua tangan yang ia lipat di atas meja Kesya berdeham. Belum sempat ingin bersuara, Reno lebih dulu berucap lagi.

"Kenapa Sya ?"

Mendengar Reno yang sudah memanggilnya dengan ujung namanya, Kesya tahu Reno benar-benar serius dan khawatir. Tapi Kesya seakan tak puas atas perhatian Reno yang menurutnya agak tak wajar. Kenapa juga Kesya baru menyadari sekarang?

Dan harusnya Kesya bisa melawan rasa egonya untuk tidak terlalu memperdulikan. Reno itu punya cewek- Bukan Reno yang harus sadar dari sifat gentle-nya. Tapi Kesya yang harus sadar dari sifat gatal-nya.

Menghela nafas berat dengan posisi duduk yang sudah berubah. Kesya memutar pertanyaan. "Kalo kenapa-kenapa lo peduli ?"

Tatapan mereka sama-sama serius berlawanan. Sampai Reno memutuskan cepat dengan membalas pertanyaan itu. "Iyalah kan teman. Gue akan peduli."

Agak nyelekit hati. Tapi Kesya berusaha untuk tidak berekspresi tawa. "Cuma teman."

"Gak perlu terlalu peduli. Lo peduli'in aja urusan lo sendiri."

Melihat rombongan kaka kelas, yang lebih tepatnya sekawanan Reno. Datang, memasuki kantin. Dengan gesit Kesya bangkit dari kursi, pergi tanpa berucap lagi. Seolah itu juga kesempatan Kesya tak harus berlama-lama dengan Reno.

Reno berniat ingin bangkit mengejar namun Rogan lebih dulu duduk dan menahan bahunya. "Wah sama Kesya lagi lo ?"

Reno diam sesaat, ia sadar lontaran Rogan itu adalah sindiran. Seperti akan berucap tambahan lagi begini -Dessi lo gimana in lah?

"Claudet claudet. Totur dapat cewek dua lah." 

"Gampang menurut gue kalau lo mau pas punya cewek tapi cewek lain juga deket sama lo ya.. muka lo harus ganteng men."

"Kalau gak ganteng ya lo gak pelit duit."

"Haha.."

"Totur ml aja lo amatir, mau totur dapat cewek dua. Muka topengan gak cocok bro." balas Reno ikut jadi rada kesal. Yang sebenarnya Reno sadar punya sifat gentle tapi kalau di sindir ya sakit juga lah.

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang