"Astaga Nara JANGAN GINI JALANG !"
"ITU ANAK LO !" jerit Reva tersentak histeris pada sikap Nara yang ingin menusukkan pisau pada bayi di hadapannya.
Kina yang telat datang, lebih gesit mendorong Nara dengan kuat hingga jatuh. Dan meraih bayi itu di bawanya bersamaan tangis suara bayi yang melengking.
Tina merebut lebih dulu pisau itu di jauhkannya, di sementara melihat Nara yang seakan ingin menyerangnya mengambil kembali pisau itu, lebih dulu di tahan oleh Reva dan salah satu perawat.
"Balikin." lirih Nara menatap kembali pada Kina yang sudah terisak. Tak di turuti kehendaknya, Nara menajamkan iris matanya menjerit keras. "BALIKIN GUE BILANG !"
Kina memegangi gemetar pada bayi itu, melihat keadaan mengenaskan dari penampilan Nara sekarang yang hilang kendali di dirinya sendiri.
"Balikin. Balikin anak itu!"
"BALIKIN !"
PLAK!
"NARA SADAR !" berang Reva menampar keras pipi Nara. Mendengus dengan perasaan campur aduk, ia memeluk dengan terikut menangis.
"Gue sayang sama dia. Kenapa? Kenapa dia jahat sama gue.."
"Gue juga sayang sama anak gue..hiks."
Ringisan menyesakkan dari Nara dapat Reva rasakan sakitnya. Yang entah kenapa beberapa saat kemudian seperti seseorang kesurupan, Nara kembali menjerit histeris seolah pikiran negatifnya kembali menguasai dirinya.
"Gue harus membunuh anak itu."
"Anak haram itu.."
"GUE GAK MEMBUTUHKANNYA."
"Gara-gara dia gue di buang orangtua sendiri..."
"Dan sekarang gue di selingkuhin.. Dia memilih cewek lain..hikss."
Tina memberi kode dokter untuk segera menangani Nara dari amukannya.
Setelah beberapa saat tenang. Di luar ruangan mereka bertiga menenangkan pikiran untuk menerima keadaan.
"Gini aja. Setelah Nara membaik. Gue akan tampung dia sementara waktu."
"Dan lo Rev. Lo tolong sebisa mungkin kasih tahu keadaan Nara ke orangtuanya. Gue percaya sama lo."
Kina tersenyum simpul. Di tetes air mata membasahi pipinya. Ia berucap. "Walau merepotkan si cantik ini.. Gue mau.."
"Nampung anaknya."
Flashback itu pudar. Ibu Kina tersenyum hambar seperti pertama kali melihat Kesya, lahir ke dunia.
"Cantik. Banyak sayang sama kamu. Ayo bangun."
"Tin." ucap Kina beralih menatap sendu pada Tina.
"Gue udah berusaha, tinggal kita aja lagi berdoa." kelit Tina.
Reva yang melihat ekspresi Tina membendung tangis berusaha juga menahan rasa itu dan sesaknya. Selain juga teringat keadaan dulu yang walau agak berbeda tapi seolah menyanyat hati terasa sekali nyatanya.
Ekspresi dari Tina bahwa ingin berucap lebih detail seperti ini -Dari hasil diagnosanya Kesya hanya 10% bertahan hidup dan sisanya hanya keajaiban Allahualam menentukan. Karena dari keadaan fisik dan jiwanya begitu rusak.
Reva tahu Tina tak berani berkata langsung, yang mungkin akan membuat ruangan itu heboh. Terlebih ada kelima temannya dari Kesya.
"Gimana keadaan Kesya, dok ?"
Tina tersenyum simpul. Sembari memasukkan kedua tangannya ke saku jas. "Baik. Kalian cukup berdoa aja ya. Perbanyak doa."
"Tapi jangan ada yang jenguk ya. Kesya -nya butuh waktu dan perlu istirahat yang banyak. Biarin dia sendiri dulu." lanjut Tina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Myosotis
Teen Fictionseperti makna dari bunga myosotis, dia yang tak ingin dilupakan. 2023finish-