13

10 12 0
                                    

Naura meremas roknya saat melihat tumpahan air dari gelas yang di bawanya membasahi sebagian cipratan pakaian Raya dan basah penuh di sepatunya.

Menelan salivanya susah payah dengan degupan jantung yang tertiba kencang seakan ingin lepas dari tempatnya, Naura refleks menundukkan wajahnya saat menatap lirikan Raya yang tajam. Bibirnya gentar bersuara. "Ma...af—"

"Apa ?"

"Lo ngomong apa bodoh ?"

"Kalau bicara TATAP GUE !"

"Maaf —" bibir Naura yang terbuka lagi secara lirih ingin berkata menjelaskan terhenti sejenak seperti kalimat berikutnya tertahan di ujung tenggorokannya. Dan hanya melanjutkan berkata dalam hati. "—gak sengaja, tadi ada yang nyenggol."

"Ngomong apaan si lo gila? Gak jelas !" berang Raya melihat tingkah cewek di depannya. Sembari melihat pada pakaiannya juga sepatunya. Basah. Lirikan matanya masih menajam nyalang. 

"Lap sepatu gue sampai bersih !" perintah Raya. Menunjuk sepatunya dengan matanya.

Mendengar kalimat datar menekan itu membuat sebagian yang mendengar terganga. Diam. Memang tak heran pada aksi Raya, tapi siapa yang tak kasihan pada cewek lemah itu jadi harus menjadi pusat perhatian.

"Cepat! tunggu apa lagi lo !"

"Heh sialan !" ucap keras Raya sampai cewek itu tersentak. Naura melemaskan otot kakinya berjongkok namun beberapa derajat membungkuk seseorang lain menarik rambutnya. Cukup keras dan tubuhnya di dorong menjauh.

Seperti pahlawan tapi bukan.

Dari penampilan cewek itu saja terlihat cewek yang sama seperti Raya, bersifat kasar pada yang lemah tapi entahlah karakternya membingungkan Naura. 

"Gue nyentuh rambut dia." desis Kesya membuat kedua temannya spontan meraih tangannya dan menyemprotkan antiseptik juga melapnya dengan tisu. Seakan baru saja menyentuh bakteri. Naura maupun yang lain merasa kaget pada aksi cewek itu dan Hati Naura yang jadi kesal, tersinggung.

"Siapa lo? Jangan ikut campur."

"Mau jadi pahlawan ?" seru Raya. Baru melihat seorang anak asing mengikut campur urusannya.

Kesya memegangi kupingnya sendiri lalu bersedekap. "Hobi lo berteriak ?"

"Gue cuma mau minta tolong."

"Duit gue ketinggalan di kelas. Terus teman gue sama. Jadi tolong ya bayarin."

Kesya tersenyum tipis setelah menunjuk pada mejanya. Lalu mulai beranjak ingin pergi.

Tentu saja drama plot twist itu menarik perhatian warga kantin yang makin tercengang pada aksi Kesya.

Raya yang tak terima, menarik rambut Kesya namun dengan Sasa dan Ara menangkas Raya dan agak mendorong cewek itu.

"Mau gue potong tuh tangan lo berani banget narik Kesya !"

"Jalang bego !" umpat Ara menimpal kata Sasa. Mendengar umpatan itu Raya tentu saja semakin meradang kesal. Ingin menyerang di urungkannya saat melihat oranglain sudah ramai memotret mereka.

Raya ingin menyerah dan pergi merelakan, namun harus tertahan oleh bicara Kesya.

"Lo gak terima ?" ucap Kesya lagi. Mengerti pada maksud Raya menariknya.  

"Ya wajar kan? Lo aja nyuruh dia lap sepatu lo."

"Padahal lo sendiri gak kenal sama cewek itu." Tunjuk Kesya menatap malas pada Naura.

"Yaa gak ada bedanya kan? sama gue."

"Jadi tolong aja ya bayarin." Ekspresi Kesya yang mengejek membuat Raya tak bisa menahan kekesalannya. Namun lagi-lagi tentu saja Ara dan Sasa mencekal kedua tangannya.

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang