15

11 9 0
                                    

"Semuanya yang tidak berkepentingan harap masuk ke kelas segera !"

"Jangan ada yang berkeliaran lagi di luar kelas! Jangan sampai bapa jemur di lapangan apabila melihat."

Seruan dari speaker itu membuat lorong kelas sesaat menyepi.

Beralih pada ruang BK melihat pada ketiga siswi itu di introgasi polisi yang berada di tempat saat terjadinya insiden.

"Waktu itu saya mau keluar kembali ke kos ngambil buku pelajaran yang ketinggalan setelah itu.. saya langsung teriak karena takut lihat siswi itu jatuh dari atas. Dan saya juga melihat ada seseorang lain di atas sana dan dia orangnya.." urainya dengan intonasi gemetar namun menunjuk ke Kesya dengan gentar. 

"Kamu..!!" seru seorang ibu paruh baya yang sudah sigap ingin menerjang Kesya namun ditahan oleh suami juga reaksi dari polisi.

"Tahan ibu."

"Dan kamu Vina? Coba ceritakan kenapa kamu bisa ada di tempat kejadian ?"

Vina, cewek itu masih menunduk dengan meremas roknya sendiri, kuat. Terlihat dari genggaman tangannya. Ia mendongak menatap kilas orang-orang si sekelilingnya terutama pada Kesya yang masih diam, termenung menatap meja.

"Sa..ya saya cuma berniat ingin mencari udara. Dan setelah itu karena melihat ada Kesya di sana juga teriakan dari bawah. Saya langsung berpikir kalau Kesya pem..bu..nuhnya."

Seketika namanya di sebut oleh orang yang paling tepat melihatnya, Kesya terenyah senyum dengan menoleh seketika dengan dingin dan tajam. Vina mendapatkan ekspresi itu tersentak dari posisinya.

"Jadi kamu tidak langsung melihat kalau Kesya yang mendorongnya ?"

Vina merapatkan bibirnya. Seolah kata-kata yang ingin ia ucapkan tertahan di tenggorokan. Juga reaksi tubuhnya yang seolah membeku.

"Udah jelas saya pembunuhnya. Jangan terlalu menekan dia." ucap Kesya gamplangnya. Mengelak. Melihat jelas ketakutan yang di sembunyikan cewek itu, sudah pasti dia di ancam anteknya.

"Kamu ini!"

"Kamu yang membunuh anak saya ?!"

"Iya saya." jawab Kesya memecah keheningan sesaat yang spontan pula membuat orangtua dari korban berteriak memukul badannya.

"KENAPA KAMU MEMBUNUH ANAK SAYA !" 

"KENAPA ?!" 

"ANAK BIADAP !"

"Salah apa anak saya ke kamu !?Hah salah apa ?"

"Jawab saya bilangg!!"

"Ibu. Ibu tenang dulu ya,..."

"Gimana saya bisa tenang ANAK SAYA GAK SALAH APA-APA !! ANAK SAYA DI BUNUH.."

"TAHAN DIA! BAWA DIA SEKARANG!"

"IBU !" seru polisi wanita itu. Memecah keributan.

"Ibu masalah ini akan kami selidiki secara baik. Kami gak bisa langsung membawa tersangka. Karena bukti yang lemah bisa saja berujung ibu dan bapak yang menjadi terpusat. Karena pencemaran nama baik."

"Kesya ibu tanya. Kamu jawab yang jujur.."

"Kan udah saya bilang. Saya pembunuhnya." potong Kesya cepat. Raut wajahnya terpampang datar tanpa ekspresi dan membuat si ibu dari korban kembali ingin menyerangnya.

"Ibu masalah ini akan kami segerakan, kami mohon sekali beri kami waktu menyelidiki lebih lanjut dan membawa pelaku ke kantor polisi dengan segera."

"Bu udah. Kita urus jenazah kaka dulu, biarin polisi selidiki lebih lanjut bu dan kasih waktu mereka." jelas adik dari Ariska menenangkan ibunya.

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang