10

20 15 0
                                    

Tersenyum di balik wajahnya, melihat foto seorang gadis candid tanpa senyum itu. Memudar sesaat, melihat kearah pintu di buka tanpa di ketuk.

"Lo mau ngomong apa ?"

Menatap seorang pria dengan seragam olahraga guru itu, Yasa bangkit seketika dari kursinya mendekati Zibra.

"Sialan lo mau mati ?!" Yasa mencengkeram kerah baju temannya. Menggeram emosi. "Jangan buat anak gue risih kehadiran lo bangsat !?"

Zibra yang terpojok, tersenyum kecil di cengkraman itu. "Lo sendiri yang minta buat gue awasin jarak dekat."

Yasa yang tengah meradang emosi beberapa saat menghela nafas beratnya. "Ya gak sedekat itu sialan !"

"Lo gak lihat berita ?"

"Itu tentang lo.. Ash!"

Yasa mendesis, menghela nafas lagi. Serasa percuma melampiaskan amarah. "Hari ini jadwal lo apa ?"

Zibra berdecak. Sudah tahu dan melihat dari seragam yang di kenakan -nya, malah bertanya lagi. "Olahraga." jawabnya semestinya.

Yasa melepas cengkeram. Mengalih pandangan, beberapa saat kembali pada Zibra. "Gue minta foto dia tersenyum."

**

|Jadikan jemput gue. 

|Gue jemput Selie, Kes.

|Hah kok bisa ?  

Pesan terakhir dari kesya ke cowok itu hanya centang biru dua, itu tandanya dia membaca namun tak beringin membalas atau bagaimana. Sakit tahu.. Kesya mending pesannya hanya terkirim tanpa di baca.

Mengingat pesan tadi pagi sebelum berangkat, di sisi lain percakapan temannya dengannya membuat Kesya gundah.

"Lo harus milih Reno."

"Kalau lo milih Raha, lo gak akan bisa jadi diri sendiri."

"Gue milih Reno kok. Tapi.. gue terlalu sakit. Juga, kalau gak sama dia gue juga makin sakit."

"Yaudah lo cintai aja dia sepuas lo bisa. Nanti rasa sakit, rasa senang, sedih juga kecewa datang belakangan. Dan saat itu lo harus pertimbangkan, dia baik apa engga sama lo. Ikuti kata hati."

"Karena perasaan lo maupun dia masih ambang Kes."

Menatap diam ke sembarangan arah, Kesya mendongak dengan lamunan memudar pada seseorang yang menyadarkannya.

"Kesya senyum dong."

Kesya menatap nanar keheranan pada cowok di hadapannya. Belum di izinkan atau bagaimana semestinya, kamera di tekan yang mana lampu kilat pada ponsel terikut terarah padanya.

Cek rek!

Cek rek!

"Kes cepat senyum !"

"Ciss.."

Kesya berekspresi sayu berdecak pada Ramon. Cowok itu sembarangan asal memoto! Mengabaikan kata Ramon Kesya berpindah tempat.

Seorang pria dari arah lain yang melihat bersitatap dengan Ramon sebentar. Seolah-olah dia berucap seperti ini, 'cari cara lain. Buat dia tersenyum!' dan itu membuat Ramon berusaha membuat foto dari Kesya tersenyum.

Sogok, pula. Itu cara paling tepat bagaimana Zibra harus mendapatkan foto anak itu tersenyum. Yah setidaknya ia tak mendapatkan pelampiasan amarah oleh majikan. Juga tidak di anggap sebagai seorang guru berotak mesum.

Meminta anak lain mendapatkan foto itu. Yang beruntungnya cowok sebaya anak itu adalah temannya.

BUK!

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang