26

2 1 0
                                    

Kesya sebenarnya lega, sebelum ingin mencari lokasi tepat mengobrol dengan Reno. Kelompoknya datang bersamaan tugas mereka di lakukan.

Setidaknya Kesya tak buru-buru menegangkan mentalnya berduaan dengan Reno. Entah kenapa juga vibes untuk sekarang agak lain bagi Kesya, melebih yang di bahas soal Dessi dan dirinya tempo lalu.

Sekembalinya Kesya balik lagi ke perpustakaan selepas dari kelas dengan buku dan pulpen di genggamannya. Kesya mengedarkan pandangannya mencari kelompoknya di sisi kelompok lain memenuhi luar perpustakaan juga dalam, hingga menemukan di sudut pojok rak perpus Kesya menghampiri mereka.

Tak selang lama tugas berkelompok itu selesai di sertakan bel pulang berbunyi. Mereka bergegas menyelesaikan dan kembali ke kelas.

Kesya yang masih harus setengah paruh menulis di bukunya itu, membuat temannya di samping bersuara.

"Banyak lagi Kes ?"

"Iya."

"Lo kalau udah duluan aja, gue bisa ngumpul sendiri."

"Serius lo? Di sini cuma 2 kelompok aja lagi belum. Dan mungkin kayaknya mereka udah mau selesai."

Kesya sebenarnya ingin saja mengatakan untuk mereka menunggunya. Namun akan membutuhkan waktu lama, dan berakhir Kesya yang berucap. "Gak papa duluan aja. Nungguin gue kelamaan."

"Oh yaudah kalau gitu. Entar lo langsung kumpul aja ke ruang kantor ya, cari aja bagian buku kita."

"Oke."

Jarum jam berdetak peralihan menit ke menit berlalu, Kesya bernafas lega yang akhirnya selesai juga. Sembari memeriksa lagi tugasnya itu, seseorang berdiri di samping agak berjarak dengan Kesya menaruh buku di rak, Kesya menoleh sekilas. Cowok itu mungkin kelompok yang terakhir sama dengan Kesya.

Kepergiannya tanpa berucap apa-apa dengan Kesya membuat Kesya juga bergegas ingin beranjak sembari mendengar seperti pintu yang di tutup. Lirikan Kesya terarah ke pintu yang benar di tutup.

Kesya bangkit berjalan ke pintu perpustakaan setelah menaruh sebagian buku di rak yang memang dari perpus. Namun nihilnya saat mengetahui pintu itu tak kunjung terbuka Kesya agak menjadi panik dengan seluruh tenaga menarik gagang pintu.

"Kenapa ?"

Menoleh ke sumber suara, Kesya terperanjat kaget juga sekaligus agak gelisah dan tenang.
Saat mendapatkan suara seseorang dan cowok itu yang masih berada di sini.

Perasaan yang bercampur aduk saat mengetahui, kalau memang perpustakaan ini di kunci masih ada seseorang dengannya. Bukan Kesya saja yang sendirian. Dan gelisahnya kenapa harus cowok itu?

Dan kenapa pula dia masih di sini? Padahal dari sejak pertengahan menit dia dan kelompok mengerjakan tugas cowok itu memang mengerjakan di tempat jarak lain yang Kesya kira juga sudah pergi.

Kesya menjadi gelisah kalau mereka berdua, cuma berdua. Apa Reno gak akan memulai lagi pembahasan mereka waktu awal.

Ash sial!

Kesya tak menjawab dan masih menarik-narik gagang pintu yang membuat Reno paham apa yang terjadi dengan mereka.

Terkunci.

"Udah lah ngapain di paksa, lo mau gagang pintu itu lepas lo paksain buka ?"

Sembari melepaskan tangannya dari gagang pintu, Kesya menoleh pada Reno yang sudah stay duduk di kursi. Menatap menyipit kearahnya.

Kesya berjalan kearah kursi yang agak menjauh dari Reno. Duduk menatap ke sembarangan arah.

Beberapa saat dalam keheningan. Kesya juga tak mendengar lagi kicauan suara dari Reno, tatapannya melirik dari ekor mata hingga menatap dengan jelas. Cowok itu yang menelungkupkan kepalanya di balik kedua tangan pada meja.

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang