20

6 5 0
                                    

"Apa lo mau jadi pacaran sama gue ?"

Harusnya yang Kesya rasakan senang tapi entah kenapa ada bagian paling besar di hatinya kesedihan yang paling mendominan.

Seandainya Kesya menerima, Kesya hanya takut rasa senang yang ia rasakan hanya sebatas ekspektasi. Dan Reno bisa saja mengatakan seperti ini kalau Kesya menerima.

"Tapi gue cuma bercanda haha.."

"Kita temenan aja udah berasa pacaran Kes."

Tapi kalau Kesya menolak, Kesya hanya benci rasa sedih yang ia rasakan harus terus-terusan di pendam dan rasa ingin memiliki yang tinggi itu hanya harus di kubur dalam-dalam.

Gue harus apa.. batinnya kalut.

"Gue serius." lirih Reno dengan suara agak menyerak. Sorot matanya kalut menatap Kesya.

Dari tatapan Reno itu, Kesya dapat temukan dalam bayang-bayang Kesya ekspektasikan ke depannya kalau Reno ini lebih menakutkan daripada kematian salah satu orangtuanya.

Menakutkan yang membuat Kesya bisa menderita.

Dan jawabannya paling tepat. Kesya hanya harus menyingkirkan pertanyaan Reno itu.

"Lo tau apa yang paling gue benci ?" ucap Kesya dengan rasa kekalutan.

"Memikirkan lo setiap saat."

"Gue benci memikirkan lo."

"Gue benci.. " lanjut Kesya tak tahan untuk meneruskan dan hanya bersuara dalam hatinya —di permainkan lo.'

'Atau diri gue yang paling gue benci, dengan mudahnya masuk ke permainan lo.'

Kesya membuang muka, beranjak ingin pergi yang langsung tertahan oleh bicara Reno. Menusuk dirinya.

"Bukannya lo pernah bilang mau jadi selingkuhan gue ?"

"Dan jadi secara logis gue di tolak ?" 

Kesya mengepalkan kedua tangannya tanpa berbalik badan dengan batin yang bersuara. 'Gue gak nolak tapi juga gak mau menerima.'

Sudut bibirnya Kesya terangkat samar, tersenyum sedih. Dan menjawab seadanya sebelum pergi dengan cepat. "Itu cuma emosi gue."

*

Kesya melihat saldo rekeningnya. Yang langsung mendesis setelahnya. Uangnya habis cuma buat sebungkus sabu kemarin. Dan untuk membeli lagi dia butuh uang.

"Kenapa se-miskin ini gue ?" gumamnya tanpa suara.

Di pikiran Kesya yang rumit dia bingung harus pergi kemana, untuk mendapatkan uang.

Arta ? Papa tirinya- Pasti mau. Tapi Kesya terlalu malas mampir ke rumah itu untuk sekarang.

Nara? ibunya- Membuat Kesya berdecak dan mengalih oranglain saja yang harus dia porotin.

Yasa? Kesya berpikir keras pada papa kandungnya ini. Apa harus?

Tina? Dia dokter? lajang. Apa dia aja?

**

"Gessa.. Di kunci."

Mendengar kata temannya itu, Gessa dengan cepat menghampiri dan menarik-narik gagang pintu.

Sial!

Gessa mendesis dengan umpatannya. Entah siapa yang berbuat Gessa hanya menghela nafas dan beranjak lagi ke tempat awal posisinya.

"Gue jadi takut deh."

"Kenapa ?"

"Lo ingat kan minggu lalu kematian cewek itu."

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang