02

28 15 1
                                    

Keluar dari ruang dokter, Kesya mengikuti langkah dokter itu ke ruang igd. Namun langkahnya yang di belakang sesaat terhenti kala seorang bocah usia 4tahun yang berlari dari arah depannya menabrak dirinya. Tumpah air berwarna kecoklatan itu meruah di lantai juga roknya yang kena.

Sorot Kesya menatapi jeli ekspresi polos dari bocah laki-laki itu, tatapan Kesya perlahan menajam sampai melotot matanya pada bocah itu. Seketika lengkingan suara terdengar dari mulut mungil itu. Menangis keras.

Astaga! batin Reno. Menghampiri dari berjalannya di sisi dokter. Dia menyentuh bahu Kesya untuk menghadapnya seketika pula pelototan Kesya memudar.

Berdecak, Reno mengalihkan pandangannya lalu mensejajarkan posisi dengan si bocah. Berniat menenangkan bocah itu namun bersamaan pula seorang ibu dengan bayi di gendongannya datang menghampiri. Beliau meminta maaf lalu melenggang pergi membawa bocah itu.

"Lo gak bisa punya anak deh Kes,"

Kesya yang sedang berekspresi layu seketika mengerjabkan matanya, bingung agak tersinggung juga. "Kenapa ?"

Reno hanya menghela nafas. Lalu melenggang pergi lebih dulu, dengan berucap. "Cepetan."

"Ih kenapa sih !?" bahas Kesya lagi. Mensejajarkan langkah dengan Reno. "Ngomong setengah-setengah."

"Lo juga gitu biasanya." balas Reno. Membuat Kesya makin kesal di berhentinya langkah sesaat, menstabilkan kekesalan Kesya mendahului langkah Reno menghampiri dokter, berjalan cepat.

*

Selesai suntik vitamin juga pengobatan pada salah satu lengannya dan menerima obatan di kantong plastik. Kesya berniat pergi lebih dulu tanpa menunggu Reno yang berhenti di administrasi RS. 

Dan herannya Kesya lupa bertanya kenapa cowok itu bisa ada di sini. 

"Di taman."

Tut... 

Kesya menatapi layar ponsel. Cowok itu menelpon dengan bertanya 'di mana? Sesudah di jawabnya langsung di matikan begitu saja. Menghela nafas Kesya menduduki salah satu bangku, menatapi dedaunan pohon mapel yang cukup rindang. Yang beberapa di antaranya berguguran jatuh. 

Membuat Kesya teringat flashback singkat di danau waktu itu. Bangku kayu dan pohon mapel sebagai pelengkap indahnya melihat bintang di nuansa malam. Ah Kesya jadi rindu suasana di tempat itu.

Puk puk..

Kesya menoleh pada tepukan di bahunya, ke samping yang langsung mendapatkan telunjuk milik seseorang -menusuk pipinya. Terdiam beberapa saat Kesya refleks memasang ekspresi sewot.

"Mau gue bunuh lo."

Reno tersenyum tipis, jahilnya. "Galak amat."

"Harusnya senyum dong."

Salah tingkah? siapa engga. Tapi Kesya menahan rasa aneh itu, ekspresinya terpampang semakin jelas sewotnya. Berdecih lalu membuang muka.

Lagian untuk apa kan Senyum? Mereka cuma temanan. Senyum hanya tergambar untuk orang punya hubungan jelas. -Pacaran misalnya. 

"Pagi tadi aja lo meluk gue." lanjut Reno lagi menduduki bangku itu sembari menyodorkan jaketnya.

Ah benar juga. Pikir Kesya jadi salah tingkah sendiri.

"Mau nginap di rumah gue aja gak ?"

"Ngapain?" balas Kesya cepat.

"Ngapain ?"

"E,.hem! Gue punya rumah." pungkas Kesya cepat setelah berdeham. Merasa aneh pada tanggapan dan ekspresi jahil Reno. Seakan di ekspresi Reno berucap lagi seperti ini Lo berharap gue apa-apain gitu?

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang