17

6 6 1
                                    

"Jadiin gue selingkuhan lo." ulang Kesya lagi menatap nanar. "Gue akan bersembunyi."

Tatapan teduh yang dalam itu saling beradu dengan Kesya yang menatap sedih. Beberapa saat Kesya melihat jelas ekspresi samar Reno yang seperti ingin tersenyum ketawa.

"Lupain." lirih Kesya datar. Mendorong badan Reno yang intens dengannya. Meraup air untuk naik sendiri ke tepian badan kolam. Namun seketika lengannya lagi di tarik oleh Reno. Membuat jarak mereka begitu intim.

"Kes lo yakin dengan ucapan lo ?"

Kesya diam dan dengan cepat mengalih tatapan.

"Sya.."

"Gak. Gue cuma bercanda." Kesya lekas mendorong lagi tubuh Reno, badannya sudah berbalik lagi dengan keterkejutan melihat seseorang pada ujung pandangannya di arah pintu kolam renang.

"Lo punya cewek dan gue masih punya harga diri."

"Rial !" seru Kesya setelah melanjutkan ucapan pada Reno dengan perasaan melega. Kesya di bantu Rial, cowok itu yang langsung sigap masuk dan membantu Kesya naik ke tepian kolam.

Kesya tak berkata-kata lagi setelah melihat genggaman Rial membawa tasnya, rupanya entah dia tahu kalau dirinya akan di tindas oleh seseorang.

Kesya menerima sodoran jaket untuk menutupinya. Di bantu berdiri oleh Rial, Kesya melenggang langsung ke toilet sisi bagian kolam renang.

"Cepat tanggap juga lo bro ?" ucap Reno seperti terdengar sindiran halus untuk Rial. Keluar dari air dan bangkit berdiri, Reno lagi berucap sebelum masuk ke toilet. "Lo itu bukan sekedar simpati tapi ada rasa kan sama Kesya ?"

Reno terenyah senyum, sebelum melenggang masuk toilet langkahnya terhenti oleh suara Rial menyahut.

"Kalau lo gak bisa jauhin Kesya. Seenggaknya jangan terlalu banyak ikut campur urusan Kesya." ucap Rial menahan amarah. Tatapan lalu terarah fokus pada Reno. "Gue sadar dengan perasaan gue. Tapi kalau lo buat dia sakit. Gue akan buat lo lebih sakit."

Saling diam meresapi situasi Reno seketika terkecil sarkas. "Haha.. kapan gue sakitin dia ?"

Rial melangkah cepat dan sudah menarik kerah baju Reno. Membalas seraya genggaman tangan yang sudah siap meninju muka Reno. "Lo jangan main-main—"

Klek.

"Rial lo nampar dia, kita berhenti temenan."

Mendengar suara dari Kesya yang dingin, mereka menatap Kesya yang sudah berganti baju olahraga tanpa alas kaki. Rial melepas seketika juga kerah baju Reno.

Kesya berjalan melewati mereka dengan berucap terarah pada Rial. "Temenin gue ke rooftop ya.."

"Gue malas masuk kelas."

Rial melihat sekilas lagi pada Reno lalu pergi tanpa berkata.

Dengan setengah senyum khasnya, genggaman jemari Reno mengeras melirik kedua orang itu pergi.

**

Hembusan angin itu membuat Kesya mengeratkan pelukan jaketnya. Dengan menatap tenang sesaat kearah lurus dengan mata memejam, bibirnya berucap sembari membuka mata lagi.

"Gue jadi ingat hari itu, gue jadi sarang fitnah."

"Dan waktu itu lo ke mana ?"

"Oh iya gue hari ini dan beberapa hari seterusnya nginap tempat Ara."

"Lo pulang duluan aja."

"Lo kenapa belain dia ?" ucap Rial ingin membahas soal tadi.

"Gak tahu." jawab Kesya cepat. Posisi duduknya berubah dengan menopang kepalanya di antara dua lutut yang peluknya sendiri. Wajahnya menatap kearah kiri, di mana Rial yang duduk di sebelah kanannya.

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang