16

7 5 0
                                    

Kesya di tarik oleh ibunya sendiri masuk dan membanting pintu yang padahal Kesya tahu di luar masih ada papa kandungnya.

Di sisi Sania yang melihat terenyuh senyum. Dengan bersedekap menatap dari jarak dekat.

Plak!

Kesya memegangi pipinya tak percaya akan mendapatkan tamparan yang tidak jelas sumber permasalahannya di mana.

"Maksud mama apa nampar aku ?" ucap Kesya menoleh dengan dingin.

Nara menatap juga dingin, namun jelas matanya menyala. Menahan amarah.

Kesya tertawa kecil. "Soal papa?"

"Jangan sesekali kamu panggil dia papa." sahut Nara menekan kalimatnya.

"Dia yang bantu aku keluar dari penjaga !" Kesya membalas mulai dengan nada tinggi. Terkekeh geli Kesya melanjutkan perkataannya. "Ternyata dari sekian banyak orang yang aku benci. Ibu! Ibu yang paling aku benci."

"Ibu psikopat."

"Psikopat?" ulang Nara semakin meradang emosi. Langkahnya mendekati Kesya. "Baik. Kalau kamu beranggapan mama adalah psikopat."

Buk

Buk

"Mama cuma minta jauhin orang itu!"

"Kamu tahu kan mama sayang sama kamu!"

"Jangan buat mama membenci kamu juga KESYA !"

Buk

Brak!

"ASTAGA NARA !" jerit Kina melerai dan menarik Kesya menjauh dari ibunya.

Begitupun Arta menahan Nara untuk menyerang Kesya.

"SADAR! LO SUDAH KETERLALUAN JALANG !"

"Lepasin dia gue belum selesai memberi pelajaran." hardik Nara menatap tajam pada Kina. Kina terisak memeluk Kesya.

"Cantik kamu kembali dulu ke kamar kamu ya."

Kesya yang lemah dengan air mata menderai tanpa suara, sempat terdiam di posisi dan beberapa saat melenggang dengan langkah begitu pelan.

"Nar! Lo keterlaluan! itu anak lo gila !" teriak Kina lagi menyadarkan Nara yang hanya diam dengan tatapan berkilat.

"Lo kenapa hikss—!"

"Dia datang." sela Nara lirih dengan menatap Kina sendu.

Kina mengerjabkan matanya. Maksud Nara adalah Yasa?

Dan saat itu juga Nara merosot jatuh pingsan.

*

Klek.

Kina terdiam sebentar melihat sorot pandang kosong dari Kesya yang tersandar di samping ranjangnya, membuat Kina menatap sedih.

"Percuma gak sih nyuruh aku ke kamar? Padahal aku udah tahu semuanya."

"Bahkan rasa ketakutan.. aku gak merasakan sama sekali."

"Aku hanya berharap bisa mati saat ini juga."

Mendengar kalimat itu semakin membuat Kina sedih dan merasakan kesesakan di hatinya. Mendekat lalu membawa Kesya ke dekapannya.

Kina tahu anak ini lelah. Bahkan untuk menangis saja dia hanya diam tanpa suara. Kina terperangah mendapati Kesya sesaat mendorong dirinya, menjaga jarak.

Kesya bangkit dari posisinya dan berucap. "Ibu sama aja ternyata kaya mama. Sama-sama buat aku sakit."

"Maksud kamu ?"

MyosotisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang