Lajunya langkah Kesya mendahului Reno untuk ke toilet, Kesya mendengar satu persatu orang dengan percakapan tentang hari kemarin.
"Ah jadi Naura itu adik tiri Raya ?"
"Iyaa."
"Lagian Naura itu aslinya bukan cewek lemah."
"Makanya buat Raya benci."
"Pantesan dari kasak-kusuk gue denger anak lain ngomong gitu."
"Gak salah sih kalau Raya yang bunuh dia."
"Tapi gila dan gak habis pikir banget membunuh saudara sendiri cuma karena cowok."
"Mereka lo tahu gak sih kabarnya gimana ?"
"Siapa?"
"Selie sama Raha."
"Kalo Selie di skors gara-gara pencemaran nama baik ketiga pesorot itu, dia dalangnya. Dan Raha itu di tahan di penjara. Karena narkoba sama teman seendarannya."
"Makanya temannya yang si Faza sama siapa itu satunya gue lupa. Mereka masih sekolah. Orang mereka gak ikut, cuma Raha aja."
"Ah gitu ya.."
Mengabaikan saja Kesya melanjutkan langkahnya melaju.
**
Di sisi lain, seorang cewek dengan raut wajah masam dan terlihat sedih. Hanya menatap diam dengan lurus.
Dion menatap dari jauh hanya sanggup untuk melihat tanpa berminat untuk berkomunikasi, dengan pakaian seragam yang di bungkus jaketnya. Ia melenggang kembali keluar dari sana.
"Heh. Mau kemana lagi lo ?"
"Sekolah lah."
"Lo udah bolos ngapain ke sekolah lagi?"
"Udah di temenin juga ke sini bela-belain bolos. Lo malah cuma lihat dia doang gak berbicara."
"Malas aja."
"Dion.." ucap Raya dalam hati setelah melihat kepergian kedua cowok itu.
Ia jadi terpikir pada perkataan Naura dulu. Kalau dirinya sadar yang ia menggunakan Dion sebagai rasa lelah dari Razor.
Begitu ketiga orang lain datang yang tepatnya mereka adalah orang yang Raya tunggu kedatangannya. Melirik dengan tatapan tajam namun sayu.
"Gue akan kasih jantung gue."
"Dan menebus rasa bersalah gue sama Naura."
Akh!
"Raya!" pekik Razor saat tahu Raya yang menusukkan pisau di bagian dadanya dengan cepat.
Seorang wanita paruh baya, ibu dari Raya hanya diam tak begitu histeris melihat aksi anaknya itu. Pasal yang di lakukan Raya adalah benar.
Dan Raya yang sudah tumbang dengan darah menembus pakaian tahanan itu, ekspresinya tersenyum kecut yang samar. Dengan berucap dalam hati, 'Hutang yang lunas bu.'
Di sisi Dion, terhenti. Juga mendengar suara-suara kecil dari dalam yang gaduh membuat Dion berbalik lagi masuk ke dalam.
"Kenapa ?"
"Eh Dion !?"
Ramon mendesis, hanya mengikuti lagi Dion kembali ke dalam. Dion sendiri pun hanya turut mengikuti kata hatinya dan begitu ingin melihat lagi Raya dengan firasat buruknya pada Raya dan ketiga orang yang berselisihan dengannya tadi.
**
"Oh gitu ya, oke turut berduka deh."
"..."
"Sarkas lo bilang? Emang tanggungjawab gue ya dia mati? Itu urusan kehidupan dia. Dan udah jalan dia mati cepat kan gak bisa di hindarin juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Myosotis
Teen Fictionseperti makna dari bunga myosotis, dia yang tak ingin dilupakan. 2023finish-