"Jeno-ya."
Jeno tersentak saat mendengar suara Renjun dari luar pintu. Terdengar samar-samar sebelum menghilang karena Renjun sibuk mencarinya ke kamar. Pria muda itupun mengembalikan bingkai foto yang sempat ia pegang ke tempat semula lantas berjalan cepat menuju pintu.
"Jeno-ya, kamu dimana?" Suara Renjun kembali terdengar. Kali ini lebih kencang karena Renjun berjalan melewati pintu di hadapan Jeno. Jeno menempelkan telinganya ke daun pintu, mendengarkan suara derap langkah yang menjauh dan menuruni anak tangga satu persatu.
Kemudian ia pun membuka pintu dengan hati-hati. Mengintip sedikit sebelum melangkah keluar. Ia meneguk ludahnya kasar, berjalan menuju kamar dan mendudukkan diri di pinggiran kasur.
Ia harus bersikap baik-baik saja.
Memang seharusnya begitu namun semenjak ia melihat sosok Renjun di foto itu, kepalanya terasa begitu berat karena banyak sekali tanda tanya yang menghampiri.
"Jeno-ya." Akhirnya Renjun datang. Renjun menghampiri Jeno lalu langsung memeluknya, mendekap kepalanya di perut, "maafkan aku karena meninggalkanmu sendirian."
Renjun menjatuhi kecupan di kepala Jeno. Mengucapkan kata maaf berulang kali karena meninggalkannya pagi ini. Jeno hanya memejamkan mata lalu menghela nafas, entahlah..
"Siapa dirimu sebenarnya?" Tanya Jeno terdengar berbisik dan Renjun masih bisa mendengarnya.
"Apa?"
"Kau... siapa kau sebenarnya?"
Renjun melangkah mundur. Ia memandang Jeno dengan tatapan takut sekaligus sedih. Perasaan itu muncul saat Jeno berdiri di hadapannya, memandanginya dengan tatapan mengitimidasi.
"Katakan padaku, apa yang kau sembunyikan?!" Jeno menyentaknya, "kau sudah menikah?"
"Jeno... tidak.."
Jeno mengeraskan rahangnya, "pelacur." Ujarnya dengan penuh penekanan, ia benci harus melihat mutiara yang hidup itu mulai berlinang air mata. Renjun menangis, bibirnya bergetar kecil karena Jeno membuatnya takut.
"Aku tidak mencintainya... kumohon, jangan berkata seperti itu. Kami menikah karena ak-"
Bugh!
Jeno meninjunya. Membuat tubuh Renjun terjatuh ke lantai dan meringis pelan. Kedua tangan Jeno yang menyatu karena borgol, memerah karena pukulan itu sangat kencang. Sudut bibir Renjun mengeluarkan darah, air matanya terjatuh dan pecah di lantai.
"Kenapa kau melakukan ini!? Kita hanyalah orang asing, apa kau sudah gila!? Lepaskan aku dan kembalilah pada suamimu itu!" Bentaknya dengan kencang hingga suaranya menggema, "atau... suamimu tidak mencintaimu lagi?" Nadanya menurun. Membuat Renjun terdiam dalam isakannya.
"Aku tidak mencintainya... Jeno. Aku hanya mencintaimu, aku hanya ingin hidup denganmu." Lirihnya pelan.
"Bahkan aku tidak mengenalmu, demi Tuhan. Aku benar-benar membencimu melebihi apapun di dunia ini. Kau hanyalah orang gila yang sebentar lagi akan membusuk di dalam penjara!"
Detik berikutnya Jeno menendangi tubuh Renjun dengan membabi buta. Tidak peduli jika kakinya itu menghantam bagian-bagian tubuh Renjun yang cukup sensitif seperti dada dan bagian belakang kepala. Renjun tidak melawan, ia memejamkan matanya menahan rasa sakit yang ia terima.
Tidak, ini tidak seberapa.
Bugh! Bugh!
Dicengkramnya kerah pakaian Renjun. Jeno menatap Renjun dengan tatapan marah, sedih, dan kesal. Ia nengguncang tubuh kurus yang sepertinya sebentar lagi akan babak belur itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC | JenoRenjun✔️
Fanfiction🔞 Adult Only JENO itu adalah pria tertampan yang pernah Renjun kenal. Tubuhnya, parasnya, senyumannya, hidung mancungnya, dan suara beratnya. Renjun ingin memiliki Jeno seutuhnya. Ia akan melakukan apapun demi mendapatkan sosok yang diidam-idamkann...