"ugh..."
Pria itu membuka sepasang kelopak matanya perlahan. Mengerjap sesaat begitu ia melihat sekelebat warna hitam padahal ia sudah membuka matanya. Mati? Tidak mungkin. Jeno yakin ada seseorang yang menutup matanya menggunakan seutas kain hitam.
Jeno meringis kecil. Memar di lehernya terasa begitu nyeri, kedua tangan dan kakinya juga terikat oleh sebuah benda dingin. Jika saja Jeno menggerakkan keduanya mungkin ia bisa saja terluka.
"Oh, kamu sudah bangun?" Suara halus itu membuat Jeno terdiam. Nafasnya memburu begitu merasa seseorang berjalan mendekat ke arahnya, tangan orang itu membuka kain yang menutupi matanya dengan sangat hati-hati.
Sebuah cahaya seolah menghantam pandangan Jeno. Menyilaukan sepasang matanya sehingga Jeno butuh beberapa saat untuk memperjelas pendangannya. Pria itu melihat seorang lelaki di hadapannya, mengerutkan kening karena rasanya lelaki itu sangatlah asing di kepala.
"Hai? Kamu silau ya?" Lelaki itu berbalik dan berjalan menuju sisi ruangan. Menurunkan suhu cahaya hingga pencahayaan ruangan kosong tersebut menjadi remang.
Jeno menatap tajam ke arah sosok tersebut. Ia diborgol di sebuah ruangan berdebu dan kosong. Kedua tangannya diborgol di antara pilar besi juga kedua kakinya. Tubuhnya tidak terbalut apapun, hanya sebuah dalaman saja.
"Kau..." Geram Jeno. Ia ingat siapa lelaki di hadapannya ini, lelaki yang dengan lancang mencium bibirnya dan mengaku bahwa ia adalah penggemar Jeno.
"Aku Renjun, kamu pasti Lee Jeno. Aku sudah mengetahuinya." Ia tersenyum. Berlutut untuk meletakkan nampan berisi makanan untuk Jeno, "kamu sudah tertidur selama dua hari di sini. Selama dua hari ini juga aku menemanimu."
Jeno mengepalkan kedua tangannya marah. Ia ingin pergi, namun pergerakannya sangatlah terbatas.
"Kamu harus makan dan minum obat, Jeno-ya. Aku akan membantumu."
"Lepaskan aku sebelum kau menyesal."
Lelaki itu mendongak, "aku tidak akan melakukannya."
"Lepaskan aku!" Suara Jeno menggema di ruangan kosong itu.
"Jeno-ya, aku tidak akan melakukannya. Kamu tahu itu 'kan?"
"Lepaskan aku, bodoh! Aku sama sekali tidak mengenalmu!"
Lelaki itu tersenyum simpul, "aku sudah bilang, namaku Renjun dan aku adalah penggemar beratmu. Sungguh aku tidak menyangka aku akan berbicara empat mata denganmu."
Sontak Jeno berdecih. Ia menggerakan pergelangan tangannya dengan gusar hingga borgol yang mengikatnya menciptakan suara bising karena menghantam pilar besi tersebut berulang kali. Berteriak ke arah pintu berharap seseorang dapat mendengarnya dan melepaskannya dari orang gila ini.
"Kamu harus makan, Jeno. Kamu belum makan selama dua hari."
"Seseorang tolong aku! Yak! Tolong aku!"
Renjun tersenyum kecil, "tidak ada orang di sini, Jeno. Hanya kamu dan aku, kita berdua."
"Bajingan! Lepaskan aku!"
"Ayo makan." Ia menyodorkan sumpit yang menjepit ayam suwir, Jeno menatapnya dengan penuh kebencian sebelum membuang wajahnya ke samping enggan menerima suapan tersebut meski tidak dapat dipungkiri ia merasa lapar sekarang.
"Aku tidak ingin kamu sakit, Jeno. Makanlah.."
"Maka dari itu lepaskan aku, aku tidak ingin mengatakannya lagi. Lepaskan atau aku benar-benar akan membuatmu menyesal."
"Ah tidak, jangan bilang begitu. Aku peduli padamu."
"LEPASKAN!" Jeno berteriak hingga tubuh Renjun tersentak. Lelaki itu mengatupkan bibir sebelum beranjak, ia pun berjalan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Jeno sendirian. Jeno menggeram sebelum bersusah payah menarik tangannya, yang ada malah pergelangan tangannya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC | JenoRenjun✔️
Fiksi Penggemar🔞 Adult Only JENO itu adalah pria tertampan yang pernah Renjun kenal. Tubuhnya, parasnya, senyumannya, hidung mancungnya, dan suara beratnya. Renjun ingin memiliki Jeno seutuhnya. Ia akan melakukan apapun demi mendapatkan sosok yang diidam-idamkann...