14 . Maniac; Mengulik

6.1K 695 46
                                    

Sudah satu bulan berlalu.
Sudah satu bulan Jeno terbebas dengan jadwal yang menuntutnya. Agensi, kamera, wartawan, dan para penggemar. Semua itu adalah hal yang ia temui setiap hari sebelum Renjun merenggutnya dari dunia luar.

Jeno tidak begitu ingat bagaimana tatapan penuh damba yang dilontarkan oleh para penggemarnya, suara acara televisi yang selalu menyebut namanya, juga jumlah uang yang selalu menghampiri rekeningnya setiap bulan.

Semua itu hanya tinggal kenangan.

Jeno terperangkap di sini. Bersama seorang laki-laki misterius yang selalu berkata bahwa ia mencintainya. Jeno tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Resiko seorang idola? Tidak, Jeno tidak pernah berpikir jika ada penggemar segila Renjun yang berani menculiknya.

Bagaimana teman-temannya? Apakan mereka semua sedang mencari keberadaan Jeno sekarang? Tapi kenapa bala bantuan itu tak kunjung datang.

Renjun.

Lelaki itu yang kini mengusik pikiran Jeno. Sudah dua hari Renjun tidak muncul di hadapannya semenjak kejadian mereka bertengkar. Renjun seolah menghilang. Tidak ada suara halus yang menyapa, tatapan mata berbinar, kecupan, juga dekapan hangat.

Jeno terdiam.
Memandangi keluar balkon kamar.
Ia putus asa, putus asa dengan kehidupannya yang mungkin akan berakhir di rumah besar ini. Sewaktu-waktu bisa saja Renjun membunuhnya atau bahkan menghabisinya.

Perutnya sakit.
Ia tidak makan maupun minum selama dua hari belakangan. Ia juga tidak mandi karena bagaimanapun juga ia butuh bantuan orang lain. Lagipula selama dua hari ini Jeno menghabiskan waktunya di kamar.

Ah, sudahlah.
Jeno benar-benar sudah menerima akhir hayatnya.

Klek...

Jeno mengerjap saat mendengar suara pintu terbuka. Ia menoleh ke belakang, melihat sesosok laki-laki bertubuh ringkis berjalan ke arahnya dengan beberapa makanan kemasan juga minuman di tangannya.

Renjun mendudukkan diri di sebelah Jeno. Mereka duduk berdampingan di pinggiran kasur, Renjun sibuk membuka kemasan makanan cepat saji untuk diberikan kepada Jeno.

"Makan.." ujarnya pelan. Ia menyodorkan sumpit yang menjepit sebuah sushi ke mulut Jeno. Kepalanya enggan menoleh, sisi wajahnya tertutupi oleh helaian surai yang memanjang.

Jeno bisa melihatnya.
Sudut bibir Renjun terluka dan sedikit membiru. Tangannya dibalut oleh perban putih juga memakai pakaian hangat.

Pria muda itu tidak menjawab apapun. Hatinya sedikit tersentuh saat melihat perban di tangan Renjun.

"Hei." Jeno meraih wajah Renjun dengan ragu. Kedua tangannya yang menyatu membingkai wajah tirus tersebut lantas menyingkirkan surai yang menutupi wajah.

Deg.

Jeno meneguk ludahnya kasar.
Ia melihat lingkaran kebiruan di sekitar mata Renjun, sudut bibirnya lebam dan bibirnya pucat. Renjun menatapnya dengan sayu sebelum memejamkan mata.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jeno. Tidak sadar ia mengusap lebam di sudut bibir Renjun.

Renjun tersenyum simpul, "aku baik... lebih baik dari sebelumnya." Ujarnya dengan suara serak. Ia memandang Jeno, Jeno melontarkan tatapan khawatir untuk yang pertama kali.

"Aku... apakah aku melakukannya terlalu kencang?"

"Tidak, Jeno. Aku baik. Ini sudah tidak sakit sama sekali." Renjun melebarkan senyumannya, berusaha membuat Jeno tidak khawatir. Ia menggenggam kedua pergelangan tangan lawan bicaranya kemudian menyamankan diri di sepasang tangan hangat tersebut.

MANIAC  |  JenoRenjun✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang