16 . Maniac; Aku bersamamu ⚠️

10.2K 714 54
                                    

"Tidak..."

Jeno meremas kenop pintu, menghela nafas berat lalu menoleh ke belakang. Ia melihat tubuh ringkih nan kurus itu sendirian. Tubuh yang telah menelan banyak sekali kekerasan dari suaminya sendiri, tubuh kurus yang bahkan semakin kurus setiap harinya. Jeno ingin memeluknya, melindunginya, dan membawanya pergi.

Hatinya gundah.
Pikirannya kosong.

Pria muda itu pun berjalan mendekati Renjun dengan cepat lantas memeluk tubuh kurus itu dari belakang. Mengeratkan pelukannya seiring Renjun menunduk. Menangisi dirinya sendiri tanpa isakan kemudian meremas lengan Jeno.

"Tidak... aku tidak akan pergi.. " ujar Jeno. Ia menyembunyikan wajahnya di bahu Renjun lantas mendudukkan tubuh mereka.

"Wae...?" Lirih Renjun. Menoleh ke samping, memandangi surai hitam Jeno.

"Aku tidak bisa."

"Maaf.." Renjun merengkuh wajah Jeno, memandang lurus ke sepasang bola mata sendu itu. Jeno memejamkan kelopak matanya, menyamankan diri di sepasang telapak tangan Renjun, "maaf karena aku membagi rasa sakitku kepada tubuhmu. Kamu tidak salah, kamu bisa pergi meninggalkanku sendirian. Aku akan hidup seperti dulu lagi."

Sebutlah Jeno seorang pecundang yang bodoh karena ia menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Nyatanya Jeno tidak pergi, ia terdiam dalam posisinya. Sedangkan Renjun berusaha melepaskan diri karena ia sudah terlanjur membenci dirinya sendiri, ia tidak ingin bertindak lebih jauh karena suasana hatinya mudah berubah.

"Pergilah." Lirih Renjun mendorong-dorong dada Jeno.

Jeno menahan diri. Ia pun mengeratkan pelukannya lalu menarik kepala Renjun mendekat. Menempelkan belah bibir mereka hingga bertemu satu sama lain. Jeno menggerakan bibirnya untuk membuat Renjun terdiam, terlena dalam ciuman tersebut.

Detik berikutnya Jeno menarik Renjun untuk berdiri. Ciuman mereka terlepas sesaat kemudian sepasang tangan Jeno mendorong pinggang Renjun menuju meja kerja.

"Je-" ucapan Renjun terhenti saat Jeno menghisap permukaan kulit di bagian lehernya. Kedua tangan pria itu berjalan turun untuk melepas kancing kemeja Renjun satu persatu.

Tidak ada yang bisa Renjun lakukan kecuali mematung saat Jeno melepas semua pakaian yang ia kenakan. Pria muda itu membalik tubuhnya lalu memelingkarkan lengan kanannya di sekitar pinggang Renjun yang begitu kecil.

Jeno menurunkan sedikit celananya. Mengarahkan kemaluannya untuk ia masukkan ke dalam diri Renjun. Renjun memejamkan matanya erat, meremas pinggiran meja selagi lirihan kecil lolos dari bibir cantiknya.

"Ah.." lirih Jeno begitu setengah kemaluannya sudah masuk. Ia menahan perut Renjun lantas menekan pinggulnya dalam sekali hentakan.

"AKH!" Renjun tersentak. Kedua kaki telanjangnya seolah bergetar hebat hingga ingin jatuh rasanya. Syukurlah ada sepasang lengan berotot yang memeluknya dari belakang serta menahannya agar Renjun tetap berdiri.

Gerakan pinggul Jeno mulai dipercepat. Menciptakan suasana panas dan sangat intim di seisi ruangan. Suara-suara vulgar itu membuat keduanya sama-sama tenggelam nafsu yang seperti mimpi.

Jeno menyembunyikan wajahnya di punggung sempit Renjun. Sesekali mengecupinya dan menyesapnya lantaran Renjun mengeluarkan desahan-desahan erotis namun disertai dengan air mata yang jatuh. Surai panjangnya menutupi sepasang mata mutiara itu, air mata membuat jalannya sendiri di permukaan pipi berlapiskan kulit yang halus dan merah.

"Jeno-ya.. ah.. mmhh..."

"Fuck.."

Hentakan terakhir berhasil membuat Jeno mengisi diri Renjun dengan cairan spermanya. Cukup banyak untuk kali ini. Renjun menunduk, memandangi kelaminnya sendiri yang mengacung dengan sperma berkilau menghiasi lantai. Tubuhnya hendak runtuh namun Jeno memeluknya. Sangat erat seolah tidak ingin kehilangan.

MANIAC  |  JenoRenjun✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang