Kamu milikku!
Darah kita akan menyatu di bawah sana...
Mendesahlah, Jeno
Kita akan selalu bersama..Deg.
Sepasang kelopak matanya terbuka. Tatapan kosong yang berkaca-kaca menandakan pemiliknya sedang merasa khawatir sekaligus takut.
Pria muda itu meneguk ludahnya hingga melewati kerongkongannya yang begitu kering.Tubuhnya beranjak. Air keringat mengucur dari dahi hingga lehernya. Ia berdiri dari posisinya saat ini lantas berjalan menuju dapur. Ia ketiduran, seisi rumah begitu gelap. Hanya cahaya remang yang berasal dari layar televisi.
Jeno tertidur di luar. Bahkan televisi dan laptopnya masih menyala.
Pria muda itu menarik laci paling bawah etalase dapur. Ia mencari beberapa benda yang menjadi tumpuannya selama ini. Dua tabung bening berukuran kecil berhasil Jeno dapati setelah mencarinya di sudut persembunyian.
Jeno mulai meneguk masih-masing dua pil dari dua tabung kecil tersebut. Meringis pelan saat merasakan pahit tiada tara. Dirinya melarutkan obat-obat tersebut menggunakan air bening sebanyak setengah gelas sebelum menumpu tubuh pada pinggiran counter dapur.
"Ukh..." Jeno terbatuk, menahan diri untuk tidak memuntahkan obat-obatan itu. Ia harus menahannya agar rasa takut yang menghantui itu segera pergi dari kepalanya.
Jeno takut.
Di saat-saat tertentu, bayangan dimana dirinya tersiksa saat bersama Renjun terulang kembali. Tidak mungkin jika seseorang yang sempat diculik dan disekap walau hanya sebentar pun tidak memiliki trauma di dalam dirinya. Luka yang ia dapati selama bersama Huang Renjun belum terobati, Jeno mencoba melupakan segalanya dengan cara mendekatkan diri pada Renjun tetapi tidak semudah itu mengobati lukanya. Namun, jika jauh dari Renjun semuanya akan hancur berantakan, Jeno akan lebih terluka jika hal itu terjadi.Jeno terbatuk lagi. Kali ini merundukkan kepala ke arah wastafel selagi lendir bening keluar dari mulutnya. Perutnya terasa mual dan kepalanya berat.
"Ukh!"
"Jen...."
Seseorang memanggilnya dari belakang. Jeno mengerjap, ia segera membasuh mulutnya lantas berbalik. Jantungnya berdegup tak karuan melihat Renjun berjalan ke arahnya sambil menggosok kelopak mata. Tubuhnya masih terbalut piyama hangat pertanda Renjun terbangun dalam tidur nyenyaknya.
"Aku menunggumu di kamar tapi kamu tidak ada di sana." Ujar Renjun dengan suaranya yang serak.
"A-aku tertidur di ruang tengah.."
"Nanti tubuhmu bisa sakit kalau sering tidur di sofa. Ayo tidur di kamar." Renjun memeluk lengan Jeno, mengusapkan kepalanya dengan manja di otot-otot kokoh tersebut. Sesekali menghirup aroma tubuh Jeno yang sangat jantan sehingga menjadi candu baginya.
Sepasang mutiara itu tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik perhatian. Dua tabung kecil dengan beberapa pil obat serta label yang melingkari tabung bening tersebut. Renjun mengerutkan kening, meraih keduanya kemudian melepaskan pelukannya.
Jeno mematung.
Renjun membaca dengan seksama tulisan di label tersebut.Lee Jeno, 23
AntidepresanLee Jeno, 23
Benzodiazepin (II)Dua obat yang berbeda dosis.
Renjun paham betul obat-obatan tersebut. Ia pernah mengonsumsinya dulu, untuk menenangkan diri dari trauma dan memaksa diri untuk tidur.
Mulutnya terbuka kecil, menatap Jeno meminta penjelasan."Ini.. ini hanya obat biasa." Ujar Jeno mencoba meraih tabung-tabung tersebut.
"Kamu mengonsumsinya selama ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC | JenoRenjun✔️
Fanfiction🔞 Adult Only JENO itu adalah pria tertampan yang pernah Renjun kenal. Tubuhnya, parasnya, senyumannya, hidung mancungnya, dan suara beratnya. Renjun ingin memiliki Jeno seutuhnya. Ia akan melakukan apapun demi mendapatkan sosok yang diidam-idamkann...