Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Hubungan keduanya beranjak dekat dan lebih serius. Dengan arti lain, hampir setiap saat mereka menghabiskan waktu bersama. Renjun sering menceritakan tentang dirinya, dan Jeno yang setia mendengarkannya.
Renjun sering mengajari Jeno memasak, membuat kue, bahkan melukis. Jeno tidak begitu memperhatikan Renjun saat menjelaskan beberapa hal, tatapannya hanya tertuju pada wajah cantik itu.
Merasa diperhatikan lantas Renjun pun menoleh. Sepasang tangannya berhenti mengaduk adonan untuk membuat kue cangkir. Kepalanya menoleh, tatapan matanya langsung tertuju ke arah sepasang mata Jeno yang sendu namun memikat.
"Wae?" Renjun bertanya diiringi kekehan kecil.
Jeno tidak mengatakan apapun.
Ia bersumpah, Renjun sangatlah cantik. Cahaya dari luar sana seolah menyinari iris coklat tua tersebut, begitu indah.
Bibirnya merah, hidungnya kecil nan mancung.Pria muda itu meneguk ludahnya. Ia tidak lagi bisa menahan diri, Jeno pun mendekatkan wajahnya lalu menempelkan belah bibir mereka. Hanya beberapa kecupan kecil membuat Renjun terkikik malu, ia membiarkan Jeno menghujani bibirnya dengan kecupan singkat.
"Jeno-ya, hahaha..."
Jeno merengkuh tubuh kurus itu. Semakin memajukan wajahnya sehingga Renjun mendongakkan kepalanya. Kecupan itu turun ke rahang dan permukaan kulit leher. Renjun merasa jutaan kupu-kupu berterbangan di bagian dalam perutnya.
Cup
Cup
CupAkhirnya Jeno menghentikan kegiatannya. Keduanya saling pandang untuk sesaat sebelum Renjun menempelkan kedua telapak tangannya di kedua pipi Jeno. Menggerakkannya dengan gemas lantas terkekeh. Jeno terlihat menggemaskan dan gemuk. Akhir-akhir ini Jeno banyak makan karena Renjun selalu menyodorkan banyak sekali makanan enak.
Pip.. pip..
Renjun tersentak. Ia pun segera menarik Jeno menuju tangga saat mendengar suara pin di pintu utama. Suaminya datang, Renjun yakin itu.
"Naiklah ke lantai atas, bersembunyi." Ujar Renjun lalu merapikan penampilannya sendiri. Ia mendadak gugup dan pucat, Jeno bisa melihatnya. Pria muda itu mengepalkan kedua tangannya lalu memandangi pergerakan Renjun yang mulai berjalan ke arah pintu utama.
"Seungho..." suara melirih itu terdengar saat pintu utama terbuka.
Jeno tidak melangkah ke atas melainkan berdiri di balik sekat. Ia mengintip sedikit apa yang sedang Renjun lakukan di pintu utama bersama 'suaminya'.
"Aku akan pergi ke Hongkong sampai malam natal. Ada pekerjaan yang harus kukerjakan di sana." Jeno mengerutkan kening. Hatinya mendadak panas saat melihat pria itu menjatuhkan tangannya di pinggang Renjun lalu turun ke paha bagian belakang.
Renjun tersenyum simpul. Ia membenarkan posisi dasi milik suaminya, "baiklah."
"Jangan macam-macam, istriku." Seungho menyeringai lalu meremas bongkahan pantat Renjun menggunakan telapak tangan kasarnya, "beli apapun yang kau mau, bila perlu habiskan uangku. Dan... uangku tidak akan pernah habis begitu saja. Mengerti?"
Renjun tersenyum, lagi.
Ia memberikan pelukan di tubuh yang lebih tinggi darinya lalu mengangguk. Seungho melirik ke sekitar untuk sesaat sebelum berjalan pergi. Ia datang hanya untuk memberi kabar untuk istrinya dan juga memastikan sesuatu."Dah..." Renjun melambai sebelum pintu tertutup. Ia pun menunduk, apa Seungho baru saja menyebut dirinya 'istriku'?
Benarkah...?
Ia berdiam di tempatnya.
Seungho tidak memukulnya, Seungho tidak mencaci makinya. Apakah ini pertanda bahwa Seungho mulai... menghargai keberadaan Renjun?
KAMU SEDANG MEMBACA
MANIAC | JenoRenjun✔️
Fanfic🔞 Adult Only JENO itu adalah pria tertampan yang pernah Renjun kenal. Tubuhnya, parasnya, senyumannya, hidung mancungnya, dan suara beratnya. Renjun ingin memiliki Jeno seutuhnya. Ia akan melakukan apapun demi mendapatkan sosok yang diidam-idamkann...