PALETTE 3 : SURPRISED

162 108 51
                                    

Ratusan hari ku mengenalmu
Ratusan alasan kamu berharga
Ratusan hari ku bersamamu
Ratusan alasan kamu cahaya

Semampuku kau akrab dengan senyum dan tawa
Semampuku tak lagi perlu kau takut cinta

- TULUS-

-----###*****###-----

Nara menyantap makanannya dengan tenang, sementara bocah tengik di depannya itu terus menatapnya dengan sorot intimidasi. Tentu saja ini membuat Nara merasa tak nyaman. Gadis itu sadar dengan tatapan Eza. Ia yakin, bahwa Eza sangat ingin bertanya soal formulir pengajuan asrama tadi.

TAK!

Nara mendaratkan garpunya semena-mena. Ia benar-benar sudah tak tahan lagi, sebab rasanya seperti punya hutang sebanyak 5 Miliar yang tak di bayar hingga sekarang.

"Apa? Mau bilang apa?" ia mendongakkan kepala, hanya untuk menangkap netra anak laki-laki yang ada di seberang meja.

"Bantuin gue"

Kedua alisnya meninggi seketika, karena hal yang berbeda telah keluar dari mulut Eza. Tapi Nara berpikir untuk tidak senang dulu, mungkin bukan sekarang ia akan dicecar dengan seribu pertanyaan bocah berisik itu. Bisa saja esok, lusa, atau nanti sepulang sekolah. Membayangkannya saja sudah membuat Nara frustasi.

Sejenak Nara terpaku, sebab ia bersyukur karena Eza tidak menanyakan soal form pengajuan asramanya.

"Bantuin apa?"

"Bantuin gue biar bisa ngomong sama Elli"

Wajahnya memelas di buat-buat,  obsidiannya berkaca-kaca dan kedua tangan yang bertaut di depan dada, membuat Eza terlihat seperti anak beruang yang minta dikasihani. Tapi hal itu tak mempan buat Nara, justru ia malah tergelak.

"Pfftt...Huahahaaa!"

Nara memukul-mukul meja makan mereka, dadanya penuh rasa tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Sudah pasti. Karena Nara kenal betul bahwa bocah itu sangat berbanding terbalik dengan kepribadiannya. Eza itu ibarat kupu-kupu yang tak pernah lelah terbang, ke sana- sini untuk mengumpulkan nectar. Seorang social butterfly, untuk pertama kalinya meminta tolong pada seorang introvert pemalu seperti dirinya untuk mendekati manusia lain. Yang benar saja!.

"Emang lo di apain kalau bicara sama dia?"

"Di kutuk jadi dinosaurus lo? atau di rebus buat jadi makanannya bergens?".

Bergens, raksasa yang memakan buntelan kecil berjambul warna-warni, dalam film musical berjudul Trolls itu. Nara mencibirnya habis-habisan. Bagi Nara, permintaan Eza hanyalah lelucon yang sengaja di buat agar keadaan tak hening.

Namun Eza hanya berdecak. "Bukan gitu,"

"Dia tuh susah di ajak ngomong, kaya lo."

Dengan begitu saja, Nara urung menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Justru itu. Kalau lo udah tahu dia kaya gue, lo harusnya udah ngerti cara lo ngajak dia ngobrol itu gimana,"

"Emang ada apa sih? Kaya harus banget ngomong sama dia?". Sambung Nara sambil melanjutkan makannya. Padahal dia paling tidak suka berbicara saat sedang makan. Tak sopan katanya.

"Minggu depan ada ujian pitch perfect," jawab Eza setelah menenggak air minumnya.

"Dan gue satu kelompok sama dia. Satu kelompok dua orang, lagu yang di pilih beda-beda. Kata Ms. Anna harmonisasinya harus tepat sesuai akord, terus juga gaboleh ketinggalan tempo. Gimana mau tepat kalau dia nya ga bisa di ajak latihan. Lagian, kenapa juga gue harus sama dia. Masa Ms. Anna gatau sih dia orangnya kaya gimana. Ntar kala-"

San chróma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang