PALETTE 2 : COMPLEX

178 112 73
                                    

Ingin Aku lewati

Lembah hidup yang tak indah

Namun harus ku jalani

Berdua denganmu

Pasti lebih baik

Aku yakin itu

-Acha Septriasa-

-----###*****###-----

Olivia Kinan Baskara, merupakan anak kedua dari pebisnis tersohor, Rianto Baskara. Dari dulu, segala hal yang diinginkannya selalu terpenuhi, mengingat ia adalah anak dari keluarga kaya dan terpandang.

Tapi hari ini, karena satu keinginannya itu, justru malah membuat Ayahnya marah. Kalimat untuk tidak di akui sebagai seorang anak lagi membuat Kinan tercekat. Tak pernah ia menyangka bahwa Ayahnya akan mengucapkan serapah demikian. Sikap kasar Ayahnya membuat Kinan tak mampu mengatakan satu patah kata pun. Kakinya dingin. Tangannya semakin erat mencengkram baju Abangnya. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan suara tangisnya agar tidak terdengar.

"Menjadi Violinis katamu?, Kau pikir itu bisa menjamin hidup mu?!"

"SUDAH BERAPA KALI AKU KATAKAN, JANGAN MENJADI ORANG YANG TAK BERGUNA!"

"SEKALI LAGI AKU MENDENGAR KALIMAT ITU, MAKA KAU BUKAN LAGI ANAKKU!!"

"Kalau saja aku tahu akhirnya begini. Aku tak akan pernah menyekolahkanmu di tempat sampah itu..!"

"Haaahhh....BENAR-BENAR TIDAK TAHU DIRI!."

Sang Ayah menghela napas sambil mengusap kasar wajahnya, sebab tak tau lagi harus berkata apa pada anak perempuannya itu.

"Dan kau Je. Jika kau menghalangi ku lagi. Maka kau akan keluar juga dari rumah ini!"

"Maaf."

Jeje menunduk. Membalas peringatan Ayahnya dengan jawaban singkat, karena ia tau hanya kalimat itu yang dapat meredakan amarah Ayahnya.

"Hah! Ajari saja adikmu itu untuk mengucapkannya!"

Masih tak habis pikir dengan anak perempuannya, Tuan besar itu meninggalkan kedua anaknya di ruang tengah. Menghilang di balik pintu setelah menggampar guci kecil di dekat sana, hingga jatuh dan pecah berserakan di lantai.

Sementara dari balik belakang Jeje, terdengar suara isak tangis Kinan. Jeje yang terdiam mematung, bisa merasakan tangan adiknya itu bergetar hebat karena takut. Bajunya basah karena air mata Kinan. Namun ia masih tetap di tempat untuk membiarkan Kinan meluapkan rasa takutnya. Tak lama kemudian, suara deru mobil terdengar meninggalkan pekarangan. Saat itu juga, barulah ia menarik napas lega, membalikkan badannya dan memeluk adiknya.

"Ssssttt... udah pergi kok,"

"Gapapaa, kan ada Kakak"

Baritonnya menenangkan Kinan seolah semuanya akan baik-baik saja. Usapan lembut tangannya mengelus kepala adiknya, kemudian menepuk-nepuk punggung Kinan dengan pelan. Kinan dapat merasakan kasih sayang tulus Abangnya itu. Tapi hal itu justru malah membuat tangisnya semakin menjadi. Bibi ART yang sedari tadi di dapur, langsung kembali ke ruang tengah untuk ikut menenangkan Kinan.

"Bi, tolong bawa ke kamar saya aja yaa."

Sebagai seorang abang, Jefran Baskara selalu melindungi adiknya dari kemarahan sang Ayah. Ia juga cekatan, cerdas, dan sangat patuh pada aturan orangtuanya. Keluarganya memanggilnya Jeje. Bukan hanya suara rendah dan lembutnya saja yang membuat ribuan wanita jatuh hati, tapi juga senyuman dimple di pipinya yang menjadikan ia paket komplit bagi kaum hawa.

San chróma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang