"Anda tidak bisa berada di kutub dan khatulistiwa pada saat yang sama. Anda harus memilih jalur Anda sendiri, seperti yang saya harapkan, dan itu mungkin akan berwarna."
-Vincent William van Gogh-
-----###*****###-----
Pancaran sinar fajar sang surya, telah menyentuh ukiran batu granit berwarna Maroon yang berbentuk tulisan LAARD SCHOOL. Korelasi antara warna dan cahaya yang di pantulkan, semakin mengundang kemegahannya. Dengan perbandingan font 3:2, di bawahnya terukir bacaan LANGUAGE AND ART ACADEMY-COURSE yang masih basah, sebab sisa air hujan tadi malam. Disampingnya terpatri pahatan batu gamping berbentuk tangan, seperti memegang sebuah bingkai dengan isian kertas bertandatangan resmi. Karya seni itu sengaja dibuat sebagai replika sertifikat pengesahan gedung akademi.
Jika menelisik lebih jauh ke dalam area gedung, terdapat patung besar berwarna putih dari cerita Novel legendaris Spanyol. Alonso Quixano, si Pejuang Ksatria itu menunggangi kudanya di tengah-tengah halaman depan. Tepat di belakangnya berdiri kokoh bangunan 4 lantai dengan konsep arsitektur bergaya Eropa desain georgian, lengkap dengan interior ber-ornament yang khas dan jendela-jendela kaca besarnya.
Dengan dinding pagar depan yang di balut tanaman ivy rambat, terdapat pamvlet bertuliskan "Decide Your Future Life, Cuz Life Is Yours" yang merupakan motto dari LAARD SCHOOL. Ditambah biasan cahaya mentari pagi yang menembus kaca jendela ruangan kelas, semakin menjadikan suasana pagi itu terlihat sangat menawan.
C'PLAK!
Tanpa sengaja, Kinan menjejakkan kakinya pada genangan kecil di depan pintu gerbang. Hal itu membuat sepatu nya sedikit basah. Tapi untungnya ia memakai pantoefl hitamnya, jadi tidak terlalu terlihat kotor. Wanita berambut panjang itu berlari cepat memasuki area halaman depan. Biola yang tergantung di punggungnya, tak membuatnya kerepotan untuk mengejar Nara yang berada pada radius 40 meter di depannya. Ia berhenti tepat di hadapan Nara secara tiba-tiba, hingga membuat gadis berbola mata indah itu pun kaget.
"OUH MY- GOD!!"
"Ngagetin banget ni orang, astagaa!!"
Kinan yang masih ter-engah-engah itu, hanya mampu memegang pundak Nara sambil membungkuk, mencoba mengatur napasnya.
"Gila lo- heuhh heuhh-.. jalan lo heuhhh-.. cepet am- AAKKK!"
Tiba-tiba saja Kinan memekik. Tentu saja!, karena hal ini membuatnya semakin susah bernapas, padahal ia sedang susah payah mengambil balik oksigen miliknya. Nara yang keheranan, mencari sebab ia seperti itu. Sampai menyadari bahwa Eza menarik kerah belakang Kinan, hingga lehernya ikut tertarik juga.
"Ja-ngan sen-tuh Na-ra gue!"
Bugh!!, Lagi-lagi kepalan tinju itu mendarat sempurna di lengan Eza.
"Sakit woii!"
"Gila lo!, ga liat apa?! orang masih kehabisan napas juga."
"Tau nih!"
Bughh!!, sekali lagi. Tapi kali ini ulahnya Kinan.
"WOILAAHH!!" pembalasan dendam Kinan untuk kerah bajunya itu, berhasil membuat Eza berteriak kesal. Di pagi yang indah itu, Eza sudah mendapatkan serangan double kill.
---:::---
Kelas bahasa prancis oleh Prof. Rusdi baru saja berakhir. Nara memutuskan pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi Mozaiknya. Langkahnya pelan menyusuri setiap rak buku yang berjejer disana. Dan tanpa sadar, pandangannya teralihkan pada seorang gadis yang duduk dekat jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
San chróma
Teen Fiction"Mungkin gue gabisa nuntasin masalah lo, tapi gue harap gue bisa nguatin lo Ra" "Gue harap gue bisa jadi kekuatan lo buat terus hidup..." Eza menangis sesegukan di samping Nara, sedang gadis itu tak tau harus berbuat apa. Prinsip aneh yang terus men...