Mama, you were always somewhere
And Daddy I live outta townYou tell me this is for the best
So tell me why am I in tears-Justin Bieber-
---##***##---
PRANG!
Wanita berliontin permata blue sapphire itu mencampakkan piring yang ada di meja makan.
"Kamu itu harusnya sadar diri Mas!"
"Bertahun-tahun ga pernah pulang, ngakunya sibuk sama kerjaan!"
"Emangnya kamu pernah peduli sama aku?! GA PERNAH!"
Pria dewasa ber-kemeja hitam itu lantas melonggarkan paksa dasinya dan menyugar rambutnya kasar. Mencoba menahan diri untuk darah yang sudah membuncah ke ubun-ubun.
"Kamu yang harusnya sadar diri!" Napasnya memburu dengan telunjuk menuding tegas ke arah wanita yang ada di depannya.
"Setiap kali aku bilang buat jangan pernah ikut campur dengan urusan aku, kamu ga pernah dengarkan sedikitpun!"
"Dan sekarang malah nambah masalah lagi?!. KAMU HARUSNYA TAHU TUGAS KAMU SEBAGAI ISTRI ITU APA!!"
Gio menarik napas dalam-dalam. Tak peduli seberapa besar volume headphone yang ia kenakan, gelegar pekikan dua insan dewasa itu terus menerobos ke dalam telinganya. Pensil warna yang ia genggam kini sudah terhampar begitu saja di atas kertas linennya.
"Harus berapa kali aku bilang, jangan pernah ikut andil lagi sama dunia fashion kamu yang ga berguna itu?!"
BRAK!
"Jangan pernah menghina pekerjaan saya!!"
"Aku capek-capek buat mengangkat derajat keluarga ini, sampe belai-belain Indonesia-Jerman setiap dua minggu sekali, dan kamu mal-"
"JANGAN BERDALIH MENGANGKAT DERAJAT KELUARGA!"
Remaja lelaki itu menoleh ke arah pintu kamarnya yang tertutup. Dengung murka sang Papa yang menggema lantang dari lantai satu membuatnya bertanya-tanya. Sebenarnya apa saja yang ada dalam pikiran orang dewasa?. Apakah menjadi dewasa artinya harus selalu mengedepankan ego logika?. Apa semuanya harus di selesaikan dengan saling membenturkan isi kepala?. Mengapa tidak ada yang mampu mengalah di antara mereka?.
"Kamu itu cuma mau mengangkat derajat mu sendiri!" Tukas pria dewasa itu yang kian geram.
"TERLALU HAUS KETENARAN DAN NAMA!"
"Apa kamu lupa kalau kamu masih punya anak?"
"Apa kamu ingat kalau Gio masih ada di rumah ini?"
"Kamu bahkan ga pernah nanya tentang kabar dia!"
"DIA ITU ANAK KAMU!!"
"DAN DIA ANAK KAMU JUGA!!" Bantah sang istri, dengan air mata yang mulai menggenangi iris cokelatnya.
Namun air mata itu tidak hanya memenuhi pelupuk mata wanita-- yang Gio panggil dengan sebutan Mama. Sebab netra anak lelaki itu kini juga mulai basah. Lantas ia beranjak dari kursi dan berjalan mendekati buntelan besar berbulu orange, yang sedari tadi terus mengeong di atas tepi kasur.
"Kenapa Cuma aku yang salah disini?"
"Kenapa Cuma pekerjaan aku yang selalu kamu anggap ga penting disini?". Air mata itu berhasil jatuh.
"Kamu sendiri ga pernah sadar kalau kamu selalu ga punya waktu buat keluarga!"
"SELALU SIBUK SAMA CLIENT-CLIENT BAJINGAN KAMU YANG JALANG ITU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
San chróma
Teen Fiction"Mungkin gue gabisa nuntasin masalah lo, tapi gue harap gue bisa nguatin lo Ra" "Gue harap gue bisa jadi kekuatan lo buat terus hidup..." Eza menangis sesegukan di samping Nara, sedang gadis itu tak tau harus berbuat apa. Prinsip aneh yang terus men...