Tenangkan hati
Semua ini bukan salahmu
Jangan berhenti
Yang kau takutkan takkan terjadi- Kunto Aji-
---##*****##---
"Katanya anda jelek, Tuan Baskara"
"Katanya anda Jelek, Tuan"
"Katanya anda jelek"
"Anda Jelek"
"Jelek"
"JELEK"
"JELEK!"
"ARRGGHH...!!"
Pemuda itu terperanjat dari tempat ia duduk, sebab konsentrasinya menguap sudah. Padahal tugas jurnal yang terlampir pada microsoft nya harus di kumpulkan besok. Kata Jelek dari Bu Rita tadi siang terus memenuhi kepalanya. Jeje menyugar rambutnya ke atas penuh rasa frustasi, setelah ia berdiri di depan cermin itu.
Terpampang nyata wajah yang tanpa celah itu di sana. Hingga ia mulai berpikir bahwa bukan wajah dia yang salah, tapi mata anak perempuan yang di jumpainya tadi. Namun itu semua tak membantu, sebab kata Jelek oleh Bu Rita masih terus terngiang di telinga. Si sulung yang tampan itu meringis tak percaya.
"Sejelek itu ternyata." Bisiknya.
Ia terus memandangi wajahnya dengan raut getir, sebelum akhirnya bergegas keluar kala melihat seseorang lewat di depan kamarnya dari pantulan cermin.
"Dek, dek."
Gadis itu refleks menoleh ke arah sumber suara, saat tangan kanannya sudah memegang handle pintu kamar. Sementara segelas susu hangat ada di tangan kirinya.
"Sini sebentar." pinta Jeje.
"Ngapain?"
"Bentar aja." Kinan pasrah saat Jeje menarik tangannya.
"Sekarang liat muka Kakak, ada yang aneh ngga?" Gadis itu hanya diam memandangi wajah Jeje, seperti yang abangnya itu perintahkan. Sesekali ia menyipit hanya untuk memastikan tidak ada yang aneh disana.
"Ngga ada." Jeje menghela napas lega.
"Menurut kamu, Kakak jelek ngga?" Dengan kerlingan manja ke arah adiknya.
Alih-alih memberikan jawaban, gadis itu malah menyeruput susu yang ada di tangannya. Kemudian melangkahkan kaki untuk keluar dari kamar Jeje setelah membatin "Gak guna."
"Dek, tunggu! liat duluu..." Kinan jengah, dan terpaksa membalikkan badannya kala Jeje meraih tangannya lagi.
"Kenapa? Ada yang bilang Kakak jelek ya?" Tanya gadis itu yang membuat Jeje tergugu.
"Hng?" Kinan mendengus kesal.
TAK!
Di letakkannya susu hangatnya di atas nakas, lalu tangannya meraih wajah Jeje dengan cepat.
"Heh! Jefran, denger ya.."
"Ehh mulutnya, ga sopan ba-"
"SSSSTTT...! Ini semua demi kebahagiaan Kakak. Jadi denger."
"Ga ada sejarahnya keturunan keluarga besar Baskara itu yang jelek. Okee!"
Kemudian dengan pelan ia menggeser wajah abangnya itu ke kiri, hingga Jeje dapat melihat ia dan Kinan di cermin. Dalam hati ia terkekeh geli sebab salah fokus dengan perbedaan tinggi badan Kinan yang signifikan dengan dirinya. Posisi Kinan yang seperti itu, membuatnya masih seperti anak TK di mata Jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
San chróma
Teen Fiction"Mungkin gue gabisa nuntasin masalah lo, tapi gue harap gue bisa nguatin lo Ra" "Gue harap gue bisa jadi kekuatan lo buat terus hidup..." Eza menangis sesegukan di samping Nara, sedang gadis itu tak tau harus berbuat apa. Prinsip aneh yang terus men...