— Give me a feedback yap
•••••
Gadis bersurai sebahu itu mendengus kesal lantaran merasa bosan sebab di abaikan oleh sosok laki-laki yang tengah sibuk bermain game, sedangkan Jiya hanya bisa terdiam sesekali mendesah kesal.
“͏majuin!” teriak Heeseung gemas.
“͏lo kaga liat gua sekarat?!” suara Beomgyu terdengar dari ponsel Heeseung.
Jiya mengomel tanpa suara, lebih baik dirinya pulang tidak sih? Jiya beneran kesal membuatnya bangkit dari atas sofa berwarna hitam beludru itu, menghentak kakinya keluar dari kamar Heeseung.
“͏Jiya!”
Jiya menulikan pendengaran nya, masa bodo ia sudah terlanjur kesal. Pacaran saja dengan game, biar Jiya mencari laki-laki baru yang tidak suka game. memang menyebalkan laki-laki satu itu, padahal kan Jiya ingin quality time setelah satu minggu tidak bertemu, tapi rasanya tidak mungkin karena Heeseung yang begitu fokus pada game.
Kakinya menuruni satu persatu anak tangga dirumah megah yang setiap harinya selalu sepi karena kedua orang tua Heeseung yang sibuk bekerja.
“͏dasar Heeseung ga jelas, ngapain ngajak main kalo fokus nya sama game.” sungut Jiya kesal dengan bibir yang menekuk ke bawah.
“͏dasar Heeseung jelek! Aaaaa!” teriak Jiya saat tubuhnya terangkat dan kembali di seret masuk ke dalam kamar yang dominan warna abu-abu itu.
“͏turunin aku! aku mau pulang!”
Bukannya dilepasin Heeseung malah memeluk tubuh Jiya bagaikan bantal guling, Jiya beberapa kali terbatuk pelan karena pelukan yang begitu erat, berkali-kali juga Jiya memukul dan mencubit lengan berurat milik Heeseung yang memeluk perut rata nya.
“͏maaf,” ucap Heeseung pelan sambil menghirup wangi strawberry dari rambut Jiya.
“͏Ga, males banget aku maafin kamu.”
Heeseung bergumam asal lalu semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Jiya, bahkan kini kaki panjang itu sudah membungkus kaki milik Jiya yang di balut celana bahan berwarna hitam.
“͏Heeseung ih engap, lepasin.” rengek Jiya kesal, bibirnya sudah bergetar tanda sebentar lagi lelehan air akan turun di kedua pipi putihnya, jangan tanya kenapa tapi kalo Jiya sudah kepalang kesal ia pasti akan melampiaskan nya dengan menangis.
“͏Hiks.. hikss..” dan benar saja, Jiya kini sudah menangis tersedu membuat Heeseung segera melepaskan pelukannya— ralat tapi terkamannya.
“͏utututu anak aku nangis, sini cium dulu.” bukannya berusaha menenangkan tangisnya, Heeseung malah menganggapnya lucu membuat Jiya makin menangis.
Bibirnya menekuk ke bawah dengan ujung hidung yang sudah memerah, pipinya basah karena air mata. Heeseung menatap Jiya yang tengah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya saat ia memperhatikan bagaimana lucunya hidung itu saat menarik ingus yang ingin meleleh, bahkan Jiya menghindari tatapan matanya.
Heeseung menarik telapak tangan yang menutupi wajah berantakan Jiya, lalu jari jemari nya menghapus jejak air mata, bahkan sampai membantu Jiya untuk mengeluarkan ingusnya dengan tiga lembar tisu. Mata Jiya memerah dan masih diselingi segukan.
“͏Kesel ya? Maafin aku ya.” ujar Heeseung pelan sambil menyelipkan helaian rambut Jiya ke belakang telinga.
Jiya menganggukkan kepalanya sebanyak dua kali, membuat Heeseung tersenyum kecil.
Laki-laki berumur dua puluh satu tahun itu tak kuasa menahan rasa gemas nya, wajah Jiya menerima banyak sekali kecupan hampir diseluruh permukaan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed, ENHYPEN
Fanfiction[ 🔞 Enhypen hyungline one-shot ] Butterflies in stomach. oce, 2023.