Suara decakan sebal sejak tadi terdengar akibat kelakuan laki-laki bernama Lee Heeseung, yang dengan ide gilanya mengajaknya ke pantai yang jauh sekali dari kota, angin malam bertiup begitu kencang ditemani suara deburan ombak yang deras.
Oh Yura, perempuan berusia dua puluh dua tahun itu jengkel, padahal tadi mereka tengah bersenang-senang di pesta ulang tahunnya Jake ─ yang notabene nya sahabat mereka berdua. Padahal ia sudah bisa membayangkan wine mahal yang Jake beli dengan hartanya yang melimpah itu, tapi diurungkan sebab Heeseung malah mengajaknya ke pantai.
Di ujung tebing dengan mobil yang bodohnya malah kehabisan bahan bakar, masalahnya disini benar-benar sepi apalagi jam yang ia lihat di ponsel sudah menunjukkan pukul satu pagi.
“Yura,” panggil Heeseung setelah mencoba beberapa kali menelpon Jake tapi nihil tanpa jawaban.
“Mau bagaimana lagi kan? Sudah kita bermalam saja di dalam mobil.” sungut Yura kesal, kakinya yang memakai heels hitam itu berjalan mendekati pintu.
Heeseung juga ikut masuk tapi ia hanya mengambil dompetnya yang tertinggal lalu ia kembali menutup pintunya, berjalan mengelilingi mobilnya dan membuka pintu belakang, Yura sudah menyandarkan punggungnya nyaman dengan kedua mata yang berusaha terpejam walaupun malam ini ia harus tertidur dengan posisi terduduk.
“Ayo,” ajak Heeseung membuat mata Yura kembali terbuka dan menatap aneh, sejurus kemudian lengannya ditarik pelan.
Yura berjalan mengikuti langkah kaki Heeseung yang menariknya entah kemana, bahkan kedai-kedai yang ada di pinggiran sini sudah tutup semua.
Yura menghela nafas lagi, walaupun ia menyukai Heeseung yang notabene nya adalah sahabatnya juga tapi demi Tuhan kali ini ia sangat-sangat jengkel.
“Kita ingin kemana sebenarnya?” tanya Yura dengan kesal karena mereka hanya berjalan di pinggiran trotoar ditemani dengan tiupan angin malam yang begitu menusuk di tulang.
“Mencari penginapan,” ujar Heeseung kemudian bibirnya merekah saat matanya menatap sebuah penginapan yang tidak terlalu besar.
Yura menatap bangunan didepannya, bangunan berlantai dua dengan halaman yang di penuhi rerumputan hijau itu terlihat begitu indah di tengah malam buta ini. Seketika kepalanya berfikir apa masih buka? Jika saja hotel besar pasti buka tapi ini hanya penginapan biasa.
Heeseung melepaskan tangan Yura lalu berjalan terlebih dahulu, tangannya membuka pintu kayu dengan pahatan desain yang cukup cantik, seketika ia bernafas lega saat kedua matanya melihat sosok laki-laki tua yang tengah tertawa karena televisi yang menampilkan siaran komedi.
“Permisi, apakah masih ada ruangan yang kosong?” tanya Heeseung begitu laki-laki dengan surai berwana putih itu menoleh dan segera menaruh piring dengan banyak camilan.
“Beruntung sekali, masih ada tersisa satu kamar.”
“Hanya satu kamar?”
“Iya, memang butuh berapa?”
Heeseung terdiam, kemudian ia mengeluarkan dompet kulitnya.
“Yasudah, satu kamar saja tidak apa-apa.”
Laki-laki yang sudah tidak lagi muda itu tersenyum kemudian memberikan sebuah kunci kamar dengan gantungan yang bertuliskan nomor delapan, paling pojok di lantai dua yang menghadap langsung kearah pantai, tidak heran kenapa motel sekecil ini selalu ramai.
Setelahnya ia kembali berjalan kearah Yura yang terduduk diatas kursi sambil memainkan ponselnya, Heeseung berdiri di hadapannya dengan tubuh yang masih dibalut tuxedo mahalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed, ENHYPEN
Fanfic[ 🔞 Enhypen hyungline one-shot ] Butterflies in stomach. oce, 2023.