••••••
Lee Hyejin, mengeluh saat dirinya tengah menunggu Sunghoon di depan gerbang besar kampus tempatnya mengais ilmu, sudah terhitung hampir dua puluh menit Hyejin berdiri sambil menghela nafas berkali-kali.
Matahari juga sudah hampir tenggelam dengan warna jingga yang menghiasi langit cerah di musim panas ini. Hyejin mengambil ikat rambut yang berada didalam tas nya dan mengikat surainya menjadi satu. Buliran keringat juga sudah hampir menetes menghiasi lehernya membuat Hyejin tidak nyaman. Padahal ia sudah memakai kemeja dengan bahan tipis tapi panasnya tak terkalahkan padahal sudah sore hari.
"Hyejin,"
Kepala Hyejin menoleh saat dilihatnya Sunghoon tengah berjalan menghampiri nya, dengan setelan kemeja putih yang dilipat sampai sikut dan celana bahan berwarna hitam membalut apik tubuh tinggi itu.
"Maaf ya, tadi dijalan macet sekali." ujar Sunghoon dengan telapak tangan yang mengelap titik-titik keringat di dahi Hyejin lalu menarik tangan Hyejin agar masuk kedalam genggamannya.
Setelah sampai di mobil hitam milik Sunghoon, Hyejin langsung masuk dan memakai seatbelt nya sendiri yang mana biasanya Sunghoon yang memasangkannya. Sunghoon diam saja yang melihat Hyejin tengah merajuk, salahnya juga sih karena ia mengambil jalur yang salah sehingga terjebak macet.
Hyejin merendahkan sandaran kursinya sehingga tubuhnya bisa beristirahat dengan benar, dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada dan wajah yang menatap kearah kaca mobil.
Tangan Sunghoon meraih pipi Hyejin dan mengelus nya sambil satu tangannya lagi fokus pada stir, biasanya jika Sunghoon tengah menyetir dan melakukan hal ini Hyejin akan marah.
"Hyejin, tadi beneran macet loh." ujar Sunghoon lagi yang dibalas dengan diamnya Hyejin.
"Marah terus, dasar anak kecil." cibir Sunghoon lalu melepaskan tangannya dari pipi Hyejin lalu fokus kembali menyetir.
Sunghoon memang cinta dengan Hyejin, tapi beberapa kali Hyejin kerap kali marah atau merajuk hanya karena hal-hal kecil, bahkan keterlambatannya tadi diatas kuasanya karena jalanan yang macet. Ia bisa kenal dengan Hyejin karena kekasihnya itu adik dari sahabatnya, Lee Heeseung. Sunghoon ingat sekali saat Hyejin masih duduk di bangku highschool, perempuan itu kerap kali mencari perhatiannya saat sedang mengerjakan tugas di rumah Heeseung.
Hyejin dengan bibir bergetar menahan tangisnya, kelemahan Hyejin yaitu ia punya hati yang sensitif jika marah pasti ia akan menangis dibanding marah-marah dengan bahasa kasar. Hyejin terbiasa menahan amarah dan rasa kecewanya yang hanya bisa ia utarakan dengan tangisan.
Sunghoon melirik jari-jari Hyejin yang meremas seatbelt nya, hingga Sunghoon sadar jika Hyejin tengah menangis. Mobilnya berhenti begitu lampu lalu lintas menghadangnya, Sunghoon melepaskan seatbelt nya dan memeluk tubuh Hyejin yang bergetar.
"Sayang, maaf maaf." bisik Sunghoon berkali-kali sambil mengecup puncak kepala Hyejin.
Hyejin terisak dengan air mata yang turun dengan derasnya, membuat Sunghoon panik walaupun sudah sering melihat Hyejin menangis tapi baru ini ia melihat tangisan Hyejin yang menyedihkan.
Ibu jari Sunghoon menghapus air mata Hyejin sambil kedua mata mereka beradu tatap, hingga suara klakson mobil mengagetkan Sunghoon yang buru-buru menjalankan mobilnya.
••••
Hingga mobil Sunghoon terparkir rapih didalam basement apartemen nya, Sunghoon memiliki tujuan menjemput Hyejin dan ingin menonton film dan memasak makan malam bersama tapi kejadian Hyejin menangis tadi tidak ada di dalam list nya, kemungkinan besar Sunghoon akan membujuk dan memperbaiki mood Hyejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed, ENHYPEN
Fanfiction[ 🔞 Enhypen hyungline one-shot ] Butterflies in stomach. oce, 2023.