••••••
Sinar matahari menyorot begitu panas tepat pada atas kepalanya, membuat perempuan ini berkali-kali menghembuskan nafas inilah yang membuatnya begitu malas. Kakinya berjalan masuk kedalam sebuah bangunan dua lantai milik sang kekasih yang dirombak menjadi rumah dan studio musiknya.
Kim Jihye, melepaskan alas kakinya setelah menekan beberapa digit kode di pintu yang akhirnya terbuka, kebiasaannya setiap akhir pekan yaitu menemui kekasihnya.
Dengan tangan yang menenteng totebag berisikan makanan yang dibuatnya, ya walaupun kekasihnya itu pandai memasak tapi ia yakin jika sekarang laki-laki itu masih bergelung manja diatas ranjang.
Jihye menaruh totebag itu dimeja sebelum akhirnya mengeluarkan isinya dan menata diatas meja, matanya menatap kearah ruang tengah yang berantakan sebab semalam teman-teman Jay habis bermain disini, jika saja Jay bangun dan melihat ini pasti membuatnya kesal bukan main, sebab Jay adalah tipe laki-laki yang suka kerapihan dan lantas saja ia mulai memasuki beberapa kaleng bir kedalam plastik sampah.
Setelah hampir sepuluh menit akhirnya ruangan itu terlihat bersih, Jihye menaruh plastik sampah itu di luar dan kembali masuk untuk mencuci tangannya.
Mari Jihye ceritakan sedikit tentang Jay, dimulai dengan pertemuan pertama mereka di toko vinyl berujung pada pertemuan-pertemuan berikutnya yang tentu saja ia syukuri, bagaimana tidak ia begitu bersyukur karena memiliki kekasih yang memiliki selera musik yang sama, ditambah Jay juga memiliki band yang sudah dua tahun berdiri, dimana Jihye juga menjadi saksi nya atas kerja keras keempat orang itu.
Digits of Why, band yang Jay dan ketiga sahabatnya bangun, dimulai hanya sekedar peralihan dari laki-laki yang jenuh atas tugas-tugas kuliahnya, berujung dengan satu lagu yang seketika booming di Korea. Dengan lagu Shade of Love membuat band dengan genre indie dan jazz itu seketika banyak diundang pada event lokal.
Hingga kini band nya sudah bisa memasuki pasar internasional sebab memiliki management yang mumpuni, Jihye tentu senang bukan main karena kerja keras keempat laki-laki itu terbayarkan dengan banyaknya cinta yang didapat.
Jay memiliki banyak kontribusi dalam pembuatan lagu, ditambah Jay juga vokalis dan gitaris, Jihye benar-benar bangga dengan semua kemampuan Jay, rasanya Jay benar-benar hadiah terindah dari Tuhan kala hidupnya tengah runtuh.
••••
Kakinya menaiki satu persatu anak tangga dan berjalan kearah pintu sebelah kiri yang dimana kamar Jay berada sedangkan pintu disebrang adalah studio musik milik Jay. Suasana kamar masih sangat gelap sebab Jay menutup rapat gorden nya padahal diluar sana cahaya matahari sangatlah mencolok.
Jihye sengaja tidak membukanya, ia hanya menyalakan lampu lalu tersenyum kecil sebelum ikut berbaring tengkurap memeluk pinggang Jay yang tertutupi selimut. Sontak saja sang empu tersadar saat tubuhnya ditimpah.
Jay mengerang sambil meluruskan otot-otot kakinya, sebelum tubuhnya terbalik hingga terlentang dengan tubuh Jihye yang masih lengket memeluknya, Jay terkekeh dengan suara serak khas bangun tidur kemudian bibirnya mengecupi puncak kepala Jihye berkali-kali.
Sedangkan Jihye tengah mengecupi bahu telanjang Jay, harum khas Jay menjadi candu baginya, rasanya Jihye tidak akan pernah mati kebosanan jika harus memeluk tubuh Jay sepanjang hari.
Jay mengelus surai panjang yang sedikit bergelombang itu, rasanya Jihye benar-benar nyaman, Jay adalah zona nyamannya. Apapun akan ia lalui bahkan harus berdarah pun ia bisa asal Jay tetap ada di hidupnya. Semua seluk beluk hidup sudah mereka ceritakan masing-masing, Jihye senang sekali karena Jay mau menerimanya dengan cinta yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed, ENHYPEN
Fanfic[ 🔞 Enhypen hyungline one-shot ] Butterflies in stomach. oce, 2023.