Seminggu berlalu begitu cepat tak terasa, dan selama seminggu juga Athala membuktikan ucapan nya untuk menjaga jarak dengan Stella, Athala juga banyak menghabiskan waktu berdua dengan kekasihnya, Noah.
Noah kira jika Athala hanya pintar berbicara tapi melihat sendiri bagaimana Athala menjaga jarak nya dengan stella membuat ia bisa bernafas lega karena yakin jika Athala memang secinta itu dengannya.
"Kenapa ngelamun ?" Noah menoleh melihat Athala yang fokus menyetir dengan sebelah tangan yang menggenggam tangan nya, jadi Athala hangat menyetir dengan satu tangan.
"Enggak, kita mau kemana ?" Tanya Noah mengalihkan pembicaraan nya.
"Makan dulu gimana baru nanti keliling kota" Noah mengangguk saja.
Keduanya memang memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama malam ini sebelum besok harus kembali di sibukkan dengan aktifitas sekolah seperti biasa.
Mobil berhenti di parkiran kafe yang cukup ramai, keduanya turun dan langsung mencari meja kosong.
"Kamu mau apa ?" Tanya Athala, Noah nampak berpikir sesaat.
"Apa aja deh, kamu aja yang pesan aku mau ke toilet dulu bentar" Athala mengangguk lalu Noah pun meninggalkan Athala sendirian.
Athala memanggil salah satu pramusaji untuk menuliskan pesanan keduanya.
"Mbak, saya pesan menu best seller aja dua ya"
"Baik mas mohon di tunggu" Athala mengangguk.
Tak lama ponsel nya berdering ia melihat ada nama Stella terpampang dengan jelas di sana.
"Halo Stella ?"
"A..th..a..la.. ssshhh... Sakit... T-tolong.."
"H-hei Stella ! Ada apa ?"
"Tolong... S-ssakit.."
"Aku kesana sekarang"
Athala memanggil salah satu pelayan untuk menghampirinya.
"Nanti pacar saya datang, tolong bilangin Saya ada urusan darurat, bilang buat nungguin saya disini"
"Baik mas"
Langsung saja Athala pergi dari restoran itu tanpa memberitahu kepergian nya pada Noah secara langsung.
Saat Noah kembali ke meja nya ia mengedarkan pandangan nya untuk mencari Athala, pikirnya dimana Athala ?
"Mas, pacar nya mas yang disini tadi ya ?" Noah menoleh melihat Mbak pramusaji yang menghampiri nya lalu mengangguk.
"Orang yang disini mana mbak ?" Tanya Noah
"Ohh iya tadi mas nya nitip pesan kalau dia pergi katanya ada urusan darurat, mas nya di suruh tunggu disini sampai pacar mas datang"
"Oh iya yaudah kalau gitu"
Noah duduk seperti yang Athala katakan jika akan menjemput nya, jadi ia memakan makanan yang sudah di pesan sambil memainkan ponsel nya.
Namun..
Berjam-jam berlalu tak ada tanda-tanda jika Athala kembali, ia sudah menunggu selama 3 jam disini, ia dari jam 7 malam dan sekarang sudah jam 10 lewat, mau sampai kapan ia berada disini, bahkan restoran akan tutup tepat di jam 11.
Noah menghela nafasnya, baterai ponsel nya merah beberapa menit yang lalu, ia juga sudah berusaha menelfon Athala tapi tak kunjung ada jawabannya.
Noah tetap berpikir positif jika Athala ada di jalan walaupun dirinya merasa kecewa, jangan tanya apa alasan ia kecewa yang jelas ia merasakan perasaan kecewa.
"Maaf mas, kami akan tutup dalam waktu 30 menit lagi" seorang pramusaji mendatangi Noah membuat Noah menoleh.
"Oh iya mbak, saya nunggu 20 menit lagi ya"
"Baik mas"
Noah mengedarkan pandangan nya dan memang hanya ia satu-satunya pelanggan yang tersisa, selebihnya hanya karyawan restoran yang sedang beres-beres.
Noah mencoba menelfon Athala lagi namun hanya suara operator yang menyapa Indra pendengaran nya membuat Noah mau tak mau harus menghela nafasnya kecewa.
Akhirnya Noah memutuskan untuk pulang sendiri setelah memesan ojol menggunakan ponsel salah satu karyawan kafe tadi.
"Athala, Lo bener-bener kecewain gue" gumam Noah pelan.
Sementara itu di lain tempat seorang pria remaja duduk termenung di depan sebuah ruangan, ia masih menunggu orang tua dari sahabat nya untuk datang, ia tak menyangka jika kondisi sahabat nya menurun drastis apalagi Stella harus segera mendapatkan transplatasi jantung.
Athala mengacak rambut nya frustasi, melihat bagaimana sahabat nya merintih kesakitan membuat ia ingin menangis rasanya karena tak tega dengan wajah kesakitan Stella.
"Athala" Athala menoleh melihat dua orang paruh baya yang menghampiri nya dengan tergesa-gesa.
"Om, Tante" sapa Athala pada orang tua Stella.
"Athala bagaimana kondisi Stella ?" Tanya Alena khawatir, mama Stella.
"Iya Athala, Stella baik-baik saja kan ?" Tanya Adrian, papa Stella.
"Tenang Om, Tante... Stella baik-baik saja kok, kata dokter beberapa jam lagi Stella sadar" balas Athala.
"Tapi... Dokter bilang jika kita harus secepatnya mencari pendonor jantung untuk Stella atau nyawa Stella tak akan bisa di selamatkan" sambung nya membuat Alena langsung menangis histeris.
"Athala terima kasih ya sudah menjaga Stella dengan baik melebihi kami berdua, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik buat Stella" ucap Adrian
"Tentu Om, sudah jadi tugas saya menjadi sahabat Stella, saya pasti bakal jaga Stella baik-baik" balas Athala tanpa ragu sedikitpun, tak sadar kah jika jawaban itu akan membuat seseorang akan menjauhi nya secara perlahan.
Sampai sekarang Athala melupakan Noah yang sudah ia tinggal berjam-jam, di pikirannya sekarang hanyalah Stella.
Ponselnya tertinggal di mobil, sengaja. Niatnya ingin fokus dengan Stella dan tidak ingin ada gangguan dari siapapun. Dan itulah kesalahan terbesar Athala.
Sementara itu Noah baru saja sampai di rumah nya, hanya ada ia dan adik nya Ale karena Abang nya sedang ada perjalan bisnis keluar kota untuk beberapa Minggu kedepan.
"Baru pulang bang" Noah melewati Ale begitu saja tak berniat untuk menjawab perkataan Ale, Ale melihat Noah dengan bingung karena tingkah Abang nya itu.
"Ngapa lagi dah tu bocah, perasaan tadi baik-baik aja" gumam Ale pelan.
Noah mengunci pintu kamar nya dengan rapat, mematikan lampu kamar yang hanya menyisakan lampu tidur di sisi ranjang.
Noah dudu di sisi ranjang, menunduk merasa kecewa dengan Athala yang membohongi nya.
"Kalau benar kita bakal selesai karena Lo lebih milih Stella nantinya gue gak bisa harus berekspresi kaya gimana Athala" gumam Noah pelan.
"Athala, gue gak bisa kaya gini lagi, gua mau bertahan lagi Athala... Lo..." Noah meneteskan air matanya karena tak sanggup melanjutkan ucapannya.
Noah menoleh melihat ke arah pintu kaca balkon dimana pandangan nya jatuh pada langit malam yang hanya ada bulan malam ini.
"Seharusnya kita selesai 6 bulan yang lalu"
Noah menangis, kamar nya tak memang sengaja dibuat tidak kedap suara membuat Ale yang sedari tadi berdiri bersandar di luar kini menghela nafasnya pelan.
"Udah gue bilang Athala itu gak bisa di jadiin salah satu orang tersayang Lo bang, Lo gak pernah dengerin omongan gue" ucap Ale miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSATO || BL (Tamat)
Non-Fiction#brothership #homo #gay JANGAN SALAH PLEASE !! BACA TAGAR !! JANGAN BERISIK DI KOMENTAR ! PASSATO yang berarti masa lalu Di saat kepercayaan di dalam hubungan susah tak bisa di pertahankan maka hubungan tak pantas untuk di lanjutkan Noah memilih m...