23

33.1K 3.3K 101
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, dan Athala baru pulang ke rumah setelah ia mengelilingi kota hanya untuk menenangkan diri dan pikiran nya.

Ia memasuki rumah nya dengan lesu, lalu pandangan nya mengarah ke ruang tamu dimana ada Stella di sana, memang Stella sudah keluar dari rumah sakit satu hari yang lalu.

"Stella" Stella menoleh dan tersenyum lebar kala Athala menghampiri nya.

"Kenapa disini ? Ini udah malem" ucap Athala yang duduk di seberang Stella.

"Jalan yok, aku bosen soalnya, mau ngajak kamu keluar"

"Udah malem, lagian kamu juga baru keluar dari rumah sakit, mending kamu istirahat aku juga capek" setelahnya Athala pergi meninggalkan Stella di ruang tamu sendirian.

Stella yang di tinggal sendirian seperti ini pun mengepalkan tangan nya, menghentakkan kaki nya kesal lalu keluar dari rumah Athala.

Sudah capek-capek ke rumah Athala tapi malah di usir secara halus kaya gini.

Sementara itu Athala menidurkan dirinya telentang, menatap langit-langit kamar nya dengan kosong.

Ia merindukan Noah...

2 hari tak bertemu Noah dan Athala merindukan pria manis yang menjadi kekasih nya selama 2 tahun ini.

"Noah.." lirih Athala pelan.

Tiba-tiba perut nya nyeri, Athala meringis kala rasa sakit dan nyeri menyelimuti nya, dirinya memang belum makan apapun seharian ini, saat pagi tadi hanya sarapan dengan roti dan segelas susu, belum memakan apapun sejak itu sampai sekarang.

Athala mengambil obat pereda rasa nyeri di laci meja dan langsung meneguk nya sampai 3 butir sekaligus, tak menggunakan minuman ia menelan nya begitu saja berharap sakit nya segera mereda.

Athala duduk terjatuh di sisi ranjang, menjatuhkan kepalanya di antara kaki nya, menunduk meneteskan air mata nya.

Tak percaya jika kepergian Noah berpengaruh sebesar ini untuk nya. Ia pikir jika Noah yang melepaskannya maka ia akan jatuh terpuruk, padahal ia sendiri yang memutuskan Noah dan itu adalah kesalahan terbesar dan penyesalan terbesarnya.

Ia sadar jika ini kesalahan nya, tapi apakah kata maaf mampu membuat semuanya membaik seperti semula ? Tentu saja tidak dan Athala menyesali nya.

Tok

Tok

Tok

Tok

"Bang ?" Athala tak bergeming sedikit pun membuat Bastian langsung masuk dengan membawa nampan di tangan nya.

"Makan dulu, Lo belum makan dari tadi pagi jangan sampai sakit Lo kambuh" ucap Bastian namun Athala mengabaikan nya.

Ia hanya ingin Noah, bisakah ? Walaupun itu mustahil tapi ia menginginkan Noah.

"Gue... Gak laper Bas" lirih Athala pelan.

"Laper gak laper tapi Lo harus makan kalau udah masuk waktunya, apalagi sedari pagi perut Lo belum di isi apapun" balas Bastian sabar.

"Noah..." Lirih Athala membuat Bastian hanya bisa menghela nafasnya pelan.

"Semua udah kejadian, percuma Lo kaya gini, gak bakal ngebalikin keadaan bang"

Tiba-tiba cairan kental berwarna merah jatuh membasahi lantai, Athala langsung menghapus nya menggunakan kaki nya berharap agar Bastian tak melihat apa yang ia lakukan.

Ia juga langsung masuk ke kamar mandi lantaran merasa jika darah yang keluar dari hidung nya tak mau berhenti.

"Bang pokoknya makanan nya harus di makan, gue ke dapur dulu bentar" ucap Bastian berteriak.

Athala tak menjawab nya, ia memilih untuk fokus pada darah yang masih keluar dari hidung nya, ini pertama kalinya ia mimisan sebanyak ini, cukup gugup dan panik juga tapi ia harus bisa mengendalikan dirinya.

Athala menyumpal hidung nya menggunakan tisu yang memang tersedia di kamar mandi nya, menatap dirinya yang kacau di pantulan cermin.

Ini baru satu hari di tinggal Noah bagaimana jika seminggu, sebulan, setahun bahkan selamanya ? Entah Athala bisa bertahan atau tidak.

Karena ini pertama nya bagi Athala jadi ia tak perlu ke dokter kan ? Cukup minum obat yang ada saja ia rasa akan membaik nanti pikirnya.

Satu kesalahan nya yaitu membiarkan tisu yang sudah terkena darah nya begitu saja membuat Bastian nanti akan berpikir yang tidak-tidak.

Ia keluar dari kamar mandi menuju ke arah ranjang, hanya melirik makanan yang di bawakan Bastian, tak berniat menyentuh nya ia langsung menidurkan dirinya.

Athala mencoba untuk menelfon Noah namun seperti dugaan nya tak di angkat, memang tersambung tapi tak di angkat, hingga 3 kali ia menelfon tak ada jawaban membuat Athala menyerah.

Athala tidur menyamping, dengan setetes air mata nya yang jatuh merindukan Noah sekaligus menahan sakit di perut dan kepala nya.

Di lain tempat, seseorang sedang berdiri melamun di balkon kamar nya menatap kilau nya kota malam.

Seseorang meletakan mantel hangat di tubuh nya membuat ia menoleh ternyata Asher yang sedang tersenyum hangat padanya, mengerikan segelas coklat hangat.

"Kenapa di luar, udara nya dingin mau memasuki musim salju" ucap Asher, Noah menggeleng pelan lalu tersenyum tipis sambil meminum minuman nya.

"Cuma mau ngeliat kota malam aja, langit malam nya cantik" balas Noah pelan.

"Ale dimana bang ?" Tanya Noah.

"Kamar nya, main game biasa" Noah mengangguk mengerti.

"Gimana ? Suka sama kota nya ?" Noah terdiam sesaat lalu mengangguk pelan.

"Kalau gak suka sama lingkungan nya kita pindah, Abang cariin tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota, tempat yang dekat dengan penggunungan mungkin ?"

"Gak usah bang, disini aja udah cukup kok, suara kendaraan, lampu-lampu yang bersinar, lalu lalang orang-orang, Noah suka"

Memang tempat tinggal mereka terletak di tengah-tengah kota, sengaja sih supaya jika nanti Noah di tinggal sendiri di rumah, ada tetangga yang bakal langsung sigap jika Noah lagi butuh bantuan, karena sudah jelas Asher tidak akan bisa 24 jam berada di dekat Noah, begitupun Ale.

"Tidur gih, udah malem" ucap Asher.

"Bentar lagi bang, belum ngantuk soalnya"

"Yaudah Abang ke bawah dulu, kalau udah masuk ya jangan kelamaan di luar" Noah hanya mengangguk saja.

Setelahnya Asher keluar dari kamar Noah sebelum ia mengacak rambut Noah gemas.

Sementara Noah kembali menatap langit malam yang kosong tanpa bintang dan bulan.

Ia..

Merindukan Athala...

Bagaimanapun juga, ini pertama kalinya mereka berpisah dengan jarak jauh seperti ini.

Athala..

Bagaimana ya kabar nya..

"Bodoh, yang jelas Athala baik-baik aja tanpa Lo Noah, dia pasti baik-baik aja" gumam Noah miris.

PASSATO || BL (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang