28

28.4K 2.8K 191
                                    

Noah mengernyit kala ponsel nya berdering dan ada nama Bastian terpampang di sana dengan jelas.

Ia ingin mengangkat nya tapi...

Ada perasaan takut yang ia rasakan, padahal ia tak memiliki masalah apapun dengan Bastian.

Noah menghela nafasnya pelan mengambil ponsel itu dan mengangkat panggilan nya.

"Halo bas ?"

"Halo bang.. gimana kabarnya.."

Noah memilih berjalan ke taman belakang mansion nya agar bisa berbicara dengan nyaman.

"Baik, kok.. Lo gimana ?"

Sempat terjadi beberapa jeda sebelum akhirnya Bastian kembali menjawab.

"Gue.... Baik kok" Abang gue yang gak baik bang..

"Syukur deh, oh iya tumben Lo nelfon gue, kenapa ?"

"Enggak.. cuma pengen aja, kangen sama Lo, dulu kan Abang sering main ke rumah sekarang mana bisa"

"Hahaha, kirain ada hal serius"

"Btw bukannya Lo sekarang lagi sekolah ya kok bisa nelfon gue"

"Jamkos bang"

"Ohhh, eum.... Dia... Gimana ?"

"Bang, nanti gue telfon lagi ya gue ada urusan bentar"

"O-oh iya, yaudah kalau gitu"

Noah menghela nafasnya pelan menatap ponsel nya sendu, jujur Noah merindukan Athala, ini sudah seminggu mereka berpisah dan ini benar-benar menyiksa Noah sendiri, gak tau kalau Athala.

Sekarang di Italia sudah jam 5 sore, kalau di Indonesia pagi masih pagi soalnya perbedaan jam nya 6 jam.

Tiba-tiba ponsel nya berdering begitu ribut, notifikasi masuk dengan cepat membuat ia mengernyit bingung, pasalnya yang berisik adalah grup dari forum sekolah, bukankah ia sudah keluar dari grup itu ? Kenapa di masukan lagi ?

Tunggu dulu...

Mereka membahas Athala.

Memang nya ada apa dengan Athala.

Sebenarnya Noah tak ingin tau tapi, perasaan nya tak enak, ia memilih untuk mematikan ponsel nya total karena keraguan hatinya.

"Noah" Noah menoleh ternyata Asher yang berjalan menghampirinya.

"Kenapa di luar udah sore" tanya nya lalu ikut duduk di samping Noah.

"Bosen bang di rumah terus" balas Noah pelan.

"Kamu masih belum mau sekolah ?" Noah menggeleng.

"Kenapa tiba-tiba belum mau sekolah ? Padahal waktu itu ngotot mau sekolah umum"

"Gak tau..."

"Masuk yok, udaranya mulai dingin nanti kamu demam" Noah mengangguk lalu ikut masuk bersama Asher.

"Aku mau ke kamar aja bang, mau istirahat aja"

"Makan malam dulu"

"Gak laper, makan malam nya di tunda dulu malam ini"

Baru saja Asher ingin menjawab nya, Noah sudah lebih dulu pergi menuju ke kamar nya, Asher menatap punggung adiknya bingung, ada apa dengan Noah ?

Noah memasuki kamar nya, melempar ponsel nya kedalam laci lalu merebahkan dirinya di atas ranjang, menatap langit-langit atap yang terbuat dari kaca agar ia bisa melihat bintang dan langit malam dari kamar.

"Gue kenapa sih..." Gumam Noah pelan.

"Athala... Lo..."

Noah menggeleng pelan, ia tak ingin ada urusan lagi dengan Athala, ia tak mau di anggap murahan karena masih memikirkan Athala dan ingin tau kehidupan mantan nya itu.

"Bodo ah"

_
_
_
_
_

Di rumah sakit Bastian menatap ponsel nya sedih, niat menelfon Noah ingin memberitahu keadaan Athala yang kian memburuk selama seminggu ini namun entah kenapa ia takut untuk memberi nya kabar.

Bastian menghela nafasnya pelan, menatap ke arah brangkar dimana Athala masih terlelap dengan damai, dengan masker oksigen dan semua alat rumah sakit yang tak Bastian ketahui fungsi nya.

Selama seminggu ini Bastian memilih untuk menemani Athala di rumah sakit, menelantarkan sekolah nya begitu saja, lagipula Athala lebih penting dari pada sekolah.

Bastian memejamkan mata nya, semalam ia tak bisa tidur karena takut, takut jika saat ia bangun kabar buruk mengenai Athala sampai di pendengaran nya, ia tak mau hal itu terjadi.

Tit..

Tit..

Tit..

Tiittttttttttttttt......

Bastian membuka mata nya kala melihat tubuh Athala yang kejang-kejang hebat, berlari keluar untuk memanggil dokter.

Melihat mesin detak jantung yang sudah garis lurus hingga Athala berhenti kejang-kejang.

Dokter datang dan langsung menangani Athala, melakukan pompa pernafasan menggunakan tangan hingga menggunakan alat pacu jantung (pacemaker).

Bastian berdoa di depan ruangan Athala, berdoa agar Athala di beri kesempatan kedua untuk hidup, jika Athala ikut menyusul ayah dan bunda nya haruskah ia juga ikut ?

Lagipula untuk apa ia sendirian di sini.

Menunduk guna menutupi dirinya yang sedang menangis, bahu nya bergetar kala melihat kondisi Athala.

Bastian mendongak kala dokter keluar dengan raut yang sulit Bastian mengerti.

"Abang saya... Gimana ?" Tanya Bastian pelan.

"Baik-baik aja kan ? Kenapa kejang-kejang ? Saya gak ngelakuin apa-apa dok, saya gak pegang apa-apa di dalem" ucap Bastian panik.

Dokter tersebut diam sesaat, menghela nafasnya pelan dan menatap Bastian lekat.

"Waktu kematian-"

Bughh

Baru dua kalimat Bastian sudah memukul dokter tersebut hingga ia harus di tahan oleh beberapa dokter yang lewat.

"Bajingan !!! Tugas Lo nyelamatin pasien kenapa Lo bunuh Abang gue !!!" Teriak Bastian frustasi.

Dokter tersebut hanya menatap Bastian dengan raut sedih, ini sudah biasa, jadi ia sebagai dokter tak mempermasalahkan nya, ada banyak keluarga korban yang juga mengamuk kala salah satu keluarga nya meninggal.

"Gue.. hiks.. gue cuma.. hiks.. cuma punya dia.. please.. kembaliin Abang gue hiks.." tangis Bastian pilu.

Ia terduduk lantaran tak sanggup untuk menopang tubuh nya, menangis, meraung memanggil nama Athala, semua orang yang melihat Bastian menatap iba pada remaja berusia 16 tahun tersebut.

"Waktu kematian 09.03 kami turut berduka cita" ucap dokter tersebut mengelus rambut Bastian lembut hingga akhirnya Bastian menerobos masuk dan melihat tubuh Athala yang sudah di tutupi oleh kain putih pun beberapa alat yang awalnya ada di tubuh nya kini sudah di lepas.

"Tung-tunggu suster... Jangan di lepas di dulu.. nanti kalau Abang saya bangun gimana... Abang saya pasti bangun... Dia gak mungkin ninggalin saya sendirian... Jangan di lepas dulu alat nya, liat deh dia.. dia cuma tidur aja.." mohon Bastian sambil bersujud menyatukan tangan nya memohon.

"Maaf" hanya itu yang bisa dua suster katakan sambil pergi meninggalkan Bastian yang sepertinya butuh waktu buat sendiri.

Bastian membuka kain yang menutupi tubuh Athala, wajah pucat itu menyapa nya membuat Bastian meneteskan air mata nya dan mengenai wajah Athala.

"Jahat.." lirih Bastian pelan

"Lo jahat..."

"Gue benci sama Lo.."

"Lo ingkar janji.."

"ATHALA !!!!"

PASSATO || BL (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang