8. Level tertinggi persahabatan cowok

65 4 0
                                    

"Aku ada janji sama Eja, mau sepedaan bareng. Kamu di apart aja ya sayang."

Ini hari minggu dan saya tidak pulang ke rumah karena Ibu dan Mas Duta lagi ke rumah Budhe yang ada di Jogja, makanya tadi tanpa ada rencana saya pulang dari minimarket langsung mampir ke apartemen Naresh. Dan ternyata dia sudah punya rencana bersama Eja.

"Aku nggak boleh ikut?" Saya langsung cemberut mendengar dia menyuruh saya diam di apartemennya sementara dia malah mau pergi bersepeda dengan Eja.

Dia langsung menoleh pada saya setelah saya bertanya seperti itu.

"Loh, kamu mau emang sepedaan?"

Saya berjalan membuka kulkas Naresh dan ternyata hanya berisi botol botol bening berisi air mineral saja. Saya menghela nafas panjang melihat pemandangan tersebut dan kembali mengambil plastik yang berisi belanjaan dari minimarket, menata ke dalam kulkas Naresh. Sebenarnya itu belanjaan bulanan saya, tapi setelah melihat kulkas Naresh kosong jadinya saya masukkan semua bahan makanan yang saya beli ke kulkas Naresh.

"Mau, daripada kamu tinggal di apart sendirian mending aku ikut kamu sama Eja."

Setelah beres mengisi kulas Naresh, saya kembali membawa kantong plastik yang kini hanya tertinggal sabun mandi, shampo dan pembalut saja.

"Ya udah ikut aja kalau gitu. Emang kamu tuh harus olahraga biar sehat."

Saya menoleh ke arahnya yang dari tadi sibuk mengotak atik sepedanya. Memeriksa ban, stang hingga sadel sepeda kesayangannya itu. Yah, udah seperti merawat pacarnya saja.

"Aku ceking banget ya Na? Kayak orang sakit?" Saya memeriksa lengan serta pinggang saya yang memang kelihatan kecil kayak kurang gizi.

Dia menaruh tang di lantai lalu menghampiri saya yang duduk bersila di sofa.

"Siapa yang bilang? Aku cuma bilang olahraga biar sehat, itu bukan berarti badan kamu ceking kayak orang nggak sehat. Penyakit overthinkingnya di kurangin ya dek." Dia berantakin rambut saya.

"Bener? " tanya saya masih belum percaya.

"Ya ampun, gimana sih bikin kamu percaya? "

Saya mengangkat bahu saya.

Dia mendekat ke telinga saya lalu berbisik sesuatu disana, "Kamu tuh sexy dimataku. "

Saya langsung menoleh ke samping dan menjauhkan mukanya dari saya.

"Iiiih Nana...!!!"

"Apa sih dibilangin juga. Badan kamu tuh udah pas buat aku peluk. Tuh lihat." Dia tiba tiba memeluk saya dengan kencang dan dia goyang goyangkan ke kanan dan ke kiri.

"Boong banget. Aku nggak percaya!" Saya berusaha lepas dari pelukannya lalu saya pukul lengan dia soalnya dia tuh suka sekali memeluk saya dengan kencang dan itu bikin saya sesak nggak bisa nafas.

Dia menghentikan kedua tangan saya yang memukulnya, dia tahan dengan hanya menggunakan satu tangannya. Lihat kan, ini membuktikan tangan saya terlalu kecil.

"Kenapa setiap ucapanku nggak pernah kamu percaya? Aku ajakin nikah, nggak percaya, aku bilang kamu wanita yang bisa lakuin semuanya nggak percaya, aku bilang sexy juga nggak percaya. Yang kamu percayai itu apa Sha?" Kini dia manatap saya dengan serius, walaupun bibirnya menyunggingkan senyum lebar tapi matanya itu tidak sedang bercanda.

Kita Usahakan Rumah ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang