27. Pamit

75 11 5
                                    

Naresh pov

"Kamu beneran mau putus Sha?" Gue noleh ke kiri tempat Masha duduk di jok mobil gue. Gue keukeuh anterin dia pulang walaupun sebelumnya dia pengen pulang sendiri.

Dia mengangguk dengan wajah tertunduk dan kedua tangannya saling bertaut di pahanya.

Gue bisa apa kalau dia beneran mau akhiri semuanya sama gue. Dia bilang sama gue sakit. Sama gue nggak bahagia. Gimana lagi gue mau pertahanin hubungan ini sementara Masha nggak kepengen gue perjuangin.

Gue mengangguk mencengkram kemudi mobil dengan kencang, "Jadi aku nggak bisa ya nahan kamu buat tetep disisi aku."

Gue melirik Masha dan dia kembali mengangguk menggigit bibir dalamnya.

"Nanti setelah ini kamu bahagia ya Sha. Temukan laki-laki yang baik, yang bisa ngertiin kamu, yang bisa bikin kamu bahagia. Jangan kayak aku." Sial gue lagi lagi nangis. Padahal gue bukan tipe cowok yang gampang nangis tapi nggak tau kenapa gue bisa berubah jadi cowok cengeng kayak gini.

"Jaga kesehatan kamu, jangan telat makan, jangan gila kerja, jangan nyetir mobil sebelum dapet SIM, jangan..." Gue menjatuhkan kepala gue di kemudi lalu menangis disana. Masha sendiri pun juga sama, isakannya kembali terdengar di telinga gue.

Sekian menit hanya ada isakan kami yang bergema di dalam mobil gue. Sampai akhirnya tangis kami mereda dan gue mengangkat wajah gue lalu berganti posisi duduk menghadapnya, tangan gue tergerak untuk mengusap air mata dia yang jatuh di pipinya dengan gerakan cepat.

"Jangan nangis, kan ini yang kamu mau."

Dia tersenyum tapi lagi lagi air matanya jatuh dan tangan gue kembali mengusap air matanya.

"Kamu juga harus bahagia."

Gue cuma senyum, "Aku bahagia kalau lihat kamu bahagia."

Dia menggeleng, "Enggak, kamu harus bahagia karena diri kamu sendiri. Kamu harus menikah dan punya anak yang lucu lucu, punya istri yang cinta dan menyayangi kamu. Ya, janji."

Gue cuma senyum, "Masuk gih." Kata gue pada Masha tanpa natap dia.

Sesaat kemudian dia membuka pintu dan benar benar pergi meninggalkan gue. Sengaja gue belum pergi untuk memastikan kalau Masha masuk ke rumah, tapi sebelum dia masuk gue lihat Ibu keluar rumah dan akhirnya gue memutuskan untuk turun menemui Ibu.

Gue menghampiri Ibu dan Masha. Disana gue juga mencium punggung tangan Ibu.

"Tadi Ibu denger suara mobil ternyata bener kamu Na. Ibu tadi masak banyak banget kamu mampir dulu ya makan malem disini."

Gue natap Masha dulu sebelum jawab ajakan Ibu.

"Naresh mau pulang Bu."

Ibu bergantian melihat gue dan Masha.

"Loh kenapa cepet cepet?"

Baik Masha dan gue sama sama diem.

"Kalian ada apa sih? Kok aneh?" Ibu kembali memperhatikan gue dan Masha.

"Masha kamu abis nangis? Kamu juga Na?" Ibu menatap mata gue dan Masha yang emang sembab efek kami nangis tadi. Masha dengan cepat memalingkan mukanya biar Ibu nggak bisa lihat dan gue juga nyembunyiin dengan cara nunduk.

"Kalian abis berantem?"

Nggak ada jawaban dari gue dan Masha.

"Kalian ditanyain malah diem. Pada kenapa sih?"

"Aku sama Naresh udah selesai Bu." Kata Masha dengan suara serak.

"M-maksudnya?"

"Iya, aku sama Naresh udah putus Bu."

Kita Usahakan Rumah ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang