Masha pov
"Ajisaka, kamu bisa pulang duluan. Saya masih mau disini."
"Loh Kakak ada jadwal meeting lagi?"
Saya menggeleng merapikan berkas berkas yang baru saja ditandatangani klien untuk saya masukkan ke dalam tas.
"Enggak, saya ada janji makan malam dengan pacar saya disini."
"Pacar!" Ajisaka berteriak sampai sampai orang orang di sekitar menoleh ke arah kami.
Saya memberi isyarat dengan tangan pada Ajisaka agar dia tidak mengeluarkan suara yang kencang hingga membuat kami menjadi pusat perhatian seperti ini.
"Ssst suara kamu bisa pelan dikit kan Ji."
Saya menundukkan kepala saya agar orang orang tidak menatap saya lagi. Saya tidak suka menjadi pusat perhatian."Iya maaf, aku kaget. Kakak beneran udah punya pacar?" Dia ikut merunduk bertanya pada saya dengan suara berbisik.
"Iya saya punya pacar. Kenapa, ada yang salah Ji?"
Bersamaan dengan itu kedua bahu Ajisaka mendadak turun disertai raut wajahnya yang muram, "Aku pikir Kak Masha nggak punya pacar."
Saya terkekeh sembari menutup resleting tas laptop saya, "Walaupun saya nggak secantik Ann atau sepintar mbak Diva, gini gini saya punya pacar loh Ji. Jangan salah."
Ajisaka menggeleng, "Nggak gitu maksudku Kak. Aku kaget bukan karena Kak Masha kalah cantik sama Kak Ann atau masih pinteran Mbak Diva tapi malah Kakak yang punya pacar. Nggak gitu... lagian bagiku Kak Masha lebih cantik dari Kak Ann, Kak Masha juga lebih pinter dari Mbak Diva. Kak Masha juga lebih care sama orang lain tinimbang mereka yang cuma mentingin diri sendiri. " cicitnya.
"Hus! Kamu nggak boleh ngomong gitu Ji."
Ajisaka memutar bola matanya seolah tidak ingin saya kasih tau.
"Aku cuma kaget aja soalnya nggak pernah lihat pacar Kak Masha ataupun Kak Masha yang ngebucin di kantor. Kan jadinya aku nyimpulin kalau Kak Masha single."
Saya mencoba mengingat ingat. Seingat saya Ajisaka pernah bertemu dengan Naresh beberapa kali deh.
"Ada kok, itu cowok yang sering jemput saya kalau lagi pas nggak bawa motor itu Ji. Dia pacar saya."
Ajisaka hampir saja menyemburkan cola dari dalam mulutnya karena rasa terkejutnya, "Serius yang itu Kak?"
Saya mengangguk.
"Bukannya dia Kakak kandung Kak Masha?"
"Hah?" Saya menggaruk pipi saya yang tak gatal. Dari mana Ajisaka menyimpulkan kalau Naresh adalah Kakak kandung saya?
"Iya, pas acara pesta penyambutanku itu dia ngaku kalau dia Kakak kandung Kak Masha. Makanya aku iya iya aja pas dia bawa Kak Masha pulang. "
Tiba tiba saja Ajisaka memegang kedua bahu saya lalu mengamati saya dengan saksama, "Tunggu... Kak Masha nggak diapa apain kan sama dia? Kak Masha waktu itu mabuk. Kak Masha dipulangin kan? "
Saya mengerjapkan mata saya beberapa kali mencerna semua pertanyaan yang dicecar Ajisaka pada saya bertubi tubi.
"Saya... saya nggak papa Ji. Dia laki-laki baik kok."