“Teruslah berharap, sampai kau tau menunggu itu tidaklah mudah, juga sampai kau mengerti bahwa doa akan selalu berakhir indah.”
-oOo-
Angkasa tidak dapat menghilangkan senyumnya kala mengingat ucapan dokter beberapa saat lalu. Seolah ucapan sang dokter membawa angin segar padanya setelah bertahun-tahun diterpa badai.
“Syukurnya nona Raya perlahan mulai menunjukkan perkembangan setelah sekian lama, terus berdoa ya pak, bu, untuk kesembuhan nona Raya. Kita kembalikan semuanya pada Tuhan, semoga nona Raya segera pulih dari masa kritisnya.” ucap dokter wanita paruh baya itu tersenyum ramah, juga turut bahagia atas kemajuan kondisi Raya setelah hampir lebih dari lima tahun terbaring di atas brankar rumah sakit.
Angkasa tak henti-hentinya tersenyum sambil sesekali mengecup sayang punggung tangan Raya yang masih tertidur damai, meskipun demikian wajah gadis cantik itu tak sepucat biasanya, rona wajahnya mulai nampak kembali meski masih samar-samar, namun apapun itu Angkasa tetap bersyukur dibuatnya.
Apa yang diucapkan dokter tadi benar, ia tak boleh berhenti berdoa dan terus berharap pada Tuhan, hanya Tuhan lah yang bisa mengembalikan Raya nya.
“Angkasa, nak.” sapa tante Selin yang sebelah tangannya menenteng sebuah kantong plastik berlogo salah satu rumah makan. “Kamu makan dulu ya, ini tante ada bawa makanan buat kamu.” sambung wanita paruh baya itu tersenyum simpul seraya meletakkan kantong plastik tadi di atas meja kecil di ujung ruangan.
“Iya tante, Angkasa makan sebentar lagi.” jawabnya tapi pandangannya tak lepas dari gadis di hadapannya ini.
“Makan Angkasa, nggak lucu kan kalau nanti Raya bangun malah kamu yang sakit karena telat makan, pasti nanti anak itu bakal cerewet dan marah-marah ke kamu.” ucapnya sedikit memaksa pria itu untuk sekedar mencicipi makan siangnya yang terlewat.
Ah iya benar juga, ucapnya membatin.
Lucu juga sih membayangkan dirinya dimarahi Raya karena telat makan, ah Angkasa jadi rindu cerewetnya gadis itu. Akhirnya dengan sedikit enggan pria itu beranjak dari kursi sebelah ranjang ke sofa yang terletak di pojok ruangan untuk menyantap makan siangnya yang sudah terlewat, meskipun begitu mata pria itu sesekali menatap ke arah Raya.
Sedangkan tante Selin yang melihat itu hanya tersenyum simpul, rupanya keponakan cantiknya ini sudah menjelma menjadi kesayangan seseorang sejak lama. Kalau dipikir-pikir Angkasa ini betulan tipikal laki-laki baik yang setia, lihat saja betapa sabarnya pria itu menunggu hingga bertahun-tahun lamanya tanpa berniat mencari pendamping hidup. Padahal usianya terbilang matang dan sangat mapan untuk membangun rumah tangga.
“Raya sayang,, kamu cepat pulih ya nak, biar bisa marahi Angkasa yang suka telat makan ini. Soalnya semenjak kamu sakit gini Angkasa ini susah dibilanginnya sampai-sampai tante Diana aja kesal sendiri dibuatnya. Kalau kata tante Diana, Angkasa itu takutnya cuma sama kamu, iya nggak?” ucapnya sambil mengusap sayang rambut sebahu milik keponakannya itu dan tertawa sendiri kala melirik ke arah Angkasa yang sedikit meringis mendengar ucapannya. Astaga lihat saja bagaimana pria itu tergopoh-gopoh menelan makanannya sampai sesekali tersedak sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Raya
RomanceSempurna. Angkasa Rezca Megananda. Angkasa manusia yang sempurna, setidaknya itu yang banyak orang-orang katakan tentangnya. Sesuatu yang sempurna harus berpasangan dengan kesempurnaan lainnya, itu juga yang orang-orang katakan mengenai Angkasa. Ta...