Setelah hampir dua jam berkeliling dengan angkutan umum dan berjalan kaki, Raya belum juga menemukan Angkasa, gadis itu sudah mencari dan bertanya di beberapa hotel yang jaraknya lumayan dekat dengan rumah dinas, namun tidak ada daftar pengunjung dengan nama prianya itu.
Apa Angkasa betulan sudah pulang ke Jakarta ya? Ya sudah aku coba cari di hotel dekat pusat kota aja deh, mungkin Angkasa menginap di sana.
Saat akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba Raya jatuh terduduk di trotoar jalan, kakinya kambuh. Raya sudah memaksakan diri berjalan terlalu jauh.
Aduh kaki, kamu jangan sakit dulu ya, aku harus cari Angkasa dan minta maaf dulu, ucapnya dalam hati sambil berdiri kembali, mencoba berjalan lagi meski terseok-seok. Tapi baru saja berjalan beberapa langkah, tanpa aba-aba hujan deras turun mengguyur jalanan kota Malang padahal ramalan cuaca tadi cerah berawan. Raya buru-buru menepi di bangku halte bus untuk berteduh, berharap hujannya hanya sebentar.
Tapi harapannya sirna kala satu jam kemudian hujan semakin lebat malah disertai angin yang lumayan kencang. Raya kedinginan karena perempuan itu hanya mengenakan jaket jeans tipis yang sudah mulai basah sebab terkena tiupan angin kencang, kakinya juga mulai nyeri, hidungnya gatal dan mulai bersin-bersin, Raya alergi dingin. Dan sialnya tidak ada satupun angkutan umum atau taxi yang lewat di depan halte bus tempatnya berteduh, lebih sial lagi ketika perempuan itu membuka ponsel hendak menghubungi tantenya, namun ponselnya malah mati kehabisan baterai. Lengkap sudah.
-oOo-
Sementara di dalam sebuah ruangan berukuran minimalis yang dipenuhi rak buku, seorang pria tengah mondar-mandir dengan raut wajah jengkel. Angkasa, pria itu terus berjalan kesana-kemari di dalam ruang baca sambil terus melihat ponselnya, berharap Raya akan menelponnya lalu membujuknya atau apalah, tapi rupanya harapannya sia-sia karena sejak tadi ponselnya hanya menampilkan notifikasi chat grup dari rekan kantornya.
Sejujurnya dia merasa bersalah sudah membentak gadisnya tadi, tapi rupanya egonya kali ini lebih tinggi. Angkasa lebih memilih menunggu dengan hati dongkol tanpa tau gadisnya sedang kedinginan di luar sana. Tiba-tiba ponselnya berdering, tanpa melihat nama pemanggil, pria itu segera mengangkatnya, berpikir kalau yang menelpon adalah gadisnya.
“Halo say—eh? Tante Selin?” ucap Angkasa saat mendengar suara tante Selin menyapanya.
“Angkasa? Raya lagi sama kamu kan? Tadi siang izinnya ke tante katanya mau nyamperin kamu. Tante boleh titip Raya sebentar? Tante belum bisa pulang dulu, tante lagi jenguk rekan kerja om Brama yang terluka di rumah sakit, nggak papa kan Angkasa? Tante sudah coba hubungi Raya, tapi ponselnya nggak aktif, halo? Angkasa? Kamu dengar tante kan?” ucap tante Selin panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Raya
RomanceSempurna. Angkasa Rezca Megananda. Angkasa manusia yang sempurna, setidaknya itu yang banyak orang-orang katakan tentangnya. Sesuatu yang sempurna harus berpasangan dengan kesempurnaan lainnya, itu juga yang orang-orang katakan mengenai Angkasa. Ta...