Dua

9.8K 503 14
                                    

Aiden menatap wajah lelap Kiara di depannya. Pembicaraan dia dan ayahnya berjalan panjang. Hingga Aiden tidak bisa menemui Kiara lebih cepat. Berakhir, ketika Aiden masuk ke dalam kamar mereka. Kiara sudah terlelap, wajahnya pun sudah terlihat damai.

Dan selama semalaman juga, Aiden sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya terus melayang ke-kejadian beberapa waktu lalu.

Di mana dia dan Kiara sering menghabiskan waktu. Dan dia tidak bisa menemuka apa pun selain banyaknya kesalahan yang sering dia lakukan pada Kiara. Bahkan Kiara hampir lelah dengan sikapnya, hanya beberapa waktu terakhir ini saja Aiden dan Kiara baik-baik saja. Hingga dia bisa mengungkapkan perasaannya, mengerti perasaan satu sama lain.

Dan sekarang, Aiden harus di hadapkan pada kenyataannya jika dia tidak baik-baik saja. Dia bisa kapan saja menyakiti Kiara jika dia kehilangan kendali.

Mengusap wajah lelap Kiara, Aiden bisa merasakan kelembutan pipi Kiara menyentuh kulit tanganya. Wajahnya pun terlihat begitu damai dan tenang. Layaknya bayi yang tak berdosa. Aiden pun kadang hanyut pada ketenangan itu, membuatnya sulit untuk mengalihkan perhatiannya barang sekejap.

Gerakan tangan Aiden pun terhenti begitu Kiara membuka matanya tiba-tiba. Begitu cepat hingga Aiden pun tidak sempat menarik tangannya.

"Hai?" Sapa Kiara serak, khas orang bangun tidur. Dia pun mengukir senyum tipis yang langsung menular pada Aiden di depannya.

Wajah mengantuk Kiara, dan mata memerahnya langsung menghiasi wajah  cantik itu. Aiden tidak bisa berhenti mengukir senyum tipis ketika melihat itu. Hingga dia pun merasa istrinya itu terlihat luar biasa cantik dan menggemaskan secara bersamaan.

"Ini masih pagi, tidurlah lagi." Ucap Aiden menarik tubuh Kiara mendekat padanya. Memeluk tubuh Kiara dengan bibir sesekali mendarat di kepalanya.

Ada ketenangan ketika Aiden memeluk Kiara, menghirup aroma tubuh Kiara yang terasa begitu wangi dan menyejukkan.

*****

"Kita akan melakukan apa?" Tanya Kiara begitu mereka duduk di sofa panjang kamar. Sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Aiden dan Kiara sudah siap dengan stelan santainya.

Siap melakukan rencana awal mereka.

Aiden mengulurkan sebuah gulungan kertas pada Kiara, yang langsung di terima tanpa kata.

"Itu daftar yang sudah aku tulis. Kamu bisa memeriksanya. Jika kamu merasa ada yang kurang, kamu bisa menambahkannya."

Bukannya mengikuti apa yang Aiden katakan, Kiara malah menatap Aiden lurus. Tatapan begitu menenangkan juga terlihat lembut.

"Kamu belum mengatakan tentang pembicaraan kamu semalam? Jadi bagaimana? Apa ada masalah yang serius?"

Cukup lama Aiden menatap Kiara, sebelum kepalanya menggeleng cepat.

Dia bingung harus mengatakan apa, dan dia pun tidak tau bagaimana cara menyampaikannya. Menurutnya, Kiara pun tidak perlu mengetahui tentang masalahnya yang terlalu berat. Cukup dia berada di samping Aiden, itu bahkan sudah lebih dari cukup.

Dia tidak ingin menambah beban Kiara semakin banyak. Biarkan masalah ini dia dan ayahnya yang mengurusnya, jangan melibatkan Kiara maupun keluarganya.

"Bukan masalah penting."

Kiara menatap Aiden ragu, tidak puas dengan apa yang barusan Aiden katakan. Apalagi ketika menemukan wajah kusut Aiden. Dia terlihat tidak tidur semalaman.

"Kamu yakin?" Aiden pun mengangguk setuju. Bibirnya berusaha tersenyum, senyum menenangkan yang terasa berbeda di mata Kiara.

"Tapi kenapa kamu tidak tidur semalam? Apa kamu bermimpi buruk lagi?"

Marriage Proposal(SELESAI); Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang