Empat

7.2K 536 25
                                    

Kiara melipat kedua tangannya di depan dada. Kedua matanya menatap Aiden menuntut. Wajahnya pun terlihat begitu serius. Menunggu Aiden membuka mulut, mengatakan semua yang ingin dia ketahui.

Setelah pulang dari pusat perbelanjaan tadi, Aiden sama sekali belum membuka suara. Dia hanya diam dengan tatapan menghindar. Seakan menghindari Kiara yang akan bertanya tentang masalah di supermarket tadi.

Mereka bahkan membatalkan acara masak bersama, Kiara sudah tidak mood untuk sekedar memasak sebelum Aiden menjelaskan semuanya. Dia butuh penjelasan Aiden, siapa wanita tadi.

Meski mereka hanya berpelukan di tempat umum, tapi melihat tatapan mata Aiden. Juga pelukan wanita tadi, Kiara merasa jika wanita itu pasti bukan wanita biasa. Dan tidak mungkin hanya klien Aiden saja.

Bahkan saat berpelukan tadi, Aiden terlihat enggan menyudahi pelukan itu. Dia begitu menikmati pelukan wanita asing itu.

Dengan tatapan memicing tajam, Kiara tidak melepaskan tatapan matanya dari Aiden sedikit pun. Dia terus menatap Aiden, mengikuti kemana pun pria itu pergi.

Seakan Aiden itu adalah mangsa yang akan lari jika tidak di awasi.

"Apa?" Tanya Aiden dengan tampang polosnya yang berhasil membuat Kiara semakin mendengus kesal juga bertambah dongkol. Darahnya kian mendidih karena respon Aiden yang terlihat biasa-biasa saja. Sama sekali tidak berniat membuka suara.

Wajah Aiden itu, terlihat begitu santai seakan dia tidak memiliki salah sedikit pun. Sedang Kiara sudah seperti badak keluar tanduknya.

"Aku tau jika kamu tidak lupa Aiden. Jadi berhenti bermain-main! Kamu sudah berjanji akan menjelaskan semuanya di rumah. Sekarang katakan siapa wanita tadi?" Sentak Kiara, tubuhnya pun mundur beberapa langkah guna menatap Aiden lebih jelas. Menjaga jarak jika sewaktu-waktu Aiden mendekatinya.

Aiden menghembuskan nafas kasar. Wajahnya pun berubah kaku, namun masih mencoba terlihat tenang. Tidak ingin terlihat gusar di mata Kiara. Meski Jantungnya sudah bertalu-talu kencang. Seakan siap lepas dari tempatnya.

"Dia hanya teman lama." Empat kata itu keluar begitu saja dengan mulusnya dari mulut Aiden.

Tidak semua bohong, Kathy adalah teman lama. Tapi berubah setelah beberapa tahun pertemanan mereka.

"Teman lama?" Tanya Kiara terdengar tidak percaya. Matanya pun kian memicing, sama sekali tidak percaya dengan apa yang Aiden katakan.

Jika hanya sebatas teman lama, tidak mungkin tadi Aiden buru-buru menariknya. Membawanya pergi tanpa memperkenalkannya pada Kiara. Bahkan Aiden terlihat berusaha menyembunyikan dirinya dari wanita itu.

Mengangguk beberapa kali, Aiden pun melangkah mendekati Kiara. Berdiri tepat di depan Kiara yang terlihat tak percaya dengan apa yang barusan dia katakan.

"Iya, dia hanya teman lama." Jawab Aiden mantap.

"Sudahlah, semua itu tidak penting. Sekarang bagaimana jika kita lanjutkan acara kita. Bukankah kita sudah berbelanja, kita hanya perlu melakukan--"

"Gak. Aku sudah tidak mood untuk memasak atau melakukan apapun sekarang! Aku mau istirahat."

"Ki---"

"Kalau kamu mau, kamu bisa memasak sendiri. Aku sedang tidak mood." Sentak Kiara kesal. Dia pun berlalu begitu saja dari hadapan Aiden. Melenggang pergi meninggalkan Aiden yang menatapnya tak percaya.

"Sebentar-sebentar." Aiden melangkah mendekati Kiara, sedikit berlari guna menyamai langkah kakinya. 

"Apa sekarang kamu mau bilang jika kamu tengah cemburu? Begitu?"

Langkah kaki Kiara berhenti, kepalanya berputar menghadap Aiden, di sampingnya yang juga tengah berhenti. Tatapannya pun menatapnya tak percaya. "Cemburu?" Ulang Kiara terdengar tidak percaya.

Aiden mengangguk mantap. Respon Kiara terlihat seperti seorang istri yang tengah cemburu kan? Jika tidak salah begitu.

"Apa kamu gila? Bagaimana mungkin aku cemburu hanya karena masalah seperti itu. Cih, Sulit di percaya!"

Aiden sudah akan membuka mulut, hampir membuka suara sebelum Kiara mendahuluinya lebih dulu.

"Asal kamu tau, Aiden, kita sudah menikah. Banyak orang tau tentang status kita, apa kamu tidak berpikir jika apa yang barusan kamu lakukan itu bisa saja mencemari nama baik keluarga kita?"

"Tapi--"

"Aku tidak peduli dengan masa lalumu, bagaimana kamu berinteraksi dengan teman-teman lama mu dulu. Begitu pun klien mu. Tapi--" menjeda ucapannya. Kiara menatap Aiden marah.

"Sekarang kita sudah menikah. Kamu bahkan sudah mengatakan jika mencintai ku. Banyak pasang mata yang menatap kita. Seharusnya kamu bisa mengerti itu. Apa kamu tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika saja keluarga ku melihat semua itu?"

"Kamu berpelukan di tengah pusat perbelanjaan, begitu mesra dengan wanita yang baru kamu temui?"

"Dia--"

"Dan seenak hati kamu mengatakan semua itu hanya teman lama? Dasar sinting!" Seru Kiara tajam. Tanpa menunggu jawaban dari Aiden, Kiara pun masuk ke dalam kamar mereka. Menutup pintu kamar dengan sedikit kuat hingga menimbulkan bunyi yang cukup kuat.

Aiden tercengang dengan respon Kiara barusan. Ini baru pertama kalinya Kiara marah padanya. Dan semua itu karena dia berpelukan dengan Kathy. Yang notabennya dia akui sebagai teman dulu. Lalu bagaimana jadinya jika Kiara tau siapa Kathy sebenarnya? Tanpa sadar, Aiden menelan ludah sudah payah. Wajahnya jelas takut saat ini.

***

"Hai?" Sapa Aiden begitu Kiara keluar dari kamar. Berjalan menuruni anak tangga dengan wajah khas bangun tidurnya.

Pakaiannya pun belum berganti dari yang terakhir kali Aiden berbicara dengannya.

Kiara yang pertama kali mendapatkan sapaan Aiden pun hanya mengukir senyum tipis. Itu pun karena ada banyak orang di sana. Kiara tidak enak jika tidak menanggapi sapaan Aiden.

Bisa-bisa dia akan di katakan sebagai istri kurang ajar nanti.

"Malam semua." Sapa Kiara pada keluarga besar yang kini tengah duduk berbincang.

Awalnya Kiara terlalu malas untuk turun, tapi karena perutnya merasa lapar. Meronta-ronta minta diisi, dengan berat hati akhirnya Kiara pun turun dari kamarnya. Berniat makan malam, tapi karena melihat semua orang berkumpul di ruang santai. Tidak enak jika Kiara tidak menyapa sebentar.

"Kamu baru bangun?" Kinanti yang melihat putrinya baru turun dari lantai dua pun tidak tahan untuk bertanya.

"Ya, Kiara laper. Belum makan dari tadi."

"Kamu belum makan, ayo aku temani ke ruang makan." Aiden berdiri dari duduknya. Mengulurkan tangan kearah Kiara.

"Lihatlah mereka terlihat manis."

"Ya tentu saja. Karena itu Aiden berencana mengajaknya berlibur di sini lebih lama."

Samar-samar Kiara mendengar obrolan ibu dan mertuanya di belakang.

"Kamu juga belum makan?" Tanya Kiara begitu Aiden juga mengisi piring di depannya.

Ini sudah pukul delapan lewat, hampir setengah sembilan. Dan Aiden mengisi piringnya. Tidak biasanya Aiden belum makan jam segini.

Karena biasanya dia akan makan di bawah jam delapan. Dia begitu menjaga pola makannya. Dia bilang tidak sehat makan di atas jam delapan.

"Tadi sudah. Tapi karena sekarang aku butuh banyak tenaga untuk lembur. Aku harus makan. Aku tidak mau mengecewakan seseorang nanti."

Kiara tidak menyahut, membiarkan Aiden berbicara sesukanya. Dia sedang tidak mood untuk meladeni ocehan Aiden. Dia masih merasa kesal kerena masalah tadi. Ditambah, Aiden malah membiarkannya marah hingga tertidur.

Marriage Proposal(SELESAI); Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang