Empat belas

8.3K 467 47
                                    

Aiden memijit pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri. Pandangannya pun semakin terasa berputar-putar, panggilan Kathy bahkan terdengar berdengung di telinganya.

Hingga beberapa menit, Aiden hanya diam. Tubuhnya pun mulai bersandar di sandaran sofa. Memejamkan matanya guna mereda rasa nyeri yang mulai menyerang.

Aiden bahkan membiarkan Kathy duduk di sampingnya, dia sudah tidak punya tenaga lagi hanya sekedar untuk mendebat, menyuruh Kathy untuk pergi dari ruangannya.

"Aiden, apa yang terjadi? Kenapa seperti ini? Apa kamu baik-baik saja?"

Kathy pun memberondong banyak pertanyaan ke pada Aiden, membuat Aiden semakin memejamkan matanya. Kepalanya semakin berdenyut mendengar banyaknya pertanyaan Kathy.

"Apa aku harus memanggil ambulance? Apa kita harus ke rumah sakit?"

"Bisakah kamu keluar saja? Aku sedang ingin sendiri."

"Tapi--"

"Pergilah Kat, aku sedang ingin istirahat!"

Melihat Aiden yang sepertinya benar-benar tidak ingin di ganggu, pada akhirnya pun Kathy menyerah. Mengangguk pasrah.

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi nanti aku akan datang lagi. Kamu istirahat, nanti aku akan memanggilkan sekertarismu. Mungkin kamu butuh sesuatu?"

Rasanya Aiden ingin menolak keinginan Kathy, tapi dia sudah tidak bisa membuka kedua matanya.

Kepalanya semakin terasa berputar, banyak hal yang mulai terdengar di telinganya.

Kathy bangun dari duduknya, menatap Aiden ragu. Tapi sebelum pergi, tiba-tiba Kathy ingin melihat Aiden lebih dekat. Dia pun menunduk, memperhatikan wajah Aiden dengan seksama. Entah datang dari mana keberanian Kathy, hingga dia dengan berani pun mengecup kening Aiden.

Aiden hampir saja hilang kesadaran, tapi ketika merasakan benda kenyal menyentuh keningnya. Kedua mata Aiden refleks terbuka.

Matanya langsung melotot begitu menemukan Kathy yang menunduk di atas tubuhnya. Dia bahkan dengan berani mengecup kening Aiden tanpa permisi.

Hingga kedua mata mereka bertemu, saling menatap. Kathy belum menjauhkan tubuhnya ketika mendengar sebuah benda jatuh di belakang tubuhnya.

Refleks dia pun mengangkat tubuhnya, Aiden pun sama terkejutnya dengan dia.

Namun kedua matanya langsung terbuka lebar ketika menemukan siapa dibalik tubuh Kathy.

Kiara. Dia nampak menatap Aiden dan Kathy syok. Bahkan tas tangannya pun jatuh di samping tubuhnya.

Seakan tersadar, buru-buru Kiara pun mengambil tas di tangannya. Bertepatan dengan itu suara Kathy terdengar masuk ke gendang telinganya. Hingga lirikan matanya pun tak lagi bisa menghindar dari interaksi antara Aiden dan Kathy. 

Namun hanya sekilas, setelahnya dia pun langsung berdiri.

"Aku... Sepertinya aku harus pergi, Aiden." Kathy nampak menatap Aiden kikkuk. Secepat kilat dia pun langsung pergi.

Bertepatan dengan Kiara masuk lebih dalam ke ruangan Aiden, Kathy pun keluar ruangan Aiden. Mereka berpapasan, tapi hanya Kathy yang melirik Kiara.

Sedang Kiara nampak menatap Aiden lurus. Seakan tidak mengenal Kathy.

Aiden langsung membernarkan letak duduknya. Kedua matanya masih menatap Kiara, mendadak rasa pusing juga nyeri di kepalanya hilang ketika menemukan Kiara yang berdiri di depannya.

Lebih tepatnya, Kiara telah memergokinya berduaan dengan Kathy. Dan Aiden harus siap menjelaskan apapun yang akan di pertanyaan oleh Kiara padanya.

"Kamu sudah datang?" Tanya Aiden bergerak bangun, berniat memeluk Kiara sebelum suara Kiara menghentikan pergerakan Aiden.

"Tetap lah di tempat mu, Aiden!"

"Kiara... Aku bisa jelaskan. Ini tidak seperti yang kamu bayangkan."

"Memegangnya aku membayangkan apa, Aiden?"

Kedua mata Aiden pun menajam, menghela nafas panjang sebelum bergerak bangun.

"Mungkin tadi kamu melihat Kathy yang mencium ku. Tapi, dia tadi hanya berniat membantu ku. Kepala ku terasa sangat sakit, tadi aku hampir jatuh karena tidak bisa menyangga beban tubuhku. Karena itu dia membantu ku untuk duduk di sini."

"Dan sial ciuman itu, aku benar-benar tidak tau. Kenapa dia bisa men--"

"Ok, stop!" Sela Kiara. Kedua matanya pun terpejam dengan kesal.

Tadi, dia sudah membuat janji dengan Aiden akan makan siang bersama. Sekaligus Kiara ingin mengajak Aiden untuk menghadiri acara keluarganya malam ini.

Tapi tidak di sangka, setelah Kiara masuk ke ruangan Aiden. Kiara malah menemukan Aiden bersama seorang wanita.

Wanita yang bahkan beberapa hari yang lalu dia tolong. Aiden bahkan kemarin bersikap acuh padanya, mereka seolah-olah tidak saling mengenal. Dan sekarang mereka malah di ruangan yang sama. Hanya berdua, dengan jarak yang tidak bisa di katakan jauh.

"Kiara?" Panggil Aiden beringsut maju. Berdiri depan Kiara. Memegang pundak Kiara, memintanya untuk menatap lurus ke arahnya.

"Kamu harus tau, jika aku sama sekali tidak melakukan apapun. Terlepas dari apa yang barusan kamu lihat, aku benar-benar tidak tau apa yang Kathy lakukan tadi. Dia tiba-tiba melakukan itu, aku bahkan sangat terkejut."

"Lalu bagaimana bisa dia berada di sini? Apa yang di lakukan dia disini? Bukankah kemarin kamu melarang ku untuk berinteraksi dengannya? Bahkan kamu terlihat menjaga jarak?"

"Dia adalah salah satu sekertaris klien ku dulu."

"Sekertaris klienmu?" Tanya Kiara terdengar tidak percaya. "Bagaimana mungkin seorang sekertaris bisa datang menemui kliennya atasannya? Seorang diri. Kamu kira aku akan percaya?"

"Tadi dia hanya ingin berbicara penting. Tidak lebih, Kiara. Aku bahkan sudah mengusirnya. Memintanya untuk pergi. Tapi dia--"

"Apa sebelum ini kalian pernah memiliki hubungan?" Potong Kiara cepat, berhasil membungkam Aiden. "Aku yakin Tomi tidak akan berbohong ketika dia mengatakan jika bukan orang sembarang yang bisa bertemu dengan mu? Apalagi saat melihat bagaimana sikapmu tempo hari yang marah besar pada pelayan."

"Bahkan hanya untuk masalah kecil, sekali pun. Tidak mungkin kamu bisa menerima seseorang jika tidak ada hal penting yang kalian bahas. Kecuali--"

"CUKUP, KIARA!" Bentak Aiden kuat. Berhasil menghentikan ucapan Kiara.

Aiden menatap Kiara nyalang, nafasnya pun memburu dengan kasar. Menatap Kiara tegas. Aiden pun melepaskan cengkramannya di pundak Kiara.

"Jika aku katakan dia tidak penting. Itu artinya tidak penting!" Lanjut Aiden tajam.

"Kamu memang istri ku, tapi bukan berarti kamu bisa bersikap kekanak-kanakan seperti ini! Lagipula, kamu hanya sekali menemukan kami berada di ruangan yang sama. Bagaimana mungkin kamu bisa menyimpulkan bahwa kami memiliki hubungan?"

"Asal kamu tau, Kiara, aku bukan tipe pria yang suka mendengar rengekan tidak penting wanita. Apalagi dengan sikap Kekanak-kanakanmu ini!"

Kiara mundur beberapa langkah, tertawa sumbang. Menatap Aiden dengan kepala mengangguk mengerti.

"Ya kamu benar, Aiden." Ucapnya terdengar pasrah.  "Aku memang tidak seharusnya bersikap kekanak-kanakan. Baikah, lakukan apa yang kamu inginkan. Mulai sekarang, aku tidak akan peduli dengan apa yang kalian lakukan. Dan aku juga tidak tertarik untuk tau." Seru Kiara keras. Bertolak belakang dengan apa yang Kiara katakan. Aiden sama sekali tidak percaya. Karena jelas wajahnya menunjukkan sebaliknya.

Wanita itu terlihat begitu kecewa dan terluka. 

"Kiara, aku--"

"Sepertinya kamu sedang sakit, lebih baik kita tunda acara makan siang kita. Mungkin yang kamu butuhkan istirahat. Bukan makan siang." Potong Kiara cepat. Tidak memberikan waktu Aiden untuk menyela.

Secepat kilat, Kiara pun berbalik. Melangkah pergi meninggalkan Aiden yang kini menatapnya frustasi.

"Sial." Rutuk Aiden. Dia lagi-lagi kelepasan tadi.

Marriage Proposal(SELESAI); Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang