Tujuh

6.1K 407 13
                                    

Setelah menghabiskan waktu berdua kemarin, di hutan penus Aiden maupun Kiara berencana berkuda hari ini.

Kemarin mereka sudan melewati hari yang sangat panjang, karena itu mereka hari ini berencana menghabiskan waktu di sekitar resort. Setidaknya mereka bisa melakukan apapun di sekitar resort.

Resort tempat mereka menginap memang menyediakan tempat berkuda, juga tempat oleh raga lainnya. Tempat bermain golf pun ada, dan sering di gunakan para orang tua menghabiskan waktu.

"Kamu yakin akan menaikinya sendiri? Aku bisa mengajarimu jika mau. Kita bisa keliling bersama?" Kiara menggeleng, menolak tawaran Aiden.

Dia memang belum pernah berkuda, tapi tadi dia sudah mendengar kan semua instruksi pelatih. Dan terdengar mudah di telinganya.

Dia tidak berniat menerima tawaran Aiden bukan tanpa alasan. Tadi, Aiden terlihat begitu mahir menungganginya. Dan Kiara pun akan mencobanya sendiri. Kedengarannya seru.

"Dengar Kiara, ini tidak semudah seperti penjelasan Roy. Dia mengatakan mudah karena dia sudah mahir." Nasehat Aiden. Dia ragu membiarkan Kiara menunggangi kudanya sendiri, meski Aiden dan beberapa pelatih kuda yang dia panggil secara khusu berada di sini.

Tetap saja dia khawatir. Kiara belum pernah berkuda sebelumnya. Dan dia kekeh ingin berkeliling dengan kudanya sendiri.

Dia takut jika Kiara akan terluka.

"Tidak apa-apa, Aiden. Aku pasti bisa. Tidak akan jauh kok. Hanya sekitar sini. Lagipula bukankah kamu juga ada di sini?"

Meski sedikit tidak ikhlas pada akhirnya Aiden pun mengangguk pasrah. Membiarkan Kiara menaiki kudanya.

"Dengar, Pelan-pelan saja." Pesan Aiden dengan wajah serius. Yang dibalas Kiara dengan mengangkat tanganya di atas kening. Berlagak hormat.

Di awal mengendarai kuda, Kiara nampak kesulitan menyeimbangi tubuhnya. Dia kesulitan dalam mengendalikan dirinya untuk mengikuti pergerakan kuda.

Kiara beberapa kali hampir terjatuh karena kuda yang terlihat begitu gesit bergerak.

Aiden pun yang melihat Kiara nampak kesulitan mengendalikan kuda, maju beberapa langkah. Tubuhnya sudah bersiap lari jika saja Kiara terjatuh.

"Seharusnya aku tidak membawanya berkuda." Gumam Aiden dengan nada suara menyesal. Pandangannya nampak gelisah, terus mengikuti ke mana pun kuda Kiara melangkah.

"Kenapa? Kamu mengkhawatirkannya?"

Aiden menoleh, menemukan ayahnya berdiri di sampingnya. Ikut menatap ke arah Kiara, mengawasi pergerakan Kiara dan kudanya.

"Tentu saja." Kesal Aiden. Bibirnya sudah berdecak kuat.

Beberapa kali Rick pun mengangguk, namun wajahnya terlihat sama sekali tidak puas. Lebih tepatnya mengejek setiap ucapan Aiden. "Daddy dengar dia sudah kembali."

Glek

Tubuh Aiden mematung beberapa saat. Sebelum mengangguk membenarkan. "Ya." Jawabnya terdengar pelan. Sangat pelan hingga menarik perhatian Rick.

Rick menoleh, memperhatikan ekspresi wajah Aiden yang di sampingnya.

Dari ekspresi yang di tunjukkan wajah Aiden, Rick tau jika Aiden berusaha bersikap biasa-biasa saja.  Namun Rick tidak tau apa yang dia rasakan saat ini. Dan semoga saja ketakutannya tidak akan pernah terjadi.

"Jadi kalian sudah bertemu?"

"Ya."

"Apa yang kamu rasakan begitu bertemu dengan dia?"

"Apa Daddy akan percaya jika aku mengatakan biasa saja?"

Cukup lama Rick menatap Aiden, memperhatikan ekspresi wajah putranya itu dengan seksama. Hingga beberapa detik, Rick hanya menatap nya hingga membuat Aiden risih dan memalingkan wajah.

"Kamu terlihat baik-baik saja." Komentar Rick yang di angguk-ki setuju oleh Aiden.

Jujur saja efek bersama Kiara sangat banyak, dia bisa lebih fresh juga berpikir positif. Dan dia pun tidak pernah merasakan emosi yang meledak-ledak. Perasaannya pun merasa lebih tenang.

"Besok kami akan kembali. Jika kamu masih ingin di sini, tidak masalah. Masalah perusahaan biar Tomi dan Daddy yang mengurusnya." Aiden sudah akan mengangguk.

"Tapi ingat, Aiden, Daddy akan terus mengawasi mu! Daddy tidak mau jika kamu berurusan lagi dengan wanita itu. Ingat, dia sudah pernah menghancurkan kehidupanmu."

"Itu bukan sepenuhnya kesalahan dia, dad. Aku juga turut adil dalam masalah itu."

"Lihat, hanya bertemu saja, kamu sudah berani membelanya. Lalu apa kabar jika nanti dia meminta mu kembali? Apa kamu akan meninggalkan kehidupanmu saat ini? Dan kembali padanya?"

"Itu tidak akan pernah terjadi, dad. Aku sudah memperingatkannya untuk tidak menggangu kehidupan kami." Sentak Aiden tak terima. Wajahnya pun nampak tersinggung dengan apa yang telah di ucapkan oleh ayahnya.

Aiden tidak sebodoh itu untuk kembali pada orang yang pernah membuangnya.

"Apa Kiara tau tentang masalah ini?"

"Ya." Jawab Aiden terdengar sedikit ragu. Pandanganya pun berusaha menghindari tatapan ayahnya yang kini menatapnya dengan tatapan memicing tajam.

"Dia benar-benar tau siapa wanita itu?" Tanya Rick terdengar tidak percaya.

"Ya."

"Dalam arti wanita yang pernah mengisi hidupmu atau--?" Dengan sengaja Rick pun menggantung ucapannya. Menatap Aiden dengan tatapan mata menuntut.

Sedang Aiden yang di tatap oleh ayahnya sedemikian intens pun hanya mengedikkan pundaknya acuh. "Aku hanya mengatakan kami teman."

Rick mendesis, menatap Aiden kesal. "Ingat, jangan membuat masalah, Aiden. Jangan sampai karena masalah ini, hubungan kalian berantakan."

"Daddy tenang saja! Aku bisa mengurus masalah ku sendiri. Yang terpenting, saat ini Daddy tutup mulut pada mommy. Jangan sampai mommy tau! Mommy bisa ngamuk jika saja dia tau Kathy kembali."

"Setidaknya mommy mu masih cukup waras, Aiden. Dia bisa bersikap tegas. Bukan sepertimu, sudah jelas-jelas wanita itu adalah racun. Tapi kamu masih berusaha bertemu dengannya." Sindir Rick sarkas. Menyesalkan karena kebodohan putranya.  "Bahkan kamu sampai menyuruh Tomi untuk menyelidiki keberadaannya."

Tomi sialan. Maki Aiden karena sekertarisnya malah membongkar rahasianya. "Tenang saja, dad. Aku bisa mengurus masalah ku sendiri."

"Daddy harap apa yang kamu katakan benar, hingga nanti kamu tidak akan menimbulkan masalah baru."

Aiden hanya mengangguk sekilas, wajahnya terlihat tidak nyaman membahas masalah itu. Sebisa mungkin dia ingin menyudahi pembahasan itu.

"Bagus jika begitu, Daddy dan yang lain akan kembali besok. Ingat, Daddy akan terus mengawasi mu. Jadi, usahakan jangan pernah membuat ulah. Apalagi hingga membuat nama baik keluarga kita tercemar."

Aiden menatap ayahnya tidak mengerti. "Berpelukan di pusat perbelanjaan dengan wanita lain, selain istri mu adalah perbuatan yang menjijikan."

Aiden meringis, memilih mengangguk kaku. Ketimbang mendebat.

Lagipula sejak kapan ayahnya itu memikirkan nama baik keluarga? Sejak dulu mereka tidak pernah memikirkan komentar orang. Mereka hanya berfokus pada kehidupan mereka. Tidak peduli dengan ucapan orang di luar sana.

"Baiklah. Nikmati hari kalian." Aiden tersenyum manis mengantar kepergian ayahnya. Tak lama nafasnya pun menghela panjang begitu ayahnya tak terlihat di jarak pandangnya. Ada kelegaan ketika ayahnya tidak lagi mengekangnya terlalu keras.

"Apa yang kalian bicarakan?" Hampir saja jantung Aiden terlepas dari tempatnya begitu melihat Kiara berdiri di sampingnya.

"Emm, hanya masalah pekerjaan." Bohong Aiden berusaha menutupi kegugupannya.  Kiara mengangguk mengerti. Tidak bertanya lebih jauh lagi.

Marriage Proposal(SELESAI); Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang