Enam

6.3K 459 17
                                    

Aiden menatap malas pada Kathy yang tersenyum ke arah Kiara. Sesekali tatapannya mengarah pada Aiden, lalu kemudian kembali kepada Kiara yang kini membantu mengobati lukanya.

Aiden tidak mengatakan apapun, dia hanya diam terus mengawasi pergerakan Kathy di tempatnya. Apapun yang dia lakukan, seakan Aiden terus memperhatikannya.

Aiden tidak akan membiarkan Kathy untuk berbicara terlalu banyak dengan Kiara. Dan juga tidak akan membiarkan Kathy untuk berlama-lama dengan Kiara.

"Jadi kamu tersesat?" Tanya Kiara di sela-sela kegiatannya. Dengan telaten Kiara membalut luka-luka Kathy di antara mobilnya dan mobil Aiden.

Sedang Aiden, dia hanya diam sedari tadi. Melihat interaksi dua wanita yang terlihat terus berbincang. Mengabaikan keberadaannya.

Meskipun begitu, Aiden sebisa mungkin memasang telinganya untuk mendengarkan apapun yang di katakan oleh Kathy dan Kiara.

"Seharusnya kamu tidak pergi sendiri, kamu tau di sini sangat sepi dan terlihat rawan. Ada baiknya jika kamu berpergian membawa teman. Bagaimana jika tadi terjadi sesuatu denganmu. Apa yang akan kamu lakukan jika saja ada orang jahat." Kathy hanya mengangguk menanggapi ucapan Kiara.

Diam-diam, dia pun memperhatikan Kiara. Dilihat dari segi mana pun Kiara nampak cantik. Pantas saja Aiden tergila-gila padanya dan dengan mudah melupakannya.

"Aku tidak memiliki siapapun di sini. Aku hidup sebatang kara." Kiara yang mendengar jawaban Kathy pun menatapnya bersalah. Dia tidak bermaksud untuk---

"Jangan menatap ku seperti itu, aku baik-baik saja." Lanjut Kathy ketika menemukan wajah bersalah Kiara.

Dia tidak suka jika di tatapan seperti itu, seakan dia mengharapkan belas kasihan orang lain. Dia benci jika orang menatanya kasihan.

"Bagaimana dengan teman? Apa kamu juga tidak memilikinya?"

"Entahlah. Mungkin karena sifat ku yang terlalu menyebalkan hingga aku tidak memiliki teman." Di akhir kalimat entah mengapa Kathy tertawa. Tawa yang di dengar Kiara seperti gamang di telinga Kiara.

Hingga dia semakin di landa rasa bersalah. Dia tidak bermaksud membuat sedih wanita di depannya ini. Dia hanya ingin tau seperti apa wanita yang pernah menjadi teman Aiden. Apa karena itu mereka tidak berteman lagi. Pikirnya.

"Aku dan Aiden mungkin akan lama di sini, jika kamu membutuhkan sesuatu. Jangan sungkan untuk menghubungi kami. Kami akan dengan senang hati membantu mu jika saja kamu membutuhkannya." Kiara mengukir senyum hangat kearahnya. "Aku dengar kalian berteman."

Dengan cepat kepala Kathy pun berputar ke arah Aiden. Menatapnya begitu intens dan lurus. Tidak percaya jika Aiden masih mengatakan teman pada istrinya setelah apa yang dia lakukan pada Aiden dulu. Kini rasa bersalah kian menggerogoti hatinya.

"Ah ya, it--u sudah lama sekali." Jawab Kathy kikkuk. Sedari tadi Aiden terlihat menghindari tatapan matanya.

Tapi lirikan sinisnya terlihat jelas, Aiden seakan benar-benar menginginkan Kathy untuk mengikuti keinginannya.

Gerakan tangan Kiara yang tengah membalut luka Kathy di lengannya pun terhenti. Wajahnya mendongak ke arah Kathy.

Melihat respon Kathy barusan membuat Kiara merasa aneh. "Jika begitu tidak ada salahnya kita berteman lagi." Entah mengapa kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Kiara. Dia pun kaget dengan suaranya barusan.

Tidak menyangka jika dia akan mengatakan hal seperti itu, tanpa membicarakannya kepada Aiden terlebih dulu.

"Kiara, jika sudah selesai. Lebih baik kita kembali ke mobil. Akan ada orang yang mengurusnya nanti. Sekarang kita harus pergi. Kita sudah cukup terlambat!" Dengan cepat Aiden pun mengintruksi obrolan Kiara dan Kathy.

Tidak ingin Kiara mengobrol dengan Kathy lebih lama. Aiden takut jika Kathy salah bicara dan Kiara akan mengetahui semuanya.

Dia masih ingat ketika malam di mana Aiden dan Kathy bertemu, Aiden langsung meminta Tomi untuk menyelidiki keberadaan Kathy. Dan setelah itu, diam-diam Aiden menemuinya tanpa sepengetahuan Kiara.

"Aiden sudah lama tidak bertemu, kamu ... Masih terlihat sama." Ucap Kathy begitu membuka pintu, dan menemukan Aiden berdiri di depan pintu rumahnya.

Kathy tidak percaya jika Aiden akan menemuinya secepat ini, ada rasa bahagia yang tak bisa dia jelaskan.

Namun senyum Kathy tak berapa lama surut, saat Aiden menatapnya datar. Sama sekali tidak menampilkan wajah bersahabat.

Aiden menatap datar Kathy, tatapan matanya begitu dingin tak bersahabat. Hingga membuat buku kuduk Kathy terasa berdiri tanpa sadar. Dia pun bergidik menemukan tatapan mata Aiden.

"Saya tidak akan berbasa-basi. Saya akan mengatakan tujuan saya datang kemari." Balas Aiden datar. "Saya ingin ketika nanti kita bertemu, bersikaplah layaknya orang asing untuk saya. Saya tidak mau lagi kamu bersikap kurang ajar seperti tadi."

"Menyentuh bahkan berlagak kita dekat! Itu sangat menjijikan!"

Tubuh Kathy membeku, menatap Aiden dengan sorot mata terluka. Kata-kata Aiden barusan terasa sangat menyakitinya. Namun sebisa mungkin dia tetap memamerkan senyum tipisnya. Menutupi wajah kecewanya.

"Apa semua itu karna wanita tadi, Aiden?"

"Ya." Jawab Aiden mantap. Tidak ada keraguan sedikit pun. Tatapan matanya pun begitu tegas juga dingin. "Dia adalah istri saya, sekaligus hidup saya saat ini. Jadi saya peringatkan kepada kamu, untuk pergi sejauh mungkin dari jarak pandang kami. Jika kita tidak sengaja bertemu, bersikaplah seperti orang asing."

"Tapi, Aiden--"

"Kamu hanya masa lalu saya, nyonya Kathy, dan kamu tidak seharusnya bersikap menjijikan seperti tadi."

"Aku merindukan mu, Aiden. Tidak bisakah kita kembali seperti dulu, lagi?"

Aiden tertawa sinis mendengar seruan bernada protes dari Kathy. Wajahnya semakin terlihat kaku.

"Kamu membungkuk terlalu rendah Kathy, tidak kah kamu malu dengan apa yang barusan kamu katakan?" Sarkas Aiden tajam.

"Setelah pergi tanpa pamit membawa semua kehidupan saya. Sekarang dengan enaknya kamu mengatakan jika kamu merindukan saya?"

"Saya peringatkan sekali lagi, Kathy, jika kamu berani sekali saja mengganggu kehidupan saya. Saya tidak akan segan-segan menghancurkan kehidupan mu, juga orang-orang terdekat mu?"

Kathy menatap Aiden tak percaya, apalagi ketika menemukan wajah Aiden yang tersenyum puas karena berhasil membungkam Kathy.

Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan. Aiden pun langsung berbalik pergi. Meninggalkan Kathy yang tersenyum miris di belakangnya.

"Tapi, Aiden--" protesan Kiara, juga sentuhan di punggung tangannya menyadarkan Aiden.

"Dia tidak akan apa-apa. Itu hanya luka ringan. Dia bukan anak kecil yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri." Sela Aiden terdengar sinis dan datar. Tidak peduli dengan Kathy yang kini menunduk dalam. Menghindari tatapan mata Kiara ke arahnya.

Tanpa mengijinkan Kiara untuk protes Aiden pun dengan cepat menarik lengan Kiara. Membantunya berdiri dari duduknya. Dan menarinya menuju ke arah mobil mereka.

Aiden terus membawa Kiara, ralat- menyeret Kiara menuju mobil dengan tidak sabaran. Aiden saat ini terlihat jika dia tengah menghindari Kathy.

Marriage Proposal(SELESAI); Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang