1. Kehidupan Baru

213 21 10
                                    

POV AUTHOR

Hari ini tepat satu tahun pernikahan Aretha dan Radit. Walau demikian sampai sekarang mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Itu bukan masalah, karena bagi Aretha dan Radit, anak itu titipan. Jika mereka belum diberikan kesempatan tersebut, berarti itu memang kehendak Tuhan. Mereka tidak pernah kesal atau pun merasa rendah diri hanya karena persoalan anak.

Apalagi saat Alya, yang baru saja menikah dengan Arden dua bulan lalu saja sudah berbadan dua sekarang.
Aretha dan Radit tidak begitu memusingkan hal tersebut. Jangankan untuk melakukan program hamil, seperti yang sering dinasehati oleh orang orang di sekitar, mereka justru tampak santai menikmati kehidupan bahtera rumah tangga yang baru seumur jagung.

Rumah yang dibeli Radit, memang tidak besar. Tapi setidaknya nyaman dan aman. Aretha lebih suka rumah yang kecil, agar dia tidak kesulitan dalam membersihkan nya. Dia sudah mengundurkan diri dari pekerjaan. Karena ingin menikmati masa masa sebagai seorang istri di rumah. Walau sebenarnya Radit tidak keberatan jika Aretha tetap bekerja seperti dulu.

Radit bekerja sebagai seorang kontraktor. Dia super sibuk setelah menikah. Sepertinya rejeki yang Tuhan berikan semakin lancar, seiring lancarnya kehidupan pernikahan mereka berdua. Radit makin perhatian pada sang istri, bahkan terkesan lebih memanjakan Aretha setelah mereka menikah. Dia selalu memenuhi keinginan Aretha bahkan untuk hal sekecil apa pun. Contohnya saja, setiap kali Radit pulang kerja, maka dia akan mengabari Aretha. Lalu Radit akan menanyakan, jikalau ada sesuatu yang Aretha inginkan sebelum dirinya pulang ke rumah. Mungkin makanan, atau jajan yang biasa Aretha suka. Walau dia sudah hampir kepala tiga, tapi Aretha memiliki hobi yang tidak akan lekang dimakan usia, yaitu jajan. Dia suka memesan batagor, siomay, kebab, jagung bakar, martabak, cakwe, bakso aci dan beberapa makanan lain yang pasti setiap harinya akan berbeda. Tapi anehnya, dengan cara makan Aretha yang seperti itu, dia tetap memiliki tubuh yang ramping. Padahal wanita itu hanya melakukan olahraga joging satu minggu satu kali. Lebih tepatnya dilakukan saat minggu pagi saja. Tapi enam hari lainnya diisi dengan tidur, makan, ngemil, membersihkan rumah, nonton drama Korea, dan selalu berkutat seperti itu itu saja. Bahkan Aretha jarang sekali keluar rumah sendirian. Sekali pun itu ke rumah orang tua atau mertuanya sendiri. Dia lebih memilih pergi bersama Radit, dan menunggu sang suami libur untuk bisa bepergian bersama sama.

Malam ini, Aretha memasak tumis cumi cabai hijau, dengan udang goreng crispi kesukaan Radit. Keduanya sudah berada di meja makan, setelah menunaikan salat isya berjamaah. Malam ini Radit pulang cepat, karena pekerjaannya sedang tidak terlalu banyak. Apalagi minggu minggu ini, dia lebih sering berada di Ibukota, tidak lagi masuk dan menetap di pedesaan atau pun kota kota lain untuk urusan pekerjaan. Yah, pekerjaan nya saat ini memang menuntutnya untuk jarang berada di rumah. Tak jarang ia meninggalkan Aretha di rumah sendirian selama beberapa hari, bahkan pernah suatu ketika, saat dia sedang berada di luar pulau, dia terpaksa meninggalkan rumah satu pekan lama nya. Untungnya sang istri tidak keberatan dan maklum pada pekerjaannya itu.

Karena jika Aretha merasa kesepian, maka dia akan menginap di rumah orang tuanya, atau tak jarang ia menginap rumah saudara kembarnya, Arden.

Aretha dan, Alya, istri Arden, memang kompak dalam setiap suasana. Apalagi kedatangan Aretha justru sering membantu pekerjaan Alya, yang memiliki sebuah butik yang berada tak jauh dari rumah nya. Alya memang seorang designer yang patut diacungi jempol. Karya karya rancangan nya, semua ia buat dan jual di butik miliknya. Model yang unik dan elegan, membuat pakaian Alya mendapat simpati dari pembeli dan sudah memiliki banyak langganan.

Aretha kerap membantu Alya memasarkan dagangan nya, dan semua laris manis. Kesibukan Aretha hanya berkutat pada penjualan online nya, selain sebagai istri Radit tentunya.

"Wah, enak nih." Radit baru saja keluar dari kamar, dan segera menempatkan diri di kursi kebesarannya. Di sebuah sudut di mana dia biasa berada di sana untuk makan, ditandai dengan piring yang sudah berada di sisi meja tersebut tentunya.

"Aku masak makanan kesukaan kamu, Sayang. Pokoknya kamu harus makan yang banyak. Lihat tuh, badan kamu kurusan," sindir Aretha sambil sibuk menyiapkan nasi beserta lauk pauk untuk diletakkan di piring Radit.

"Iya, Sayang. Sampai perutku buncit ini mah nanti. Kamu juga makan yang banyak loh." Radit juga beralih menuangkan nasi serta lauk pauk ke piring Aretha.

Aretha hanya menatap Radit sambil menyipitkan mata, karena porsi yang diambil Radit terlalu banyak. Padahal dia sedang mencoba diet dalam satu pekan terakhir. Itulah mengapa Radit justru sengaja memberikan makan malam yang banyak untuk istrinya. Bagi Radit Aretha tetap cantik apa pun kondisinya. Baik itu kurus atau berisi. Tapi yang namanya wanita, pasti ingin menjaga penampilan dan berat badannya, walau dirinya sudah bersuami sekalipun. Justru setelah menikah baik suami maupun istri hendaknya tetap menjaga penampilan terbaik di hadapan pasangannya. Berdandan serta bertutur kata yang baik kepada pasangan.

"Yang, kebanyakan ini," rengek Aretha.

"Itu porsi makan kamu loh. Dari dulu juga segitu."

"Kan aku lagi diet."

"Besok lagi dietnya. Ini makanan enak gini masa kamu makannya cuma sedikit."

Mendengar perkataan Radit, Aretha pun pasrah, dan akhirnya dia malah berhasil menghabiskan makanan yang diambilkan oleh Radit tadi. Sementara itu, sang suami hanya tersenyum senang menatap istrinya yang lahap makan.

Pukul 21.00

Radit masih berada di depan laptop, memeriksa beberapa pekerjaan yang tadi ia temui di lapangan. Sementara Aretha duduk di samping Radit dengan mata fokus pada tv layar datar di ruang santai rumah mereka. Malam ini adalah jadwal serial drama Korea yang saat itu sedang naik daun. Hell bound.

Aretha bukan tipe wanita pencinta drama romantis. Tapi dia akan lebih tertarik pada genre aksi, fantasi, ataupun misteri. Bahkan dia sudah menonton 90% film dengan tema detektif yang mengungkap kasus pembunuhan oleh psikopat. Baginya drama jenis itu justru sangat menarik dan memiliki ketegangan tersendiri. Hanya saja, Aretha tidak akan mau menonton film dengan genre horor, di mana akan ada konflik yang melibatkan makhluk tak kasat mata. Dia tidak mau larut dalam film tersebut, karena nantinya akan muncul di dunia nyata.

Aretha memangku toples berisi kacang almond kesukaannya. Dia benar-benar menjaga asupan yang masuk ke dalam tubuhnya sekarang. Tidak lagi jajan sembarangan dan akan memikirkan kalori serta menghindari makanan yang mengandung pemanis buatan. Sesekali tangannya menjulur ke mulut Radit, menyuapkan kacang tersebut untuk suaminya yang duduk di samping.

"Yang ...," panggil Radit tanpa menatap Aretha.

"Hm?" Aretha pun sama, masih terpaku pada layar di depan mereka.

"Aku ada proyek lagi. Jauh. Kali ini di pedesaan gitu. Ada di kaki gunung."

"Terus? Kamu berapa lama di sana?"

"Aku ... Harus mengawasi semua proyeknya sampai selesai. Jadi ... Harus stay di sana beberapa bulan."

"Hah? Kok gitu? Terus aku gimana?" Kali ini Aretha langsung emosi, dan duduk menghadap suaminya. Radit pun demikian. Dia sadar, kalau hal ini harus dibicarakan matang-matang.

Silakan baca kelanjutannya di Fizzo. Dengan judul Nisa, si gadis indigo

Twins Indigo (Aretha Dianah Aryani) Season 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang