Hendra menoleh ke segala arah. Dia terkejut dengan suara yang baru saja dia dengar.
"Lo denger nggak tadi?" tanya Hendra langsung menahan Radit yang hendak berjalan melewatinya.
"Apaan?"
"Ada yang bilang, hati hati, gitu!" pekik Hendra sambil menatap ngeri ke sekitar.
"Nggak ada kok yang bilang gitu," tambah Radit.
"Eh, jangan jangan ...." Aretha melotot dengan ekspresi terkejut.
"Apaan?"
Aretha mendekat ke Hendra lalu berbisik, "Teteh."
"Heh! Jangan bercanda deh, Aretha!" omel Hendra.
Aretha dan Radit pun langsung tertawa lepas. Mereka lantas mengikuti teman teman yang lain yang sudah berjalan lebih dulu. Tak jauh dari mobil yang diparkir, memang ada sebuah warung. Warung yang semi permanen itu hanya ada satu di tengah tengah hutan ini. Nyala lampu yang redup, hanya dengan sebuah bohlam warna kuning membuatnya temaram. Memang tidak semua teman teman Radit ikut ke warung, karena sebagian memutuskan berada di dalam mobil saja dan memilih tidur sambil menunggu mobil selesai diperbaiki. Jadi hanya ada 9 orang yang memutuskan keluar dari mobil, untuk mencari makanan. Walau mereka sudah makan sebelum pulang tadi, tapi perut mereka sudah ingin diisi kembali rupanya.
Dari kejauhan Radit, Aretha, dan Hendra sudah melihat teman teman mereka duduk di depan warung sambil menikmati kopi, teh, dan gorengan.
"Wah, mereka curang. Udah langsung makan aja," cetus Hendra.
Aretha berhenti berjalan, saat Radit juga hendak menyusul Hendra ke warung. Menyadari istrinya hanya diam membeku, Radit pun menoleh sambil mengulurkan tangan ke Aretha.
"Ayo, Sayang. Kamu mau pesan apa, nanti aku pesankan," tanya Radit.
"Eum, apa, ya. Nggak tahu. Aku nggak lapar sih," sahut Aretha.
"Ya udah, pesan teh hangat aja, ya. Udaranya dingin. Biar kamu nggak masuk angin," kata Radit lagi.
Ukuran tangan Radit akhirnya disambut Aretha, dan mereka pun bergabung dengan teman teman yang lain.
"Lo udah pesen? Pesen apa?" tanya Radit ke Hendra yang duduk di samping kirinya. Sementara Aretha duduk di samping kanan Radit.
Menik, Pur, Damar, Melihat, Riki, dan Sita duduk di kursi depan mereka dengan posisi saling berhadapan dengan Radit, Aretha dan Hendra.
"Belum. Ibunya lagi sibuk goreng makanan," kata Hendra masih memperhatikan gerak gerik wanita pemilik warung.
Wanita tersebut berdiri membelakangi mereka dengan kompor di depannya. Namun ada yang aneh dengan tingkah laku pemilik warung itu. Dia justru sedang mengelus elus rambutnya yang cukup panjang. Rambutnya di jadikan satu dan disampirkan di bahu kirinya. Kedua tangannya bergerak naik turun mengikuti untaian rambut panjang tersebut.
"Kok aneh?" tanya Aretha berbisik.
"Apanya?" tanya Hendra.
"Lihat itu, orangnya kok agak aneh ya," tutur Aretha.
Akhirnya Hendra dan Radit pun ikut memperhatikan pemilik warung tersebut. Wanita tadi tampak diam tanpa melakukan apa pun sebagai pemilik warung makan.
"Ah, enggak deh, Tha. Cuma perasaan lo aja kali. Lihat kakinya, napak!" bisik Hendra lagi.
"Ehm, memang agak aneh sih. Warungnya sendirian di tengah hutan," sahut Radit.
"Heh, kalian tuh jangan buruk sangka dulu. Jalanan ini kan sering dilewatin sama truk, bus malam juga. Siapa tahu mereka sering mampir. Apalagi kalau tiba tiba kendaraan mereka macet kayak kita gitu. Kan membantu banget nih, ada warung di sini. Lihat aja, temen temen lahap tuh makan gorengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Indigo (Aretha Dianah Aryani) Season 5
Humor[DILARANG SHARE, COPAS TANPA IZIN. APALAGI MEMPLAGIAT. SIAPA SAJA YANG MELIHAT CERITA INI DENGAN PENULIS NAMA LAIN, TOLONG HUBUNGI SAYA. TERIMA KASIH] Cerita ini dipindah ke aplikasi Fizzo dengan Judul Nisa, si Gadis Indigo Radit dan Aretha pindah...