Dzikir terus terdengar dari mulut Arden. Dia berusaha membuat pagar agar semua teman temannya aman berada di dalam lingkaran yang ia buat. Arden yakin kalau semua ini adalah ulah makhluk makhluk yang sejak tadi berada di sekitar mereka. Makhluk makhluk itu ternyata tidak pantang menyerah dalam mencari celah. Bahkan Sekuat apapun keadaan berusaha untuk melindungi teman-temannya mereka tetap saja bisa terkecoh dengan godaan lewat mimpi. Bahkan Areta yang sebenarnya memiliki ilmu yang hampir setingkat dengannya saja juga terlena dengan godaan makhluk-makhluk di desa itu.
Di tempat lain Areta dan teman-temannya yang tadi tertidur, tiba-tiba terbangun secara serempak. Mereka berada di desa Kalimati namun dengan situasi yang berbeda.
"Loh, udah malam aja?" tanya Kiki.
"Masa sih? Emangnya kita tidur Berapa lama ya?" tanya Danu.
"Loh, Kak Arden mana?" tanya Aretha yang panik saat tidak menemukan keberadaan kakaknya.
"Mungkin Arden lagi keluar sebentar, Sayang," tukas Radit.
"Tunggu! Kita di mana sih ini?" tanya Dedi dengan tampang panik.
Saat mereka melihat sekeliling rupanya ada beberapa hal yang berbeda dengan kondisi di desa Kalimati sebelumnya. Bukan karena kini sudah malam saja tetapi rumah-rumah yang ada di sekitar menjadi semakin banyak. Bahkan tidak hanya itu saja karena mereka melihat keberadaan manusia lain di desa itu selain mereka berdelapan.
"Mereka ... Manusia atau bukan?" tanya Dion yang merapat ke Danu.
"Kita masih di desa Kalimati, kan?" tanya Ari.
"Hem, aku rasa masih. Tapi kenapa berbeda!" tukas Aretha.
"Ada yang nggak beres nih!" sahut Radit.
Mereka yang penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi lantas berjalan menelusuri desa. Mereka juga mendekati warga desa yang tampak mondar mandir di sekitar mereka.
"Permisi, Pak, mau tanya.... " bahkan kereta yang belum menyelesaikan pertanyaannya tidak berniat melanjutkannya karena sikap dari warga desa yang ia temui seolah-olah tidak melihat keberadaan mereka.
"Mereka kenapa sih? Gue tanyain tapi malah mlengos aja!" hardik Dedi.
"Guys, sepertinya mereka gak melihat kita!" pekik Danu.
"Apa jangan jangan kita... Masuk alam gaib. Alam jin! Kayak yang pernah kalian alami!" pekik Danu menatap Aretha dan Radit.
Mereka berdua lantas saling pandang. Merasa kalau apa yang dikatakan Danu mungkin ada benarnya. Aretha pun menyapu pandang sekitar. Dia mulai berkonsentrasi pada apa yang sedang mereka alami.
"Bukan. Ini bukan alam gaib," kata Aretha yakin, masih sambil menatap sekitar mereka.
"Aku juga merasa bukan, Tha. Ini sesuatu yang lain. Rasanya aku belum pernah merasakannya," tambah Radit.
"Iya, memang. Karena kita sebenarnya sedang mengalami Retrokognision."
"Retro apa, Tha? Jangan pakai bahas istilah deh! Nggak paham gue!" hardik Dion.
"Retrokognision adalah suatu kondisi di mana kita kembali ke masa lalu. Lewat energi maksudnya. Bukan tubuh kita melainkan jiwa kita. Sepertinya kita ada di beberapa tahun yang lalu, di desa Kalimati. Karena kalian lihat sendiri, kan, kalau tempat ini nggak jauh berbeda dengan desa Kalimati yang kita ketahui selama ini," jelas Aretha.
"Kenapa bisa gitu, ya? Seharusnya kan hal seperti ini cuma orang orang tertentu aja yang bisa mengalaminya? Tapi kenapa kita semua serempak ada di sini?" tanya Radit heran.
"Aku juga nggak paham, Dit."
"Terus gimana nih, cara kita balik ke tempat asal kita?" tanya Kiki mulai tidak nyaman dengan situasi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Indigo (Aretha Dianah Aryani) Season 5
Humor[DILARANG SHARE, COPAS TANPA IZIN. APALAGI MEMPLAGIAT. SIAPA SAJA YANG MELIHAT CERITA INI DENGAN PENULIS NAMA LAIN, TOLONG HUBUNGI SAYA. TERIMA KASIH] Cerita ini dipindah ke aplikasi Fizzo dengan Judul Nisa, si Gadis Indigo Radit dan Aretha pindah...