"Lama sekali nggak mampir ke sini, Mas, Mba? Oh, ya. Kabar Mas Danu gimana? Sehat, kan?" tanya Bu Heni yang entah sedang melakukan apa di dapur. Namun suara gelas dan sendok yang beradu terdengar sampai luar.
"Em — Danu... Danu sehat kok, Bu," sahut Aretha.
Radit masih membeku di tempatnya. Sementara Hendra masih aja penasaran dengan sosok wanita pemilik rumah itu. Dia bingung dengan reaksi Radit dan Aretha yang bak melihat hantu saja.
"Jawab ih! Dia siapa?" bisik Danu dengan pertanyaan yang sama sejak tadi.
"Ceritanya nanti aja. Yang jelas dia bukan manusia," bisikan Radit.
"Hah? Gila! Yang bener aja? Kalau bukan manusia terus siapa dong?" tanya Hendra terkejut.
"Nanti kalau kita berhasil keluar dari sini, gue ceritain semua," sahut Radit agar Hendra diam.
Bu Heni lalu keluar dari dapur sambil membawa nampan yang berisi tiga cangkir teh dan singkong goreng.
"Ayo, duduk dulu. Minum teh sambil menunggu Pak Karjo pulang. Sepertinya dia masih di kebun. Soalnya hari ini katanya mau panen jadi pasti pulangnya lebih terlambat dari biasanya," jelas Bu Heni.
"Oh begitu."
Karena sungkan akhirnya mereka bertiga pun mengikuti Bu Heni menuju ke ruang tamu. Mereka semua duduk menjadi satu berjejeran. Sementara Bu Heni duduk di depan mereka. Mereka bertiga hanya terhalang sebuah meja yang di atasnya sudah ada Tiga cangkir teh hangat serta camilan berupa singkong goreng. Areta tiba-tiba teringat dengan sajian yang pernah Ia konsumsi di rumah dokter Daniel. Sehingga dia pun seakan enggan untuk menyentuh makanan tersebut.
Tapi Hendra justru mengeluarkan tangan dan meraih sepotong singkong goreng dari piring. Radit langsung menyikut lengan Hendra sambil melotot.
"Kenapa? Gue lapar," sahut Hendra.
Radit terus memberikan kode dengan gelengan kepala yang samar-samar, agar Hendra mengerti maksud dari tindakannya. Tapi sepertinya rasa lapar Melupakan segalanya bahkan Hendra mungkin sudah lupa kalau Radit dan Areta tadi baru saja memberitahunya mengenai Bu Heni.
Radit hanya menekan keningnya sampai geleng-geleng kepala sementara Areta juga tidak bisa mengatakan apapun melihat tingkah Hendra.
"Mas ini teman Mbak Aretha dan Mas Radit?"
"Oh iya, Bu. Saya teman kerjanya Radit. Tapi karena kami sering ketemu saya juga kenal kok sama Areta, " sahut Hendra dengan mulut yang penuh dengan singkong goreng.
"Oh begitu, ya. Berarti nggak kenal sama Mas Danu dong ya?"
"Danu? Danu yang mana sih? Gue kenal nggak?" Tanya Hendra kepada Radit yang duduk di sampingnya.
"Enggak. Lo nggak kenal sama Danu. Dia temen sekolah gue sama Aretha dulu."
"Nggak kenal, Bu. Hehe."
Areta benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Hendra di tempat ini. Dia seakan-akan seperti sedang dibutakan oleh sesuatu. Padahal jelas-jelas sebelum mereka datang ke tempat tersebut mereka sedang mengejar Ummu sibyan dan masuk ke dusun Kalimati. Bahkan Hendra juga sudah mengetahui kalau Dusun Kalimati adalah tempat di mana Aretha tak pernah tinggal bersama orang yang sudah mati. Dia seakan-akan tidak menaruh curiga saat kondisi yang awalnya gelap berubah menjadi terang benderang dan ada manusia yang menyapa mereka.
"Eum, Nenek di mana, Bu?" tanya Aretha sambil tengak tengok sekitar.
Iya, Areta memang merindukan Nek Siti. Sosok yang sangat berkesan bagi Areta saat dia tinggal di tempat tersebut beberapa waktu yang lalu. Bahkan saat Areta memasuki Dusun Kalimati dia langsung teringat dengan nenek Siti dan berharap bisa bertemu dengan beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Indigo (Aretha Dianah Aryani) Season 5
Humor[DILARANG SHARE, COPAS TANPA IZIN. APALAGI MEMPLAGIAT. SIAPA SAJA YANG MELIHAT CERITA INI DENGAN PENULIS NAMA LAIN, TOLONG HUBUNGI SAYA. TERIMA KASIH] Cerita ini dipindah ke aplikasi Fizzo dengan Judul Nisa, si Gadis Indigo Radit dan Aretha pindah...