41. Pasukan lengkap

40 4 0
                                    

"Wah, nggak sangka kalau kita bakal balik lagi ke tempat ini," kata Danu saat mereka semua berdiri di desa Kalimati.

"Hem, rasanya seperti baru kemarin aja, ya," sahut Kiki

"Tapi suasananya masih sama, ya? Nggak banyak berubah," tukas Doni.

"Iya, cuma pas pintu masuk tadi aja, udah mulai dibikin taman taman. Kenapa sih, nggak dilanjutin aja. Kan jadi nggak serem gini," tambah Dedi.

"Ya mungkin, karena setannya pada nggak mau. Jadi mereka gangguin pekerja. Akhirnya berhenti deh," timpal Aretha.

"Eh, Den. Pakde Yusuf gimana? Jadi ke sini, kan? Jangan sampai nggak jadi nih! Nasib kita gimana nanti!" tutur Dion.

"Insya Allah jadi kok. Lagian ini bukan hal mudah. Pakde udah niat buat beresin masalah di sini sampai selesai. Supaya nggak ada korban lagi."

"Eh, tapi serem juga, ya. Efeknya bisa sampai ke desa lain loh. Ckckck," kata Ari.

"Iya, makanya itu. Aku pikir, sudah seharusnya makhluk itu ditindak tegas. Karena aku sama Radit nggak bisa, jadi mending aku bawa kalian semua ke sini. Hitung hitung nostalgia," kekeh Aretha.

"Nostalgia apaan! Nostalgila kali, Tha," timpal Danu dengan wajah masam.

"Dan, kalau lo nggak mau ikut, kenapa mau ke sini coba? Bilang aja lo kangen kan ketemu makhluk makhluk itu?" tanya Aretha yang sengaja bergurau pada Danu.

"Iya, sok jual mahal aja tuh. Padahal kemarin aja dia baru aja cerita sama gue. Dia bilang gini, 'Yon, Kangen euy, uka uka sama Aretha Arden.' Gitu loh, Tha," pungkas Dion melirik ke Danu.

"Heh! Kata siapa! Sembarangan aja kalau ngomong!" elak Danu.

"Eh, asli, Tha! Berani sumpah gue, dia bilang begitu!"

"Lo emang ya, sialan!" Kata sambutan dari mereka berakhir saat Danu terus mengejar Dion karena telah membongkar kebohongan nya di depan teman teman mereka.

Mereka pun berbondong bondong memasuki desa tersebut. Jalanan desa masih sama, berbatu dengan tatanan yang rapi. Sementara daun daun kering mulai tampak bagai permadani yang menyambut mereka datang. Suasana sepi. Bahkan mencekam. Apalagi yang mereka tahu kalau tempat itu penuh dengan makhluk makhluk halus yang kerap memanipulasi keadaan.

"Kita mau ke mana dulu?" tanya Kiki memecah kesunyian.

Sejak tadi hanya ada suara langkah kaki mereka yang beriringan. Ditambah dengan bunyi dahan dahan kering yang tersapu angin.

"Gimana Menurut kamu, Areta?" tanya Arden menoleh ke adiknya.

"Eum, Sepertinya kita langsung saja ke rumah Pak Yodi. Kalian Ingatkan Kalau di tempat itu lah kita menemukan makhluk tersebut bersembunyi," jelasnya.

"Oh, yang rumahnya itu belakangnya hutan," timpal Dion.

"Bukan rumah itu belakangnya hutan, tapi rumah itu emang hutan. Soalnya bagian depan itu cuma pintu sama ruang tamu Setelah dari situ kan nggak ada ruangan lain selain hutan belantara yang mengerikan itu," sahut Danu.

"Oh iya. Di tempat itulah gue cedera parah. Tapi kerennya pas keluar dari desa, Gue merasa baik-baik aja deh. Tapi pas sampai rumah ... Anjir! gue nggak bisa jalan. Bahkan gerakin kaki aja nggak bisa!" pungkas Dedi

" sepertinya lo terus sugesti dengan situasi yang mencekam dan Ingin secepatnya pergi dari sini. Makanya pas masih di sini lo masih bisa jalan kaki bahkan sampai ke pintu gerbang desa," tambah Doni.

" Berapa lama lo dirawat di rumah sakit ya, Ded?" tanya Kiki.

"Seminggu gila! Mana gue nggak bisa ke mana-mana lagi. Bahkan ke toilet aja harus dianterin sama bokap!" cerocos Dedi yang tampak sangat sebal mengingat kejadian itu.

Twins Indigo (Aretha Dianah Aryani) Season 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang