Aretha memberanikan diri melihat ke depan. Perkataan Radit memang benar, karena sekarang tidak ada lagi makhluk mengerikan tadi. Lemari itu kosong. Aretha langsung menyapu pandang ke sekitar. Kamar itu pun gelap, dan makhluk itu tidak ditemukan di mana pun juga. Aretha akhirnya bisa bernafas lega.
Dia menundukkan kepala, mengatur ritme nafas yang belum teratur. Lalu Radit pun segera memeluknya.
"Sudah, Sudah. Sudah nggak apa apa. Kamu tenang dulu, ya," bujuk suaminya itu.
"Aku benar benar melihat makhluk itu, Dit. Dia di dalam lemari tadi," ucap Aretha pelan dalam dekapan Radit.
"Iya, aku percaya. Tapi sekarang dia udah nggak ada lagi. Gimana kalau kita keluar dari sini? Mungkin Dedi sama Danu menemukan sesuatu di belakang," tukas Radit.
"Iya. Iya. Ayo, kita pergi dari sini," ajak Aretha.
Di saat mereka beranjak hendak pergi, lemari itu kembali mengeluarkan bunyi. Otomatis keduanya menoleh ke tempat itu. Tidak ada apapun yang terlihat sejauh ini. Walaupun Radit dan Aretha tampak tegang saat menatap benda tersebut.
"Ayo, keluar," ajak Radit kembali membuyarkan lamunan Aretha. Radit dengan telaten memapah istrinya yang tampaknya masih dalam suasana shock akibat insiden sebelumnya. Mereka lantas kembali berjalan menuju pintu. Namun, Aretha tiba tiba berhenti berjalan, saat ia merasakan sesuatu aneh hingga menekan tengkuknya.
"Kamu dengar itu, Dit?" tanya Aretha.
"Dengar apa?" tanya Radit bingung.
"Ada yang panggil namaku."
"Hem? Manggil kamu? Masa sih? Kok aku nggak dengar apa apa, ya, Sayang?"
"Eum, apa cuma perasaanku aja, ya?" Tanya Aretha yang mulai meragukan apa yang ia dengar.
"Iya, mungkin cuma salah dengar. Cuma angin aja. Yuk," ajak Radit kembali menarik tangan Aretha keluar dari kamar.
"ARETHA!" jerit seseorang yang kini suaranya justru keras terdengar.
Aretha menoleh ke belakang, dan tiba tiba sosok pocong yang tadi dia lihat kembali muncul dan menabrak tubuhnya. Tubuhnya mengalami rasa yang sangat aneh, sementara matanya seakan akan tertarik ke dalam tubuh dan mengalami iritasi. Selain itu, bibir, mulut dan tenggorokan menjadi sangat kering. Matanya yang awalnya terpejam, langsung terbuka. Namun tiba-tiba ruangan sekitarnya berubah. Radit juga tidak ada di ruangan itu bersama dengannya. Kamar yang awalnya tampak berantakan dan kacau dengan kondisi yang tidak layak huni berubah menjadi kamar tidur yang rapi walau kesan klasik masih melekat. Ranjang kayu tua itu kini dilapisi tikar. Sebenarnya ranjang itu tidak mirip ranjang pada umumnya. Karena lebih mirip dipan sederhana khas rumah rumah pada era penjajahan. Tidak banyak kemewahan yang bisa ia temukan di kamar tersebut. Semuanya hanya perabot sederhana yang masih tertata rapi di tempatnya masing-masing.
"Masuk! Masuk!" jerit seorang pria di luar.
Areta Yang penasaran Lantas bergegas pergi ke luar. Dia tidak lagi heran dengan apa yang terjadi karena semua hal aneh tentu saja bisa saja terjadi saat dia berada di alam lain seperti sekarang. Alam gaib biasanya memiliki beberapa lapis. Hanya saja semua yang terjadi pasti saling berhubungan, dan tugas Areta itulah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Saat Areta membuka pintu kamar dia kembali mendapati rumah itu dengan posisi yang rapi layaknya rumah yang berpenghuni.
"Aku di mana lagi sekarang? Apa jangan-jangan aku pergi lagi ke Dimensi waktu lainnya?" gumamnya berbicara sendiri.
Areta yang masih bingung dengan apa yang ada di hadapannya lantas pergi mencari sumber suara tadi. Dari tempatnya berdiri ada beberapa orang yang terdengar saling berbincang. Rupanya ada dua orang yang berada di ruang tamu rumah tersebut. Keberadaan Areta yang memang tidak akan terlihat oleh orang-orang itu membuat Areta dengan bebas bergerak. Dia duduk di salah satu kursi untuk menyimak pembicaraan dua pria di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Indigo (Aretha Dianah Aryani) Season 5
Hài hước[DILARANG SHARE, COPAS TANPA IZIN. APALAGI MEMPLAGIAT. SIAPA SAJA YANG MELIHAT CERITA INI DENGAN PENULIS NAMA LAIN, TOLONG HUBUNGI SAYA. TERIMA KASIH] Cerita ini dipindah ke aplikasi Fizzo dengan Judul Nisa, si Gadis Indigo Radit dan Aretha pindah...