"Gimana, Den? Menurut lo kita harus gimana nih sekarang. Apa kita di sini aja diem anteng atau kita cek sekitar?" tanya Dedi masih fokus memperhatikan ke kanan kiri depan belakang mereka.
"Kayaknya mereka sengaja deh mancing kita buat bergerak. Coba kalian perhatikan. Mereka pengen kita berpencar untuk memeriksa kondisi di sekitar sini. Iya, kan?" tanya Radit.
"Yah, sepertinya memang begitu, ya? Tapi Apa tujuan mereka sebenarnya?" tanya Kiki menimpali.
"Mungkin aja mereka sengaja pengen kita berpencar di tempat ini untuk menghancurkan mental kita supaya kita nggak akan menang melawan mereka. Jadi lebih baik kita nggak usah terkecoh untuk pergi kemanapun dan tetap di sini bersama-sama," ucap Aretha.
"Yah, itu memang ide yang bagus. Gue setuju sama lo kali ini, Areta," sahut Danu.
Beberapa menit berlalu mereka hanya menghabiskan waktu di tempat Mereka berdiri saja. Sesekali mereka berjalan jalan walaupun tidak sampai 5 meter. Udara di sekitar tempat itu memang sejuk Apalagi ditambah dengan hembusan angin yang segar membuat suasana memang cukup nyaman. Sebenarnya jika Desa itu dikelola dengan baik dan dijadikan salah satu tempat untuk transmigrasi bisa saja kondisi desa itu akan lebih baik daripada sekarang. Pastinya perlu proses yang panjang untuk membersihkan Desa itu dari Hawa negatif makhluk yang sudah mendiami tempat itu selama puluhan tahun.
"Pakde lama banget, ya? Asli, gue ngantuk nih!" sahut Dedi.
"Iya, bosen lama lama," cetus Dion.
"Mabar aja, yuk!" ajak Doni.
"Mabar apaan di tempat begini? Yang ada sinyal nyangkut semua di pohon. Lo lupa waktu kita ke sini nggak ada sinyal yang bisa kita pakai buat menghubungi yang ada di luar!" tutur Danu.
"Oh iya, ya. Terus gimana caranya kita bisa menghubungi Pakde untuk tahu kalau Pakde udah ada di mana. Tumben lama banget, ya? Bukannya tadi cuman Dua jam aja?" tanya Doni.
" ini kan belum ada dua jam, Don. Baru satu setengah jam jadi masih ada waktu setengah jam lagi kita nunggu di sini," sahut Radit.
"Bosen, Dit. Ngapain kek, yuk!" ajak Doni.
"Ye, ngapain? Mau main petak umpet?" tanya Radit.
"Heh! Kalian jangan macam-macam deh. Nggak usah main aneh-aneh di sini! Udah tahu tempat horor, malah mau ngajak main petak umpet. Apa nggak takut kalau nanti salah satu makhluk yang lagi mengintai kita itu ikut mainan sama kita?" tanya Danu.
"Eh Memangnya ada yang lagi mengintai Kita sejak tadi?" tanya Kiki.
"Lah memangnya lo nggak ngerasain kalau suasana di sini tuh agak-agak lain. Nggak tahu kenapa gue yang ngerasa ada banyak mata yang lagi mengintai kita di sini. Iya, kan, Den?" tanya Danu.
"Iya, makanya tadi gue bilang kan, kalau lo pada bosen, mau main petak umpet? Soalnya di sekitar kita itu udah banyak yang ngumpet dan pengen banget ditemuin," sahut Radit.
"Astaga! Enggak deh enggak!" elak Doni.
"Ih ngantuk banget. Aku mau tidur aja deh nanti kalau Pak De datang bangunin ya," kata Kiki yang memang sudah menguap berkali-kali sejak tadi. Dia sudah menahan rasa kantuk dan kini tidak lagi ingin menahannya. Alhasil Kiki pun memejamkan mata tidur di pangkuan Doni.
Rupanya rasa kantuk tidak hanya dirasakan oleh Kiki saja. Karena beberapa dari mereka pun kini mengalami hal yang serupa. Ditambah dengan suasana alam yang mendukung membuat rasa kantuk mereka Semakin menjadi. Satu persatu dari mereka mulai tertidur dengan cara menggelar jaket masing-masing yang sengaja dipakai sejak tadi. Mereka memang tidak pergi ke manapun hanya tetap bertahan di tempat mereka saat ini.
"De? Kamu ngantuk juga?" tanya Arden.
"Iya, Kak. Pakde kok lama banget ya. Areta udah ngantuk banget nih," ucapnya sambil melirik ke Radit yang sudah terlelap sambil tidur terlentang. Radit tidak menggelar jaketnya di tanah untuk melindungi tubuh justru Radit langsung merebahkan diri di rerumputan dengan posisi tangan yang menutupi wajahnya.
"Dek, sebaiknya kamu jangan ikut tidur. Kakak curiga ada sesuatu yang gak beres di sini."
" nggak beres gimana Kak? Bukannya tempat ini memang aneh? Lagi pula ini kan masih siang. Jadi aku pikir nggak ada salahnya kita istirahat dulu sebelum memulai rencana kita nanti, sambil menunggu Pakde datang. Areta semalam nggak bisa tidur. Kakak Memangnya nggak ngantuk?"
" nggak, kakak nggak ngantuk. Kakak curiga sepertinya makhluk itu sengaja membuat kita semua kelelahan dan tidur asal kamu dan kakak masih terbangun Sepertinya itu tidak akan menjadi masalah yang terlalu serius. Sebaiknya kamu mulai berpikir saja seperti yang kakak lakukan sejak tadi, Areta," tutur Arden.
Tanpa disadari oleh Arden yang sejak tadi tidak melihat ke arah adiknya dan hanya fokus memperhatikan teman-teman yang sudah tidur lelap, rupanya Areta pun ikut menyusul teman-temannya masuk ke alam mimpi. Padahal baru beberapa detik yang lalu dia dan Arden masih berbincang. Ardian pun makin merasakan keanehan tersebut. Dia Lalu berusaha membangunkan teman-temannya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Mereka semua seakan-akan sudah minum obat tidur dan sangat sulit untuk dibangunkan. Jangankan bangun membuka mata sebentar saja tidak bisa dilakukan oleh mereka sekeras apapun Arden membangunkan.
"Gawat!" pekik Arden.
Dalam situasi tersebut tentunya Ardian sedikit cemas dan panik. Apalagi ini menyangkut keselamatan teman-temannya juga adik dan iparnya. Arden lalu menggeser tubuh teman-temannya agar merapat menjadi satu tempat yang bisa dijangkau olehnya. Walaupun dirinya cukup kesulitan menggeser tubuh beberapa temannya tetapi Akhirnya dia pun berhasil mengumpulkan teman-teman yang menjadi satu lingkaran. Ardin lantas membuat sebuah garis dengan bantuan ranting pohon. Garis itu ia bentuk melingkar, dengan posisi teman-temannya berada di dalam lingkaran tersebut. Arden Lantas mengeluarkan kantung kain dari dalam tasnya. Isi di dalam kantong tersebut adalah serpihan garam kasar yang sengaja ia bawa dari rumah. Sesuai dengan perintah Yusuf sebelum mereka memutuskan datang ke desa itu.
Arden lantas menaburkan garam kasar itu di tempat dia menggambar lingkaran. Setelah semua lingkaran penuh dengan garam tersebut Arden pun ikut masuk ke dalamnya. Dia lantas duduk bersila lalu menggumamkan ayat-ayat suci Alquran dan zikir menggunakan tasbih yang ada di tangannya. Mulutnya terus bergerak membaca doa sementara matanya tertutup untuk lebih berkonsentrasi dan tidak mudah tergoda dengan gangguan yang ada di luar. Karena sekalipun mata Arden terpejam dia masih bisa merasakan kehadiran makhluk lain yang kini mulai mendekati mereka. Bahkan Arden bisa merasakan hembusan nafas makhluk-makhluk itu yang kini seakan-akan sedang berdiri di depannya. Alunan doanya makin kencang dan godaan di luar pun semakin bertambah hebat. 30 menit yang seharusnya terasa cepat, justru berjalan lamban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Indigo (Aretha Dianah Aryani) Season 5
Humor[DILARANG SHARE, COPAS TANPA IZIN. APALAGI MEMPLAGIAT. SIAPA SAJA YANG MELIHAT CERITA INI DENGAN PENULIS NAMA LAIN, TOLONG HUBUNGI SAYA. TERIMA KASIH] Cerita ini dipindah ke aplikasi Fizzo dengan Judul Nisa, si Gadis Indigo Radit dan Aretha pindah...