3. Sederhana

828 103 10
                                    

Author Pov

"Aku tidak menyangka kau malah merekrutnya Erwin." Mike melirik jendela, mengintip aktivitas prajurit di bawah sana, terutama anggota yang baru saja disinggungnya tadi.

"Hn. Kalau yang diceritakannya itu benar, kemampuan bertahan hidupnya jauh di atas kita semua dan itu akan menambah kekuatan pasukan."

"Kau percaya omong kosongnya?" Dia menoleh pada atasannya tersebut, syarat ketidakpercayaan.

Erwin memperhatikan prajurit yang baru saja ia kasih nama, gadis itu sedang antusias mengobrol bersama Hanji di bawah sana. "Kita akan tahu nanti."

Sementara di bawah, Risyta begitu semangat mendengar penuturan Hanji mengenai Titan. Menyimak sudut pandang aneh dari wanita berkacamata ini ketika mendeskripsikannya, apa lagi penyampaiannya begitu menggebu-gebu seperti sedang membicarakan kekasihnya saja.

Di tengah-tengah, tiba-tiba senyum Risyta lenyap. Dia masih mendengarkan dan fokus pada Hanji, sehingga perubahannya tidak disadari. Pada satu kesempatan, dia menarik diri sejenak untuk melihat ke atas, retinanya mengarah lurus pada seseorang di balik jendela markas. Sedari tadi Risyta merasa terus ada yang mengawasi, rupanya sepasang mata tengah mengintai diam-diam. Sekoyong-koyong dua sudut bibirnya tersungging tipis.

"Padahal aku belum puas bermain bersama Bean dan Suwney, tapi mereka keburu mati! Aarrgghh!!"

Risyta terjengit mendengar Hanji tiba-tiba berteriak bak orang kesetanan. "Hanji-san, kau baik-baik saja?" Dia panik dan berusaha menenangkannya sambil menepuk-nepuk kedua bahu Hanji.

"Mereka membunuhnya, aku bahkan tidak tahu siapa pembunuhnya dan sampai sekarang belum ketemu juga!!!" Tangan Hanji mencengkeram balik bahu Risyta. "Aarrgghh!!!"

"Sudah, sudah, paling tidak Bean dan Suwney tidak menderita lagi."

Hanji mengangkat kacamata untuk menghapus kesedihannya. Risyta agak kaget mengetahui wanita di depannya ini sungguhan menangisi titan.

"Kau benar, paling tidak mereka tidak perlu melakukan eksperimen gila lagi."

Diam-diam Risyta menyahut dalam hati. "Ternyata anda juga sadar kalau itu gila."

"Hanji-san, apa saya juga akan dapat seragam seperti yang lain?" Risyta menggiring obrolan ke jalan lain.

"Ah! Kau benar, aku hampir lupa. Ayo, kita temui Moblit, aku menyuruhnya pergi ke tukang jahit untuk membuat seragammu."

Setelah Risyta menerima seragamnya, dia telah resmi menjadi rekrutan baru bersama angkatan 104 lain yang baru bergabung juga. Akan tetapi, karena Risyta tidak mengalami pelatihan apa pun, Erwin menugaskan regu Hanji dan Mike agar membimbingnya.

Dikarenakan Risyta bilang pernah bertahan hidup di wilayah titan dan belajar secara otodidak cara menggunakan manuver gear. Otomatis pelatihan dasar itu tidak diperlukan.

Dengan Nifa bersamanya, Risyta diminta menunjukan langsung kebolehannya.

Gadis bersurai arang itu melesat cepat ke dalam hutan, berburu mangsa yang sudah disediakan. Kecepatan dan ketangkasannya, seolah memberitahu mereka bahwa apa yang diceritakannya dulu bukan sekedar omong kosong.

"Dia cepat. Apa artinya dia tidak berbohong soal melawan titan demi bertahan hidup?"

Risyta kembali, ada kepuasan di wajahnya. Dia berjalan mendatangi Nifa juga dua laki-laki di belakang perempuan itu sambil memainkan pedang.

"Bagaimana? Apa saya lulus?"

"Lulus apa? Ini latihan bukan tes masuk," kilah pria berkacamata di belakang Nifa.

Hanya senyum sumringah yang menjadi jawaban Risyta.

Nifa terlihat bersemangat, dia baru melihat lagi orang dengan kecepatan nyaris menyamai Levi dan Mike. Walau tampaknya Risyta masih berada di bawah dua orang itu, tetapi jika dijajarkan dengan prajurit lain, dia setara ketua regunya.

"Kalau begitu habis ini saya harus apa lagi?"

"Istirahat dulu." Entah datang dari mana, tiba-tiba Mike masuk obrolan mereka. "Setelah makan siang, temui aku di lapang pelatihan."

"Siap, Mike-san!"

----

Di ruang makan Risyta mendadak menjadi pusat perhatian, sebenarnya ini sudah berlangsung selama beberapa hari terkahir. Namun, sebanyak apa pun mata mengarah padanya, gadis itu tetap santai, tidak gugup atau menunjukan ketidaknyamanan.

Membawa sup kacang merah, dia melongok kanan-kiri mencari tempat duduk. Sayangnya semua terlihat penuh. Bukan masalah dia bisa makan di luar, bertepatan munculnya ide itu, telinganya menangkap suara Hanji.

"Erwin kau sudah selesai?" Hanji menengadah saat pria klimis tiba-tiba bangun dari duduknya.

"Hn. Masih ada laporan yang belum kubaca."

Risyta masih berdiri di tempat, begitu Erwin berbalik keduanya langsung berhadapan.

"Komandan, boleh saya menempatinya?" Sambil menunjukan nampan makanannya yang belum tersentuh secuil pun.

Erwin menoleh kecil ke bangku kosong bekasnya. "Ya." Menggeser posisi dan melanjutkan niatan awal.

"Terimakasih."

Tidak peduli sekeliling, Risyta makan dengan lahap, sekalipun baik sebelah, depan atau yang satu meja merupakan atasannya. Dia benar-benar terlalu santai.

Selepas makan, sesuai suruhan Mike, mereka kumpul di lapang pelatihan. Hanya saja, Risyta malah terlambat dan membuat
Regu Mike menunggu.

Dari kejauhan mereka melihatnya berlari berusaha mengejar keterlambatan.

"Mike ... san ... maaf ter--lambat, huft, saya nyasar." Dia bahkan belum mengatur napas dengan benar untuk permintaan maaf.

Pria tinggi besar itu melipat tangan di depan. "Kau kurang disiplin Risyta. Push up dua puluh kali sebagai hukuman."

"Siap!"

Sangsi itu dikerjakan tanpa keluhan.

Dua puluh push up dituntaskan, Risyta bangun dan berdiri tegak, dia bahkan tidak berani mengelap keringatnya.

"Ah, aku salah. Harusnya aku tanya dulu kenapa kau bisa tersesat."

Anggota Regu Mike hanya memutar bola mata malas, jelas sekali Mike sedang main-main.

Mike berdiri satu meter di depan Risyta, berlaga selayaknya instruktur. "Jadi bagaimana bisa kau tersesat, sedang jarak ruang makan ke sini tidak jauh?"

"Siap! Karena saya mengambil jalan memutar Mike-san!"

Jawaban di luar dugaan sekali.

"Buat apa ambil jalan memutar?" Nanaba yang berdiri di belakang Risyta ikut bicara, tidak habis pikir menurutnya.

"Olahraga!"

Lagi-lagi jawaban konyol.

"Sudah, sudah, kau kacau sekali." Mike mengambil alih lagi, terserah apa alasan pastinya itu sudah tidak penting. "Di masa depan jangan lakukan ini lagi, kau harus disiplin. Kunci keberhasilan ada di sana." Nasehatnya, dia mulai serius.

"Kau pilih dari mereka untuk jadi lawanmu, kali ini kau akan berlatih bela diri."

"Siap!"

Sementara Risyta susah payah mengikuti pembinaan untuk mempersiapkan diri dalam waktu singkat, sebelum pergi ke ekspedisi. Di markas, tepatnya kantor komandan Scouting Legion, Erwin dibuat bingung oleh dua roti juga segelas teh hangat, makanan ini dibawakan oleh prajurit baru yang memakai nama pemberiannya.

"Dari mana dia tahu kalau aku belum kenyang?"

.
.
.

Ditulis
Amatir, 22 Januari 2023

Dipublis
31 Januari 2023

Ya, Haroo. Risyta emang agak absurd, ya 🤣 silakan tinggalkan jejak 😄

Keluar Jalur || ERWINXREADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang