17. Sisi Lain Komandan

457 53 8
                                    

Scouting Legion memutuskan untuk libur beberapa hari demi memulihkan diri, terutama Eren yang akan mulai eksperimen lagi.

Aku sendiri baru pulang dari agenda mendadak, hari ini benar-benar kerja keras. Aku mencium badan sekali lagi, memastikan tidak ada bau yang tertinggal, bisa repot kalau ada yang bertanya habis dari mana, lantaran sejak pagi sudah menghilang.

Mengenai tugasku mengurusi Komandan, pagi tadi Louis mengunjungi kamarku dan bilang kalau itu sudah tidak diperlukan lagi. Selain itu, Louis juga mengatakan hal aneh seperti. "Komandan mungkin masih malu soal kejadian semalam, nanti kalau sudah lebih baik kalian bisa akur lagi." Kurang lebih begitu. Sebelum aku memahaminya, Louis malah melipir lebih dulu.

"Memangnya apa yang terjadi semalam? Sial, aku tak ingat apa pun. Apa aku mabuk? Mustahil, aku tidak pernah menyentuh alkohol."

Baiklah, ayo, lupakan omong kosong itu. Sekarang terpenting pergi ke ruang makan. Sial perutku lapar sekali, sejak pagi belum diisi apa pun.

Satu langkah aku masuk ke ruang makan, suasana berisik yang tadi masih bisa didengar dari luar, mendadak di dominasi keheningan. Apa lagi sekarang? Mereka memperhatikanku itu sudah biasa, tetapi mendiamiku? Ini pasti ada yang salah, ditambah apa-apaan tatapan itu?

"Sampai kapan kau mau menghalangi pintu masuk?"

Kontan aku menoleh, mendapati dua petinggi pasukan berdiri di belakang. Aku meringis, rupanya salahpaham, kukira semua diam karena kedatanganku, ternyata mereka berdua.

"Hehe, silakan Heichou."

Levi melenggang masuk acuh tak acuh, aku mengembuskan napas. Belum selesai, orang di samping levi tadi malah berhenti di depanku. 

Pria itu menoleh sebentar dan berkata. "Apa pun yang mereka katakan nanti, itu hanya kecelakaan." Setelah itu menyusul masuk.

"Ya, terimakasih atas saran misteriusnya Komandan," decakku pelan tidak mengerti sama sekali maksud perkataannya.

Paling tidak itu beberapa menit lalu, sebelum akhirnya aku dibuat kena serangan jantung mendadak. Astaga, astaga, astaga. Apa yang baru mereka katakan tadi? Yang benar saja, mana ada hal seperti itu terjadi?

"Haha jangan bercanda, saya dan Komandan? Mana mungkin," sangkalku penuh keyakinan. "Kalau pun saya mabuk, tidak akan segila itu."

Yang benar saja, mana mungkin aku dan Komandan berciuman. Ada-ada saja, aku jadi ragu yang mabuk itu aku atau mereka.

"Kalau yang kau bilang tidak gila itu seperti ini ...." Hanji memperagakan semua yang kulakukan semalam dengan penuh penjiwaan, hampir membuatku percaya padanya. "Lalu setelah itu, Erwin membalikan posisi dan ... ya seperti yang dikatakan Louis. Lalu kau memakinya komandan bejat, tamat."

"Itu cerita yang menarik Hanji-san, tapi sayang sekali terlalu mengada-ada." Aku masih berupaya menolak, sambil bersikap tenang.

Hanji semakin menggebu-gebu, bahkan diikuti rekannya yang lain. "Ya ampun, saksinya banyak sekali Risyta. Bukan cuma Scouting Legion, tapi juga barisan polisi militer dan garnisun. Kalau kau tidak percaya kenapa tidak tanya pada Erwin langsung?"

Jadi aku menoleh pada Komandan yang mereka banggakan. "Komandan, anda tidak mau menyangkalnya? Hanji-san sedang bergosip yang tidak-tidak soal anda, lho."

Melihatku yang terang-terangan tanpa tahu malu bertanya setelah disuruh, mereka yang masih dalam jangkauan pandangku menganga tak percaya. Biar saja, toh, mereka sendiri yang akan kena.

Komandan berambut paling rapi itu masih kalem, malah sempat-sempatnya minum dulu. "Aku memang menghentikanmu dengan cara itu, lalu kenapa?" Dia menoleh, sedang aku tersenyum aneh seakan tak percaya pada pendengaran sendiri. "Aku tidak punya tangan lain untuk membungkammu."

Keluar Jalur || ERWINXREADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang