14. Selamat

349 46 0
                                    

Jalan gelap nan dingin seperti ini sudah pernah kulewati sebelumnya, pada kematianku yang pertama. Apa kali ini aku juga akan mati lagi?

Jadi pada akhirnya aku gagal menyelamatkannya. Andai aku punya waktu lebih banyak bersama orang itu, andai aku tak perlu memikirkan apa pun dan fokus memperhatikannya. Andai saja, andai saja aku bisa memastikan perasaanku terhadapnya. Aku pasti rela mati secepatnya tanpa penyesalan.

"Bodoh, kau menangis lagi? Kalau kau selemah ini untuk apa masuk ke pasukan yang isinya calon mayat?"

Aku juga tidak tahu Heichou. Mungkin karena orang itu.

"Hei, Risyta. Siapa titan di matamu?"

Monster menyebalkan yang sudah memakan tangan kanan Komandan.

"Risyta, aku menghargai jawaban seorang pemberani sepertimu."

Erwin, jika aku bisa bertahan hidup sekali lagi. Sungguh aku akan mengatakannya, bahwa aku sedikit marah mendengar pengakuanmu untuk istrinya Nile.

Seakan ditarik alat kejut jantung, aku terlonjak bangun. "Uakhh!! Akh!!!" Aku memuntahkan seteguk darah dan tersengal.

Sekujur tubuhku bergetar hebat, rasanya seperti benar-benar kabur dari kematian. "Ghakh! Hahh ... Hahh ... hahh."

"Aku ... aku masih hidup?"

Kuedarkan pandangan, tidak ada yang berubah dari semalam. Ini hutan yang kujadikan tempat pelarian, setelah mendapat luka serius dari Kenny. Aku masih di tempat yang sama? Apa itu artinya aku tidak mati?

Aku merangkak mendekati aliran sungai, berkaca di sana. Kemejaku banjir darah, tetapi .... "Apa ini? Di mana bekas sayatannya? Atau aku salah mengira di leher?"

Segera kulepas seluruh pakaian atas, memeriksa beberapa tempat. Tidak kutemukan robekan daging yang setidaknya panjang enam inci dari sisi leher kanan sampai selangka dan sedalam kurang lebih dua senti, lenyap tak bersisa. Sungguh tak membekas seakan tidak pernah mendapat sabetan benda tajam.

"Kalau itu mimpi lalu darah siapa ini?"

Srak!!

Segera aku waspada, mengenakan lagi pakaian lantas bergegas sembunyi. Dua orang polisi militer muncul, laras panjangnya teracung. Mereka tampak awas seakan mencari sesuatu.

"Kau yakin menemukan seseorang tergeletak di sini?" Laki-laki berambut coklat seperti tidak yakin pada informasi temannya.

Sementara rekannya yang berwajah panjang mengangguk. "Memang tidak sempat kuperiksa, tapi aku yakin ada orang di sini sebelumnya."

"Bodoh, harusnya kau langsung cek begitu menemukan. Kita sangat sibuk menangkap para buronan Scouting Legion."

"Aku hanya agak ragu, kau tahu orang-orang itu tidak ada yang waras. Bahkan komandannya saja menyuruh orang membunuh warga sipil demi memonopoli Eren, surat kabarnya sudah menyebar kalau Komandan Erwin akan dihukum gantung."

"Yo~ siapa yang menghukum siapa tadi?" Dalam sekejap aku keluar dari persembunyian dan berdiri di antara mereka.

Laras panjang sontak terarah, sebelum pelatuk di tarik aku sudah lebih dulu mendaratkan tendangan. Meringkus keduanya dalam sekali serang.

Bocah-Bocah bodoh tidak sopan, kalian pikir siapa yang sedang dilawan? Berani menodongkan senjata secara terbuka di depanku.

"Ugh! Kau! Apa kau anggota Scouting Legion?!"

Krak!

"Aaarrrgghh!!!!!"

Dua lengan berhasil patah. Maaf saja, aku sedang dalam mood jelek sekarang. 

Keluar Jalur || ERWINXREADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang